Bagian 14

20 3 27
                                    

Di lokasi para jari Chaos, mereka sedang duduk membahas beberapa kerajaan yang dalam waktu dekat ini hancur bergantian.

"Penyihir itu tak memberi waktu untuk kita bertindak." Roz memperlihatkan hasil penglihatan para iblis yang telah dikalahkan oleh Leta.

"Aku masih tak percaya seseorang dengan aura selemah itu bisa mengalahkan para kesatria." Korta terlihat kesal.

"Aku benci mengakuinya, tapi jika dia masih lebih unggul dari Avia, sudah pasti dia juga lebih unggul dari kita." Milly pun tak bisa menerima kenyataan ini.

"Kita memiliki kemampuan khusus para iblis yang tak dimiliki para manusia," ucap Roz. "Memang kita masih lebih lemah dari Avia. Tapi dengan kemampuan kita sebagai iblis, aku yakin akan lebih mudah mengalahkan penyihir itu."

"Bagaimana dengan kau, Milly. Kau bertarung dengannya kan?" tanya Korta.

"Dia melarikan diri." Milly sangat kesal jika mengingat dia yang tak dipedulikan oleh Leta saat itu.

"Dia memang tak memiliki alasan untuk melawan kita. Pasti dia sudah tau bahwa para kesatria adalah kunci untuk masuk ke dimensi kerajaan Demos. Maka dari itu dia tak memperdulikan lawan lain selama dia bisa menghindar." Roz berusaha membaca situasinya.

"Itu tindakan pengecut. Jika dia memang sehebat itu, kenapa dia tak sekalian mengalahkan kita juga?" tanya Roz yang mulai terbawa emosi.

"Bukan pengecut, Korta. Itu adalah langkah cerdas saat kau dalam situasi perang. Sehebat apapun dia, manusia tetaplah memiliki batasan. Dia tau kapan harus menyerang dan tau kapan harus mundur." Roz mencoba untuk menjelaskan.

"Dilihat dari kondisinya, sepertinya pengalaman penyihir itu jauh di atasmu, Korta." Milly mulai menyindir Korta.

"Diam kau! Aku tak butuh komentar darimu."

Seketika Roz mendapatkan kabar telepati dari pasukan iblis lain. Dia mengatakan bahwa sekarang, Leta sedang melakukan penyerangan di kerajaan Karalis.

"Berita terbarunya, sekarang penyihir itu berada di kerajaan Karalis." Riz menyampaikan laporan itu pada dua rekannya itu.

"Secepat itu? Baru kemarin kita mendapat kabar kerajaan Kozaku runtuh." Milly sangat terkejut dengan berita itu.

"Aku tak tahan lagi. Aku akan ke kerajaan Karalis sekarang." Korta beranjak dan segera pergi menuju kerajaan Karalis.

"Dia selalu terburu-buru." Roz hanya bisa menggeleng pelan.

Sedangkan di kerajaan Karalis, duaaar ... sebuah serangan mendarat di tanah. Itu adalah pukulan dari Nazar yang berhasil dihindari oleh Leta. Leta melompat mundur dan melemparkan sebuah bola kegelapan ke arah Nazar. Duaar ... dengan tangan batu raksasanya itu, Nazar menahan serangan dari Leta.

Seketika Leta berpindah ke belakang Nazar dan siap untuk menyerang. Tapi tiba-tiba Nica terlempar dan menabrak tubuh Leta. Mereka berdua terguling dan segera berdiri dan bersiaga lagi.

"Kenapa jadi lebih sulit?" keluh Nica.

"Aku juga merasakannya. Kita harus mengalahkan Baro terlebih dahulu."

"Mudah jika hanya mengatakannya."

Braak ... mereka melompat menghindar saat serangan dari Nazar menghantam tempat mereka berdiri. Mereka kembali bersiaga dan wuus ... mereka melesat cepat ke arah Baro dan triiing ... tebasan pedang mereka kembali ditahan oleh Baro.

Awan gelap mulai berkumpul di satu titik. Kilat mulai menyambar ke segala arah. Seketika itu juga, Tinju dari Nazar mengarah ke arah mereka. Bruaak ... Leta terkena pukulan dari Nazar sedangkan Nica berhasil lolos karena Leta melemparnya.

Sang Penyihir 3 : Legenda TerciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang