"Tau nggak, sih? Mas gue nikah sama cewek yang jadi pasangannya pas perpisahan kayak gini."
Yujin melirik tajam pada Haruto yang duduk di jejeran kursi untuk tamu undangan besok. Ini kalo bukan karena ada guru-guru yang mantau dia, sudah pasti Haruto sekarat di tangannya sekarang. Mana anak-anak kelas lainnya juga asik nonton sambil mesem-mesem.
Malam ini acara gladi bersih dilakukan di ballroom hotel bintang lima. Besok, acara perpisahan akan dilakukan untuk angkatan anak kelas 12. Sebenarnya gladi bersih ini tidak terlalu wajib untuk anak kelas yang tidak memiliki kontribusi penting, namun rombongan 12 IPA 2 ini pingin memberikan dukungan moril pada Papa dan Mamanya.
"Asik kagak jadi cere," komentar Dohyon yang sedang asik memakan gorengan. "Samawa ya, Mah, Pah."
Doyoung dan Yujin memang terpilih sebagai perwakilan untuk upacara adat pelepasan siswa/i angkatan tahun ini. Padahal tahun-tahun sebelumnya yang jadi perwakilan itu selalu ketua osis atau siswa berprestasi. Namun, tahun ini agak random.
Kepala sekolah memilih Doyoung dan Yujin dengan alasan tidak sempat menonton langsung ujian praktek PAI mereka. Jadilah beliau menitah panitia untuk menjadikan KM dan Wakil KM kelas 12 IPA 2 itu sebagai perwakilan murid di upacara adat.
Bahkan, Pak Kepala Sekolah itu rela langsung menghubungi Doyoung dan Yujin karena keduanya itu sempat menolak. Ini terutama Yujin ya, kalo Doyoung, mah, iya-iya aja.
"Tolong ada perwakilan murid yang jadi orang tua dulu," tiba-tiba saja seksi acara berbicara dengan mikrofon. "Kak Uto! Kak Uto! Maju dulu, Kak!"
Emang dasar anak kelas, tuh, nggak tenang kalo nggak rusuh. Mana seksi acara-nya itu si Junghwan, makin semena-mena itu anak kelas. Empat manusia berjenis kelamin jantan kompak naik ke atas panggung.
"Mohon maaf ini kenapa ortunya hombreng, ya?"
Haruto, Dohyon, Junhyuk dan Jeongwoo jelas tak menggubris komentar Junghwan. Mereka justru sudah duduk di kursi yang tersedia untuk acara sungkem. "Weh, gue nggak mau sama Jeongwoo!" protes Haruto saat sadar kalao Jeongwoo yang menjadi pasangannya. "Ayang Dodo gue mana?"
"Sempet, ya, mereka ribut," komentar Yuna yang sudah nepuk jidat. "Mana rebutan si Dodo lagi."
"Euuum mampus!" refleks Wonyoung langsung tertawa saat Haruto dipukul oleh Yujin. "Kapan lagi liat orang tua digebuk sama anaknya."
Lagian Haruto ini ada aja tingkahnya. Sedangkan pikiran Mama lagi runyam pol karena besok orang tuanya nggak bisa dateng. Cobaan hidup Ahn Yujin malem ini emang agak banyak.
Upacara adat terus berlanjut hingga diakhiri dengan prosesi pelepasan siswa dengan pengalungan piagam sebagai simbolis.
"Tolong diinget, ya, Kakak-kakak," pinta Junghwan yang masih terus memantau jalannya prosesi gladi bersih, "tolong jangan nambah kerjaan saya besok."
🐰🐶
Acara gladi bersih selesai sekitar pukul setengah 10. Yujin yang awalnya akan kabur dan pulang dengan Mao berakhir gagal karena Doyoung sudah menyita tas, ponsel, serta barang-barang penting miliknya.
"Ayo, pulang," ajak Doyoung yang sudah memberikan jaketnya pada Yujin. "Mau makan dulu nggak?"
"Balik aja, besok gue harus bangun pagi," balas Yujin yang sudah berjalan lebih dulu ke parkiran. "Motor lo mana?"
Doyoung menekan remote kunci di tangannya dan tak lama setelah itu sebuah mobil berbunyi. "Gue bawa mobil," balasnya dengan santai dan melangkah menuju sebuah Audi berwarna hitam yang baru Yujin lihat.
Tak perlu Yujin tanya pada Doyoung pun, ia sudah pasti yakin kalo mobil yang ada di depan matanya ini adalah mobil baru Doyoung. Seingatnya, dulu A Junkyu juga mendapatkan mobil saat akan masuk kuliah. Jelas Doyoung pun pasti begitu.
"Selamat datang, lo perempuan kedua setelah Mama yang duduk di sini."
Entah sejak kapan Yujin diam mematung, hingga ia tak sadar kalau Doyoung sudah membukakan pintu untuknya. "Gue di belakang, deh--"
"Dikata gue Grab car," sewot Doyoung yang menahan lengan atas Yujin, dan sedikit mendorongnya untuk duduk di jok depan, samping kemudi. Papah kelas itu juga dengan lancang sedikit masuk ke dalam mobil untuk memakaikan sabuk pengaman untuk Yujin.
Posisi keduanya terlihat tidak aman. Yujin yang duduk membeku, sedangkan setengah tubuh Doyoung tepat berada di depannya. Ini kalo orang liatnya dari depan bakalan ngira mereka lagi ciuman.
"Gue bisa sendiri," ucap Yujin sedikit mendorong tubuh Doyoung yang masih gagal memasukan kaitan sabuk pengaman untuk Yujin. "Awas!"
Doyoung yang baru sadar kalau posisinya sangat dekat dengan Yujin langsung bergegas menjauh hingga kepalanya terpentok atap pintu. Suara cukup kencang itu, bahkan membuat Yujin refleks memeluk kepala Doyoung dan memastikan kalau lelaki itu baik-baik saja.
"Sakit?" tanya Yujin panik, perempuan itu masih terus mengelus-elus kepala Doyoung. Bahkan seperti orang tua zaman dulu, ia sampai mengelus kepala Doyoung dengan rambutnya agar kepala lelaki itu tidak benjol. "Masih sakit?"
Tanpa keduanya sadari, ada beberapa anak kelas yang menonton drama romantis dadakan itu. Kamera ponsel Haruto bahkan sudah beberapa kali memotret momen manis itu. "Ck! Jiwa lambe gue seketika menggebu."
🐰🐶
Padahal Yujin sudah bilang kalau dia minta langsung pulang saja. Tetapi, Doyung yang tahu kalo perempuan di sampingnya ini belum makan akhirnya menepikan mobil hitam dengan plat pinjaman dari dealer itu ke sebuah warung tenda langganan mereka. Sudah lama juga keduanya tidak makan pecel lele bareng di tempat ini.
"Weekend ini jadi ke pulau keluarganya Haruto?" tanya Doyoung sembari mengambil air mineral milik Yujin. "Titik kumpul berangkat mending di rumah siapa gitu, agak nggak yakin kalo di bandara."
Yujin lebih dulu menyelamatkan air mineralnya, kali ini ia tak akan berbagi dengan Doyoung. Minumnya hanya untuk ia, begitupun minuman Doyoung yang tak akan disentuhnya. Dan, ini termasuk dengan nakanan. Pokoknya masing-masing!
"Nanti diomongin lagi abis perpisahan," balas Yujin berbarengan dengan pesanan mereka yang sudah datang.
Nasi goreng untuk Doyoung dan kwetiau goreng milik Yujin. Biasanya mereka akan berbagi dua makanan itu. Namun untuk malam ini, Doyoung bahkan segan untuk mencomot kerupuk milik Yujin yang tidak memberikan sambutan baik.
Meja keduanya benar-benar terasa sepi. Ibu penjaga warung tenda itu bahkan menatap bingung pada dua remaja yang biasanya membuat keributan setiap datang ke sini. Aura kecanggungan di antara keduanya sangat terasa, bahkan oleh orang sekitar.
"Besok Mama lo kagak dateng?"
"Hmm," hanya jawaban itu yang bisa Yujin beri. Ia berlagak fokus menikmati kwetiau di piring plastik hijau.
Doyoung menghela napas. "Besok Mama sama Papa gue dateng. Nanti pas upacara adat bagi dua aja. Mama sama lo, gue sama Papa," ucapnya tanpa menerima penolakan. "Gue udah ngomong ke panitia, nanti yang bisa maju ke depan cuma salah satu orang tua, nggak sepasang. Si Junghwan juga udah setuju, Kok."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH [KIM DOYOUNG]✓
Roman pour AdolescentsBUKAN! INI BUKAN TENTANG ANAK SMA NIKAH MUDA YANG PUNYA ANAK MANIS DAN LUCU!