Bagian 9

20 4 8
                                    

Triiing ... Leta berhasil menahan serangan Avia. Tangan Avia yang berbentuk sabit itu menekan kuda-kuda Leta. Dalam keadaan sulit itu, Leta menarik nafasnya dan wuuus ... dia menyemburkan api dari mulutnya. Avia melompat dan menghindari hembusan api Leta.

"Aku sampai lupa kalau kau seorang penyihir." Avia mengasah dua tangannya itu.

"Ternyata kekuatan kesatria pelindung memang tak bisa diremehkan yah."

"Jangan menganggap remeh kekuatan kami."

Dash ... seketika Avia melesat cepat. Leta terkejut dan segera memperhatikan sekitar. Kecepatan Avia hampir tak tertangkap mata Leta. Tiba-tiba, dua sabit itu mengunci leher Leta. Wuuus ... Leta berhasil berteleportasi menjauh.

"Kecepatan yang luar biasa."

"Terlambat setengah detik saja kau menyadarinya, kepalamu sudah terlepas dari tubuhmu."

"Iya, aku tau itu."

Leta mengeluarkan pedang birunya dan dia bersiap dengan dua pedangnya. Avia pun bersiap dengan kuda-kudanya lagi. Leta menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Dash ... mereka berdua melesat dengan kecepatan yang luar biasa. Tanah tolakan kaki mereka meninggalkan bekas di tanah pijakannya. Triing ... satu benturan pedang Leta dan tangan sabit Avia menciptakan gelombang yang kuat. Wuuus ... triing ... mereka terus melesat dan menyerang.

Benturan serangan mereka mengakibatkan beberapa bangunan di sana retak dan hancur. Triing ... sriing ... ctiing ... triing ... serangan demi serangan berbenturan dengan cepat. Sampai akhirnya, Leta terpental. Duaar ... Leta menghantam rumah di sana.

"Uhuk ...." Darah keluar dari balik topeng Leta yang pecah di bagian mata kirinya. Tapi dalam sekejap, topeng Leta kembali utuh. Tangannya gemetar dan nafasnya terengah-engah. Beberapa luka gores Leta mulai berdarah.

"Tak ku sangka seorang penyihir bisa menggunakan pedang semahir kau."

Leta menancapkan pedangnya ke tanah sebagai pegangan untuk kembali berdiri. Setelah berdiri, Leta mencabut pedangnya dan kembali bersiap dengan kuda-kudanya.

"Sudah lama semenjak aku bertarung dengan lawan yang kuat. Kurasa tubuhku belum terbiasa lagi."

"Haha, sepertinya kau masih memiliki kemampuan lebih dari ini yah?"

"Mungkin beberapa." Pedang biru Leta mengeluarkan api.

"Tunjukkan kekuatanmu, jika kau tak bisa mengalahkanku, ambisimu terhadap Chaos hanya jadi omong kosong."

Avia bersiap dan Leta langsung menebaskan pedangnya. Gelombang api tercipta dan meluncur cepat ke arah Avia. Namun dengan tenang, Avia melompat dan gelombang api Leta menghantam beberapa bangunan.

Saat Avia di udara, Leta sudah bersiap dengan kuda-kudanya. Dia menebaskan pedang birunya dan sebuah gelombang angin melesat ke arah Avia. Dilanjutkan dengan tebasan katananya yang mengeluarkan gelombang kegelapan. Dua tebasan gelombang Leta melesat ke arah Avia.

Avia yang masih melayang di udara tak dapat menghindarinya. Dengan tangan kanannya, dia menebas gelombang angin Leta. Sedangkan tangan kirinya dia tebaskan untuk menghancurkan gelombang kegelapan.

Avia mendarat di tanah, namun ternyata pijakannya sudah menjadi pasir. Seketika pasir itu bergerak dan melilit tubuh Avia. Avia berusaha memberontak. Namun pasir-pasir itu terus berdatangan dan terus melilit Avia dengan kuat.

"Kau mulai menggunakan sihirmu. Aku terkesan, kau tak perlu merapalkan mantra untuk sihirmu."

Leta masih diam berkonsentrasi. Seketika naga petir tercipta di atas Avia.

Sang Penyihir 3 : Legenda TerciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang