bab 10 - Rencana Nembak

107 102 20
                                    

Sebulan telah berlalu. Hubungan Sagara dan Vio semakin baik dan berjalan di tahap lebih serius. Meskipun Sagara belum berani mengutarakan keinginannya yang ingin mengajak Vio menjalin kasih.

Sagara berencana jujur dengan perasaannya saat apel malam esok hari. Pasalnya akan ada acara penyambutan kedatangan siswa kelas dua belas yang baru saja menyelesaikan masa PKUnya. Selama di sekolah Sagara tidak hentinya memikirkan bagaimana cara dia mengutarakan isi hatinya pada Vio.

"Woi, mikirin apa sih?" tanya Tono yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi sebelah Sagara.

"Nanti malam aku mau nembak Vio," terang Sagara mantap penuh percaya diri.

"Yakin kamu jadian sama Vio? kalau ujungnya cuma sebatas cinta bedengan gimana. Kamu rela untuk kesekian kalinya jadi korban cinta bedengan?" Sebenarnya Tono sudah muak dengan sikap Sagara yang keras kepala seperti ini.Menurutnya apa susahnya sih untuk berhenti dulu pacaran, toh pacaran bukannya menambah pahala malah menambah dosa.

"Aku yakin kalau Vio itu pelabuhan terakhir aku. Aku juga percaya bahwa rasa dia ke aku bukan cinta bedengan." Sagara menatap Tono dengan mata yang memancarkan keyakinan.

"Kalau misalnya dia meninggalkan kamu bagaimana?" tanya Tono sekali lagi. Pasalnya dia tidak mau sahabatnya jatuh ke lubang yang sama untuk ke sekian kalinya.

"Aku bakal rebut dia kembali. Aku bakal perjuangan dia kalau misalnya hubungan kami goyah," ucap Sagara mantap dengan tangan terkepal meninju udara.

Tono menatap ngeri Sagara, busetdah Sagara, males dah aku kalau begini ceritanya. Batin Tono

"Kamu udah kasih tau Dwita?" Tono bertanya hal tersebut karena dia tau saat ini hubungan Sagara dan Dwita tidak sebaik dulu.

Sagara selama sebulan ini lebih memilih menghabiskan waktu bersama Vio. Ke lahan, kantin, katering, maupun ke masjid. Sagara lebih memilih pergi bersama Vio dari pada sahabatnya. Sebenarnya baru kali ini Sagara sangat gencar mendekati calon pacar. Tono awalnya merasa kesal karena sikap Sagara yang lebih memilih calon gebetan dari pada sahabat. Namun pada akhirnya dia menerima hal tersebut, toh Tono tidak ada hak untuk melarang Sagara. Berbeda dengan Dwita yang lebih memilih untuk menghindar dari Sagara.

Dwita tentu saja merasa sakit saat melihat perjuangan Sagara untuk mendekati Vio. Di tambah Vio yang setiap hari selalu saja menyombongkan kedekatannya Bersama Sagara. Dwita sendiri tidak tau alasan apa yang membuat Vio berperilaku seperti itu.

"Belum, akhir-akhir ini aku jarang ketemu sama Dwita. Kaya susah banget kalau mau ketemu tuh anak, hari ini aku juga gak ada liat Dwita, dia kemana?" tanya Sagara penasaran. Entah kenapa Sagara merasa ada yang berbeda dengan Dwita yang sekarang.

"Dia pergi ke lahan tahunan sama anak kelas sepuluh. Disuruh Kak Irwan praktik okulasi karet, soalnya kemarin dia dispen piket pos." terang Tono.

"Emang dia gak masuk kelasnya Bu Rita, dispen lagi gitu?" ujar Sagara.

"Bu Rita gak masuk, suaminya masuk rumah sakit." Tono segera bangkit dari kursinya dan bersiap untuk kembali ke asrama.

"Baru sadar aku kalau nih kelas kosong." Sagara pun mengikuti Tono yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Sibuk mikirin gebetan terus sih. Chat grup WA sampai gak di buka." Tono memutar bola matanya malas.

Saat berjalan di koridor sekolah ada dua siswa yang berlari menghampiri mereka dengan wajah panik.

"Tolong Kak ... ada ... kecelakaan ... di lahan tahunan," ujar seorang siswa dengan napas tersengal.

"Tolong Kak, Vio pingsan," ucap siswi satunya yang Sagara kenal sebagai teman piket pos yang berjaga bersama Vio hari ini.

"Siapa korban di lahan tahunan?" tanya Sagara cemas, entah mengapa pikirannya mengarah pada Dwita.

"Kak Dwita, lengannya terkena pisau okulasi. Bisa minta tolong carikan petugas ambulans. Soalnya lukanya cukup parah," jelas siswa tersebut.

Sontak Tono dan Sagara membelalakkan mata, rasa khawatir menyerang. Dwita merupakan gadis cengeng, sudah dipastikan dia menangis kencan, atau parahnya dia pingsan karena sudah dipastikan lukanya mengeluarkan darah dan Dwita takut akan hal tersebut.

Sagara segera pergi ke kantor sekolah untuk mencari petugas. Namun, tangannya dicekal.

"Vio, pingsan di asrama sendiri Kak," ujar teman Vio dengan raut wajah tak kalah cemas.

"Vio pingsan di asrama putri kan. Anak cowok di larang masuk asrama putri kalau kamu lupa. Kenapa malah kamu tinggalin dia sendiri? udah sana kembali ke asrama jagain, Vio!" Tono buka suara karena dia merasa janggal dengan sikap teman Vio yang seakan menuntut Sagara.

"Tolong jaga Vio ya!" seru Sagara segera berlalu.

"udah sana cepat balik ke asrama, nanti vio keburu sadar eh taunya yang jaga malah kuntilanak," tambah Tono yang kemudian berlari menyusul Sagara. Benda

Bersambung....

Informasi

Okulasi :  adalah salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara menempelkan sepotong kulit pohon yang bermata tunas dari batang atas pada suatu irisan dari kulit pohon lain, biasa diambil dari batang bawah, sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru. 

Jangan lupa vote dan komen cerita "Bukan Cinta Bendengan". Yang mau krisan juga boleh di kolom komentar.

Bukan Cinta Bedengan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang