Dua Tahun Kemudian...
Senyum Doyoung sekektika terbit saat melihat perempuan yang sedari tadi ia tunggu akhirnya muncul dari pintu keluar kampus. Doyoung bahkan tak bisa menahan tawa saat melihat wajah lesu sahabat kecilnya. Bahkan, batik kampus yang dipakai Yujin tak lagi serapi tadi pagi.
"Heran, deh, ini kampus gede banget, tapi petugas gudang aja kagak ada!" adu Yujin saat sudah berada di dekat Doyoung. "Masa gue disuruh ngerapiin alat medis yang udah nggak kepake."
Doyoung yang sebelumnya bersandar di depan kap mobil kini akhirnya beranjak, "Ngerapiin sendiri?" tanganya sembari beriringan melangkah menuju pintu penumpang samping kemudi, ia membukakan untuk Yujin, dan memastika kepala perempuan itu aman dari atap pintu Audi-nya.
"Berdua sama Bu Risa, tadinya bertiga sama Jihan, terus dia kabur pake alesan udah dijemput Dodo," Yujin melanjutkan ceirtanya, sedangkan Doyoung masih diam mendengar cerita Yujin, ia bahkan tak ada niatan untuk menutup pintu mobil dan memutar untuk masuk, "terus pas gue bilang udah dijemput juga, Bu Risa kagak percaya."
Doyoung tak kuasa menahan tawanya, tetapi ia tak bisa langsung menyahuti cerita Yujin. "Bentar, gue masuk dulu," izinnya sebelum menutup pintu di samping Yujin, lalu bergegas memutar dan masuk ke dalam mobil. "Jadi, kenapa Bu Risa nggak percaya?" Lelaki itu langsung memancing pertanyaan agar Yujin melanjutkan ceritanya.
"Si Jihan bilang kalo cowoknya udah dijemput, terus Bu Risa percaya," cerita Yujin meluap-luap, "pas bagian gue bilang udah dijemput, Bu Risa malah nyuruh cancel aja ojolnya."
Tawa Doyoung seketika pecah. Cara Yujin bercerita, kesialan yang dikira bohong, serta bagaimana ekspresi perempuan itu sangat lucu. Ini Doyoung bahkan belum berencana mengemudikan mobilnya karena tak ingin membagi fokus antara jalanan dengan Yujin.
"Terus ini lo pulang setelah semuanya selesai?" tanya Doyoung yang menatap ke arah Yujin, serius mendengar cerita Yujin. "Lo beres-beres jam berapa?" Mendengar suara Yujin yang mulai tercekat, membuat Doyoung sigap mengambil air mineral dan menyodorkan untuk perempuan itu.
Yujin menerima botol air mineral yang sudah dibukakan oleh Doyoung. "Tadi, tuh, belum beres," lanjutnya menjawab pertanyaan Doyoung setelah menenggak air mineral, "untungnya suami Bu Risa jemput, jadi dia balik. Tapi, besok dia bilang lanjut lagi."
"Terus besok lo mau kabur--"
"Nah itu," sahut Yujin antusias, "besok lo jemput gue, ya!"
Alis kanan Doyoung sedikit menukik, "Lo bikin skenario apa?" tuduhnya dengan mudah menebak pola pikir Yujin. "Gue harus drama apa?"
Sengiran Yujin melebar saat Doyoung menangkap basah rencananya. "Hehehe, itu ...," balasnya cengengesan, "lo nanti jemput gue ke dalem, ya. Bareng Si Dodo, deh!"
"Emang besok pulang jam berapa?" tanya Doyoung yang mulai mengemudikan mobilnya, "jam empat gue mau kerja kelompok."
Yujin berdecak kesal, "Gue besok beres kelas setengah lima, kalo ketangkep Bu Risa lagi, besok bisa pulang abis magrib," keluhnya menggunakan jurus andalan, seakan menjadi korban dan yang paling tersakiti.
"Diem! Jangan berlagak jadi korban," sewot Doyoung sebal sendiri, "liat besok, deh. Kalo bisa gue tawar, nanti gue selametin lo."
"Bener, ya?" tuntut Yujin penuh harap dan intimidasi. "Awas aja kalo nggak!"
Doyoung merengut sebal saat Yujin mengancamnya. "Gue nggak pernah ingkar janji, ya!" sewotnya membela diri. "Lagi rapat himpunan aja kabur diem-diem buat jemput lo."
Masih bertahan dengan sengirannya, Yujin tak merasa bersalah sama sekali. "Besok juga berarti kabur diem-diem aja," hasut Yujin memberi saran yang kurang ajar, "atau muncul setengah jam, terus pamit jemput gue dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH [KIM DOYOUNG]✓
Novela JuvenilBUKAN! INI BUKAN TENTANG ANAK SMA NIKAH MUDA YANG PUNYA ANAK MANIS DAN LUCU!