Bab 35 - Melati dan Teki

28 11 9
                                    

Tanaman dan tumbuhan adalah sesuatu hal yang sering dianggap sama. Akan tetapi, mereka memiliki definisi yang berbeda. Tanaman adalah sesuatu yang sengaja ditanam oleh seseorang. Sedangkan, tumbuhan ada sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia.

Tanaman seringkali mendapatkan perhatian istimewa agar tumbuh dengan baik. Segala sesuatunya diperhatikan. Seperti pupuk, intensitas cahaya, air untuk menyiram dan tempat tanaman tersebut ditanam. Sehingga tanaman menjadi manja. Oleh karena itu, tanaman akan cepat mati apabila tidak diurus dengan benar. Berbeda dengan tumbuhan yang hidupnya hanya bergantung pada takdir tuhan.

"Astaga! mager banget loh ini. Percuma berangkat pagi kalau ujungnya malah ke lahan," gerutu Dwita sembari memasukan bukunya ke dalam tas.

"Mana pelajaran TAPUK( tanah dan pemupukan). Main lagi kita, sama tai ayam dan kawan-kawan," ujar Cika dengan lesu.

"Hari ini kan jadwalnya buat pupuk cair. Kok kamu bawa-bawa eek ayam sih?" tanya Sari teheran.

"Wah, ketahuan gak baca modul. Yang benar itu pakai pupuk kandang, bukan tai ayam langsung," ujar Dwita memberi penjelasan.

"Udah kenapa bahas tai ayam!" Rere memandang para sahabatnya dengan jengah, "Sudah telat kita, ayo buruan!" Rere pergi lebih dulu meninggalkan mereka.

Dwita, Rere, Cika dan Sari jalan beriringan. Saat keluar area sekolah, mata Dwita tidak sengaja melihat penampakan.

"Stop!" Dwita merentangkan tangan guna menghalau ketiga temannya.

"Nj*r Dwita, pakai rem segala," umpat Sari kesal.

Dwita mengkode para temannya untuk mengikuti arah pandangannya.

"Astagfirullah!" pekik Cika sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Sh*t! mata saya tak suci lagi," umpat Sari dengan pandangan tak lepas dari penampakan tersebut.

"Oh my good!" Rere melotot tidak percaya, "Mesum!" teriak Rere lantang.

Dua orang yang menjadi target pandangan mereka langsung kabur. Wajah dua orang tersebut tak terlalu jelas, karena posisi si pria memunggungi Dwita dan teman-temannya. Saat pergi pun mereka menutupi wajah dengan tangan. Sehingga susah untuk dikenali. Tapi, Dwita merasa tidak asing dengan tas yang digunakan oleh si perempuan. Tas berwarna biru listrik dengan pola segitiga berwarana silver. Ingatan Dwita mengarah ke seseorang yang dia kenal.

"Asli gak ngotak mereka. Bisa-bisanya ciuman sambil grepe-grepe di area sekolah. Harus kita laporkan nih!" ucap Rere menggebu.

"Bagaimana bisa kita laporkan? buktinya aja gak ada. Yang ada kita malu gara-gara ketahuan ngintip orang ekhem-ekhem. Lagian kita juga gak tau siapa mereka, nanti jatuhnya fitnah kalau kita asal tebak," ucap Sari mengingatkan.

Apa yang diucapkan Sari benar adanya. Yang mereka tau, dua orang tersebut hanyalah murid muda mudi kasmaran. Setelah beradu argumen beberapa saat, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju asrama. Guna mengganti pakaian untuk pergi ke lahan.

Benar saja, akibat penampakan yang tak diduga dan adu argumen mereka terlambat. Untung saja pengajar TAPUK bukan termasuk jajaran guru cerewet.

"Dari mana?" tanya Sagara ketika Dwita berdiri di sebelahnya.

"Dari asrama lah. Dari mana lagi memang?" ketus Dwita kepada Sagara.

Mendadak penampakan tadi membuat Dwita kesal. Apakah adegan itu juga berlaku ketika si perempuan bersama Sagara. Dwita menggelengkan kepala, berusaha menampik pikiran negatifnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Cinta Bedengan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang