"Lo kaga bakal ngasih kado ke gue?"
"Pilih sendiri aja deh, nanti gue yang bayar."
"Bener, ya!"
"Jangan lebih dari lima ratus rebu!"
"Washiaaaap!"
Hari ini Mama 11 IPA 2 sedang berulang tahun. Anak-anak kelas tentu saja tak ada yang merayakan, tradisi mereka merayakan ulang tahun di akhir Desember. Iya, bareng semua ngerayainnya, sekalian bagi rapor.
"Gue mau traktir anak-anak tapi kalo di rumah pasti nggak bisa," cerita Yujin kepada Doyoung yang sedang mengendarai motor.
"Nanti aja di sekolah, lo jajanin mereka teh poci."
Keduanya memang berada di motor, tetapi obrolan mereka masih tetap terdengar jelas. Tahu kenapa? Karena kepala Yujin bersandar di punggung Doyoung.
"Gue besok bawain broreo, deh," kata Yujin. "Malem anterin gue belanja bahan ya."
"Telpon aja," jawab Doyoung. Keduanya terus mengobrol, pengguna jalan lain yang melihat pasti mengira mereka pasangan kekasih yang sedang dimabuk cinta.
"Papah gue ada di rumah nggak, ya?" gumam Yujin tiba-tiba. "Dia tau gue ulang tahun nggak, ya?"
"Ada," jawab Doyoung. "Pasti tau, kan dikasih tau mama lo."
Yujin menghela napasnya. "Tahun lalu aja nggak ada. Malah jalan sama ceweknya."
"Tahun ini beda," balas Doyoung. Ia sebenarnya tak tahu harus berkata apa. Yang Doyoung tahu hanya kakak perempuan Yujin dan Mamanya yang akan merayakan ulang tahun, mereka sudah menyiapkan surprise untuk Si bungsu. "Kalaupun nggak ada Papah lo, masih ada mama sama Mba Solbin."
"Perasaan kalo lo ulang tahun, orang tua lo ada lengkap, Aa lo juga. Mereka ngerayain tengah malam, Mama lo upload semua momen itu ke Instagram."
Doyoung tak bisa membalas perkataan Yujin. Keluarganya memang sempurna, dan ia merasa tak enak kepada sahabatnya.
"Semalem aja yang ngucapin selamat ulang tahun pertama malah Mama lo."
"Baru balik itu emak gue, gabut kayanya," balas Doyoung santai. "Tadi pagi dia nanyain lo lagi mau benda apa, mau ngasih kado kayanya."
Yujin menghela napasnya. "Bi, tukeran keluarga, yuk."
"Lo emang keluarga gue."
***
"HAAPY BIRTHDAY ANNAAAAAA!"
Suara heboh Sang Kakak dan Mama langsung menyambut Yujin yang baru turun dari motor. Dua wanita di hadapannya bahkan sudah berjoget ria, sedangkan Doyoung merekam tingkah keluarga Yujin.
"Aby, ayok gabung," ajak Mama kepada Doyoung.
"Tau lo, Bi! Gak usah sok kalem!" Kali ini Mba Solbin yang menyahuti.
Panggilan Doyoung dirumah memang Aby, sedangkan Yujin dipanggil Anna. Keduanya sering memanggil seperti itu saat di luar sekolah, tetapi saat sekolah Yujin memilih untuk memanggil Doby, sedangkan Doyoung tak bisa memanggil Yujin Anna, karena namanya sama seperti Mama Jeongwoo.
"Ayo tiup lilinnya, Dek."
Yujin langsung memejamkan mata, merapalkan beberapa harapan sebelum meniup lilin.
"YEAAAAAAY!" sorak Mama, Mba Solbin dan Doyoung kompak. Sedangkan Yujin terlihat melirik ke beberapa arah.
"Papah mana?"
"Ada di dalem, lagi nerima telpon." Mama menjawab dengan lembut. "Yuk masuk. Aby ikut masuk, ya. Mamah bikin mpek-mpek."
"Siap, Maa," jawab Doyoung yang sudah kembali ke vespanya. Bahaya kalo parkir di luar, bisa raib pas mau pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH [KIM DOYOUNG]✓
Teen FictionBUKAN! INI BUKAN TENTANG ANAK SMA NIKAH MUDA YANG PUNYA ANAK MANIS DAN LUCU!