Bagian 21

18 4 9
                                    

Vio mengeluarkan sepuluh jantung para kesatria pelindung. Dengan sendirinya, semua jantung itu melayang dan menempati posisinya di setiap cahaya yang mengitari danau Maro itu. Kesepuluh cahaya itu berubah menjadi hitam dan seketika Vio masuk ke dimensi lain.

Dunia yang sangat gelap. Tanah yang sangat gersang dan banyak pohon mati di sekitar sana. Banyak pula dilihat oleh Vio tulang-tulang yang berserakan di tanah. Lalu di depan Vio sekarang adalah sebuah gerbang yang sangat besar, yang merupakan gerbang kerajaan Demos.

"Chaos ada di dalam sana. Bersiaplah, Chaos. Kau akan menerima balasan dari apa yang sudah kau lakukan padaku."

Vio berjalan mendekati gerbang itu. Sementara itu di dalam kerajaan. Azel berada di sana bersama Serena menjaga pintu ruangan Chaos berada.

"Ada keberadaan asing yang memasuki wilayah kerajaan." Serena merasakan kehadiran seseorang.

"Oh, itu pasti dia." Azel berusaha menebak.

"Siapa?"

"Si penyihir itu."

"Oh, tiga orang bodoh itu sudah dikalahkan."

"Jangan terlalu kasar seperti itu, Serena."

"Terserah aku." Serena berjalan meninggalkan tempatnya.

"Mau kemana?"

"Menyambutnya dengan hangat."

"Panggil aku jika kau butuh bantuan."

"Jangan membuatku tertawa, Azel."

Di posisi Vio, dia sudah tepat di depan gerbang kerajaan Demos. Dia menyiapkan serangannya untuk menjebol gerbang itu. Tapi sebelum Vio melancarkan serangannya, tiba-tiba gerbang terbuka. Vio menurunkan serangannya dan bluuzz ... tiba-tiba api biru berhembus kencang dari dalam.

Vio berhasil bertahan menggunakan dasar pertahanannya. Wuus ... duaaar ... tiba-tiba sebuah bola energi melesat cepat dan meledak saat menghantam pertahanan Vio. Pertahanan Vio hancur dan dia terhempas ke belakang. Vio mendarat dan segera bersiaga lagi.

Dari arah gerbang, muncul Serena yang berjalan dengan santai keluar dari kerajaan. Vio bersiap-siap dan ... seketika Serena sudah berada di belakang Vio.

"Jadi kau, sang penyihir terhebat itu?" tanya Serena.

Vio langsung menjauh memberi jarak. 'Teleportasi?' batin Vio.

"Aku sempat berfikir bahwa kau takkan sampai di sini."

"Maaf mengecewakanmu."

"Tak masalah, Yang Mulia Chaos juga mengatakan bahwa jika kau masih hidup, dia masih ingin bertemu denganmu."

"Begitu yah. Kalau begitu, pertemukan aku dengan dia sekarang juga."

"Mohon tunggulah sebentar lagi. Yang Mulia belum selesai dalam meditasi panjangnya."

"Meditasi?"

"Yang Mulia Chaos sedang mempersiapkan kondisi terbaiknya. Dia sudah mendekati tahapan raja iblis."

"Bukankah dia sudah menjadi raja para iblis?"

"Kau salah mengerti tentang artian raja iblis. Itu seperti tingkat kekuatan yang menunjukkan seberapa tinggi statusmu dalam suatu ras."

"Oh, baiklah, aku sedikit mengerti."

"Selama Yang Mulia Chaos mempersiapkan dirinya, aku akan menemanimu. Apa kau keberatan?"

"Jika aku menerobos ke dalam pun, kau akan tetap menggangguku. Jadi akan kuladeni kau."

Serena bersiap begitu pula dengan Vio. Mereka saling menatap sejenak dan duaaar ... mereka melemparkan bola energi yang akhirnya bertabrakan dengan sangat cepat. Leta melesat dan melayangkan pukulannya, tapi Serena berhasil menghindarinya dan siap menyerang balik. Serena mengumpulkan energinya di kepalan tangannya dan buaak ... pukulan Serena berhasil ditahan oleh Vio.

Sang Penyihir 3 : Legenda TerciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang