"Yujin kapan, nih? Masa cuma ngasuh keponakan aja."
Yujin hanya tersenyum sembari memangku Junhee--anak kedua Junkyu dan Yihyun--yang hari ini sedang berulang tahun kepertama. "Kapan-kapan, Tanteee," balas perempuan itu dengan senyuman tipis.
"Jangan ditunda-tunda, ah. Kodrat wanita itu melahirkan, kasian juga Doyoung pingin main sama anak kandung sendiri. Jangan teralalu mikirin karir juga, jangan juga mikirin badan yang nanti jadi jelek kalau hamil."
Tiga tahun menikah dengan Doyoung, Yujin memang masih belum berani untuk memiliki anak. Bukan karena ingin fokus pada karir, bukan juga karena takut tubuhnya akan berubah. Namun, memang karena belum diberi saja.
Di tahun pertama pernikahan, Yujin memang berencana untuk menunda dulu, ia masih khawatir kalau keluarga kecilnya sekarang akan seperti keluarga kecil mamanya dulu. Meskipun Doyoung tak akan menjadi seperti sang papa, namun trauma masih cukup sering mengganggunya.
"Yang, ada Haruto sama Mara, tuh," Doyoung datang menghampiri Yujin, ia juga langsung mengambil alih Junhee dan menggendongnya. Tak peduli dengan istri dari rekan kerja orang tuanya, Doyoung langsung berlalu begitu saja. Sedangkan Yujin lebih dulu pamit dengan sopan pada wanita dengan pakaian warna warni itu, lalu bergegas menyusul sang suami. "Sama orang kayak gitu nggak usah terlalu sopan, Na."
Pukulan pelan di pundak Doyoung langsung Yujin beri. "Nanti aku lagi yang salah, 'Itu istrinya Doyoung ndak sopan,'" belanya sampai mengikuti suara ibu-ibu yang tadi, namu dengan suara yang sangat pelan. "Haruto sama Mara ngapain ke sini?"
"Anak mereka diundang, Yang," jawab Doyoung saat keduanya beriringan menuju area luar yang sudah ramai, meskipun acara belum dimulai. "Anaknya Jeongwoo juga dateng."
Yujin menempuk keningnya, duo bayi kematian datang. Anaknya Haruto-Mara dan Jeongwoo-Dera itu betulan duplikat bapak mereka. Dua anak laki-laki yang hanya berbeda satu minggu saja itu kini berusia 10 bulan, mereka baru bisa berjalan, dan dengan kemampuan melangkah yang masih oleng itu, keduanya sudah berhasil membuat banyak orang spaneng.
. . .
"Biiiihhh," Dengan sekuat tenaga Yujin mendorong tubuh Doyoung, mejauhkan lelaki itu agar mata mereka saling bertatapan, "ke kamar!"
Merasa kegiatannya tergaggu, Doyoung sedikit memajukan bibir bawahnya. "Di sini aja," balasnya sembari kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang istri, "kita belum pernah di ruang tengah, kan? Siapa tau yang disini bisa ngehasilin Little Doyoung atau Mini Yujin."
. . .
"Kenapa kamu seyakin itu anak-anak kita nggak akan ngerasain yang kamu rasaian?"
Yujin tersenyum, ia menatap dalam netra sang suami. "Karena papanya anak-anak aku itu kamu," jelasnya dengan bangga. "Kamu nggak akan kayak papaku."
Senyuman Doyoung semakin merekah, lelaki itu masih terus mengelus-elus punggung Yujin. "Ada ketakutan lain juga nggak?" tanyanya lembut.
"Nggak ada," Yujin menggelengkan kepalanya, "Maaf ya, kesannya aku dulu nggak percaya sama kamu."
. . .
"Na, hasilnya ada di layar, bukan di tembok," panggil Doyoung.
"Aku nggak mau liat!" Yujin memejamkan matanya dengan erat.
"Aku juga nggak mau liat," balas Doyoung yang masih terus menatap perut Yujin.
Decakan Yujin terdengar jelas, "By, ih!" sewotnya menoleh ke arah Doyoung, menatap nyalang sang suami.
"Kita cek sama-sama," ucap Doyoung saat matanya saling bertatapan dengan Yujin. "Satu ..., dua ..., tiga ...."
Dengan kompak Doyoung dan Yujin menoleh ke layar LED di hadapan mereka. Keduanya sama-sama diam, menatap tak percaya pada hasil yang tampil di layar itu. Tangan Doyoung bahkan masih terus menggerkan transducer di atas perut Yujin.
. . .
Hehehe yang 21+ dan Spoiler masa depannya ada di Karyakarsa aja yaaa...
![PAPAH [KIM DOYOUNG]✓](https://img.wattpad.com/cover/277732676-64-k456071.jpg)