Bab 20 - Cokelat Rosela Rasa Cinta (Part 2)

71 63 23
                                    

Laboratorium Pascapanen bukanlah tempat yang penuh dengan bahan kimia dan peralatan sejenisnya. Tempat tersebut memang untuk bereksperimen, lebih tepatnya untuk masakan. Kesan pertama saat kalian memasukinya ialah persis seperti dapur pada umumnya. Yang menjadi pembeda hanya alatnya dapurnya lebih lengkap. Jangankan oven khas toko roti, spinner minyak, penggiling mie, penggiling kopi bahkan freezer super besar juga tersedia. Hingga membuat beberapa murid penasaran dan mencoba mengotak-atik beberapa barang yang baru pertama kali mereka lihat.

Sama seperti yang Sagara lakukan, jari kokohnya tak henti memainkan penggilingan mie yang baru pertama kali dia lihat.

"Ya ampun, dicariin dari tadi malah ada di disi," ujar Dwita kesal sembari melangkah mendekati Sagara yang berada di dekat gudang laboratorium pascapanen.

"Bosen tau nungguin sirup Roselanya dingin, jadi kesini. Sudah dingin belum sirupnya?" tanya Sagara dengan jari yang masih setia memainkan penggilingan mie.

"Sudah, tinggal kita masukin dalam botol. Terus nanti ampas Roselanya mau aku bikin jadi selai," terang Dwita yang sudah berdiri di samping Sagara.

"Emang bisa dibikin jadi selai?" tanya Sagara penasaran.

"Bisa lah, ya udah ayo kita balik." Dengan tidak sabar Dwita segera menarik tangan Sagara menuju area dapur pascapanen.

"Ini dia yang dicari, cepetan kamu sterilkan dulu botolnya!" Dengan dagunya Charles menunjuk lima botol kaca yang dimaksud.

Sagara pun mulai mencelupkan botol ke dalam panci berisi air mendidih guna membunuh kuman.

"Sudah." Sagara kemudian memberikan wadah berisi botol kepada Dwita.

Sayangnya karena kecerobohan yang akut Dwita tidak sengaja mengecup panci dengan punggung tangannya. Untung saja dengan gesit Kadek yang berada di sebelah Dwita menahan Wadah berisi botol agar tidak jatuh.

"Awsss,"  ringis Dwita.

Refleks Sagara segera membawa Dwita ke wastafel yang tersedia dan membasuh tangannya yang memerah.  Perlakuan berhasil membuat semburat rona menghiasi pipi Dwita dan hal itu lak luput dari pengawasan seseorang.

"Masih sakit?" tanya Sagara dengan cemas.

"Gak, cuma perih dikit," ujar Dwita sembari menahan rasa gugup yang tiba-tiba saja muncul.

"Kamu di sini aja tunggu tangannya agak dingin! Aku bantu Jessica sama kadek dulu biar cepat selesai," perintah Sagara sebelum meninggalkan Dwita.

Dwita di buat makin terlena dengan perlakuan Sagara yang manis hingga membuatnya ingin tersenyum. Sayangnya nama Vio terlintas di kepalanya membuat perasaan Dwita buruk seketika.

"Kok senyumnya cuma sebentar?" tanya Charles yang mengagetkan Dwita.

"Ap ... apaan sih," ucap Dwita terbata.

"Kamu suka kan sama Sagara?" Bibir Charles mengungkap pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan.

"Enggak kok," cicit Dwita dengan pandangan menghindari tatapan Charles.

"Mata kamu bohong Dwita. Tatapan kamu ke Sagara sama kaya tatapan aku ke Jessica. Tatapan seseorang yang sedang jatuh cinta," terang Charles yang membuat tubuh Dwita menegang.

"Kamu juga?" tanya Dwita tidak percaya. Pasalnya selama ini Charles terkenal anti dengan makhluk bernama perempuan.

"Iya, kita sama. Btw setau aku Sagara sudah pacaran sama adek kelas ya?" tanya Charles.

Dengan lesu Dwita hanya mampu menganggukan kepalanya.

"Gak papa, sebelum janur kuning melengkung masih ada kesempatan untuk menikung. Ayo kita bareng-bareng memperjuangkan cinta," ucap Charles memberikan semangat.

Bukan Cinta Bedengan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang