Bab 34- Kisah Lama Yang Terulang Kembali

46 29 37
                                    

Sagara Mahendra, kembali menjadi korban cinta bedengan. Vio yang digadang-gadang menjadi pelabuhan terakhir Sagara, nyatanya isapan jempol semata. Tepat di depan mata Sagara, usai upacara penyambutan murid kelas dua belas setelah selesai menempuh kegiatan PKU. Vio, dengan wajah angkuhnya menghampiri Sagara. Parahnya, Vio datang bersama dengan seorang siswa kelas sebelas sambil bergandengan tangan dengan mesra.

"Maaf Kak, aku rasa kita sudah gak cocok." Vio mengangkat tangannya, menunjukkan jari yang saling bertautan, "saya sudah bosan," ucap Vio tanpa dosa.

Sementara Sagara hanya memandang Vio dengan wajah datar. Sebenarnya, dia ingin memutuskan Vio malam ini. Setelah seminggu sebelum selesai masa PKU ada nomor anonim yang mengirimkan foto Vio, yang tengah bermesraan dengan seorang siswa. Akan tetapi, malah Vio curi start lebih dulu membuat Sagara mengumpat dalam hati.

Sagara memasukkan kedua tangannya ke saku celana, dipandangnya Vio dengan tatapan menilai dari ujung kepala hingga kaki.

"Sorry juga kalau begitu, kayaknya aku lupa kasih tau kamu kalau aku juga bosan. Saking jenuhnya sampai lupa kasih kabar kalau aku memutuskan kamu secara sepihak." Sagara mendekati siswa yang secara tidak langsung, Vio patenkan sebagai kekasih barunya. Sagara menepuk pelan bahu pemuda tersebut, "good luck ya, semoga awet. Soalnya agak susah kalau berhubungan sama orang yang suka selingkuh." Sagara pun berlalu meninggalkan Vio dan pacar barunya.

Lagi dan lagi sejarah terulang, akan tetapi tetap saja tidak sesakit itu. Entah Sagara yang dasarnya buaya, atau memang dia yang tidak pernah menggunakan perasaan. Lelah, tentu saja melelahkan. Banyak waktu, uang dan tenaga yang Sagara berikan untuk para mantannya. Meskipun uang tidak seberapa, tapi tetap saja terhitung banyak apalagi untuk kantong anak asrama yang jatah uang jajannya tidak seberapa. Mungkin yang paling banyak Sagara korbankan adalah tenaga. Perlu diingatkan bahwa mencangkul juga perlu tenaga yang tidak sedikit. Coba saja kalian hitung sudah berapa banyak mantan Sagara, tiap satu mantan pasti memiliki tanggungan lebih dari satu bedengan.

Nama Dwita tiba-tiba muncul di pikirkan Sagara, gadis cantik yang suka memporak-poranda hatinya akhir-akhir ini. Akankah sama kisahnya apabila dia menjalin hubungan dengan gadis tersebut? Sagara takut, Dwita akan sama seperti para mantannya terdahulu.

Sagara menghela napasnya kasar, beginikah kisah cinta masa remajanya? Realita tidak seindah ekspektasi yang dia bayangkan. Selama ini semasa pacaran dengan para mantannya, tempat kencan mereka tak jauh-jauh dari lahan tahunan, lahan semusim, lahan swakarya, lahan pangan, lahan hortik, kebun kopi, kebun cabai, kebun tomat paling bagus tempat kencan mereka hanya di kantin sekolah. Semua tak terlepas dari yang namanya bedengan. sesuai dengan namanya, cinta bedengan.

Ditendangnya kerikil kecil saat mata Sagara tak sengaja menangkapnya. Kerikil tersebut melayang tinggi hingga ....

Tukk.

"Awsss, siapa yang lempar-lempar!" pekik Dwita sembari mengedarkan pandangan mencari tersangka, "kamu ya, yang lempar?" Dwita mengerucutkan bibirnya memandang Sagara kesal sembari mengusap tengkuknya yang terkenal kerikil.

Sagara yang merupakan tersangka hanya mampu memasang senyum kuda. Dihampirinya Dwita yang berjarak lima langkah.

"Sakitkah? " Sagara menggantikan Dwita mengusap tengkuk gadis tersebut.

"Gak sih," jawab Dwita sembari mengangkat bahu.

"Eh eh eh, itu bukannya Vio ya. Ra, pacar kamu tuh gandengan mesra banget sama itu ... siapa namanya aku lupa. ah iya, ketua OSIS yang baru." Dwita membalik tubuh Sagara secara paksa, agar melihat dua manusia yang di maksudnya.

Diam, Sagara enggan menjawab dan membalikkan kembali tubuhnya menghadap Dwita. Sagara menatap Dwita dalam, sontak ditatap seperti itu membuat Dwita salah tingkah.

"Anu, itu pacar kamu ...,"

Belum usai berbicara Sagara lebih menyela.

"Mantan lebih tepatnya," sanggah Sagara.

Dwita menatap Sagara tidak percaya. Yang benar saja? Sagara putus dengan manusia medusa tersebut.

"Kok bisa?" tanya Dwita penasaran, bahkan mimik wajahnya terlihat melontarkan pertanyaan 5W1H.

"Anak kecil gak boleh tau." Sagara menjitak pelan kening Dwita.

"Serius, kamu sudah putus sama perempuan medusa titisan iblis itu?" tanya Dwita sekali lagi.

"Iya," jawab Sagara datar, "kisahku dan dia sudah usai, sama seperti kisah-kisah yang lalu." lagi lagi Sagara menghela napas.

Memang wajah Sagara tak menunjukkan rona kesedihan sedikit pun. Akan tetapi, Dwita tetap merasa iba dengan pemuda yang dia sukai tersebut. Perlahan Dwita menarik Sagara menjauh, hingga sampailah mereka di gazebo dekat pohon kelengkeng, tepat di samping pos asrama putri. Hanya ada beberapa siswi yang berkeliaran di sekitar asrama putri, sedangkan sisanya masih bertahan di lapangan korem yang berada di lingkungan asrama putra.

Dwita mendudukkan diri, disusul oleh Sagara. Kini kedua orang tersebut terdiam dengan pikiran di kepala masing-masing.

"Kamu beneran putus sama, Vio?" pertanyaan yang sama kembali keluar dari mulut Dwita.

"Sekali lagi tanya itu, kamu bakal dapat hadiah piring cantik." Sagara mendengkus kesal, "sudah takdirnya begitu, aku bisa apa?" lanjut Sagara tak minat.

"Berarti kamu harus berhenti pacaran mulai dari sekarang! mungkin aja ini peringatan dari Allah. Lagian kamu hobinya pacaran terus, gak bosen apa?  aku aja yang jomblo bosen," ujar Dwita, tak lupa tangannya juga bergerak kesana-kemari sekaan ikut menjelaskan.

Tangan Sagara bergerak, mengusap pucuk kepala Dwita yang tertutup jilbab. Dwita yang diperlakukan seperti itu seketika menegang, ditambah saat mata mereka tak sengaja bertemu. Dwita seakan tenggelam kedalam bola mata Sagara. Selama ini baru dia sadari, ternyata bola mata Sagara sedikit berwarna cokelat gelap. Sama halnya dengan Sagara, dia juga tenggelam memandang mata cantik Dwita.

"Aku bakal berhenti pacaran. Suatu saat nanti, ketika sudah dewasa aku akan langsung lamar perempuan yang cocok sama aku," ucap Sagara mantap.

Dwita yang mendengar ucapan Sagara mendadak merasa sesuatu meremas hatinya. Bolehkah dia berharap perempuan itu dirinya? bolehkan dia egois apabila wanita itu bukan dirinya maka ia akan memaksa menjadi perempuan tersebut?

.
.
.

Bersambung...

Jangan lupa vote cerita "Bukan Cinta Bedengan". Yang mau krisan juga bisa kolom komentar.

Bukan Cinta Bedengan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang