"Cantik, pulang sama siapa nih?"
Yujin yang baru saja keluar dari tempat bimbel langsung disambut oleh Doyoung dan vespa matic-nya.
"Atas nama Kim Doyoung?" tanya Yujin menghampiri Doyoung. "Sesuai aplikasi ya, Bang."
Doyoung tentu saja langsung mendelik kepada sahabatnya itu.
"Jemput siapa, lo?"
Pertanyaan Yujin itu tentu saja membuat Doyoung semakin mendelik. "Jemput lo, lah! Jemput siapa lagi?!"
Yujin terlalu paham Doyoung, "Ngincer anak sekolah mana, lo? Ngaku aja udaaaah."
"Kaga adaaa..." balas Doyoung yang dengan sebal memakaikan helm kepada Yujin. "Su'udzon mulu lo jadi manusia."
"Seriusan nih kaga ada yang lo incer?" tanya Yujin yang masih penasaran. "Kali aja bisa gue bantu gitu. Lo kan tau gue udah les di tempat ini dari zaman Calistung, kenal semua gue sama manusia di tempat les ini mah. Mau kontak anak yang punya ini tempat bimbel kaga? Cantik, pinter juga."
"Seriusan?" emang dasar buaya, dipancing daging dikit juga langsung mangap.
Yujin langsung mengangguk, "Selera musiknya juga bagus, pinter ngomong pula, lucu lagi."
Doyoung tentu saja menjadi semakin bersemngat. Cewek berkelas nih. "Mana nomor whatsappnya? atau ID line deh."
"Enak aja, kaga gratis lah--"
"Boba?" potong Doyoung cepat. Ia menawarkan barter antara boba dengan nomor ponsel anak dari pemilik tempat Yujin bimbel.
"Sama takoyaki?"
"Deal!" jawab Doyoung dan disusul pekikan semangat dari Ahn Yujin yang mendapatkan makanan dan minuman gratis malam ini. Lumayan, uang jajan aman.
Sebenarnya Doyoung baru pulang main, kumpul bersama beberapa temannya. Tetapi saat pulang ia ingat bahwa malam senin adalah jadwal Yujin bimbel. Jadi sebelum pulang, sekalian ia jemput Yujin dulu. Lagipula rumah ia dan Yujin berada di perumahan yang sama.
"Eh, Biii beli pecel lele aja deh. Gue lupan belum makan dari siang."
Doyoung tentu saja langsung berdecak, "Kebiasaan! lambung lo sakit nanti!" selalu seperti itu reaksi Doyoung saat Yujin bilang bahwa ia melupaan waktu makannya. "Mau pecel lele atau nasi goreng?"
"Apa aja deh... yang penting gratis yaaa..." balas Yujin dan diakhiri dengan cengiran. Sedangkan Doyoung hanya mengangguk saja, dan setelah itu bersiap untuk mengemudikan motornya, membelah jalanan malam yang masih saja ramai.
Bukan hal yang aneh untuk Doyoung dan Yujin, keduanya memang sering pergi bersama-sama. Dari zaman antar jemput, lalu menggunakan sepeda, dan sekarang motor atau sesekali memakai mobil milik Aa-nya Doyoung.
.
.
."Pak, ayam bakar satu, nasi goreng satu..." Doyoung langsung memesan makanan untuk ia dan Yujin. "Minumnya air mineral sama jus jeruk hangat."
Ayam bakar dan jeruk hangat untuk Yujin, sedangkan nasi goreng dan air mineral untuk Doyoung.
"Besok upacara, ingetin Jinwoo buat gak pake sepatu selain warna item," kata Yujin saat Doyoung ikut bergabung duduk lesehan di terotoar jalan yang diberi alas spanduk bekas kampanye.
"Lo aja deh, An..." tolak Doyoung dengan malas. "Jinwoo mah iyanya doang, besok tetep ngerengek gara-gara sepatunya disita.
"Capek gue ngomelin Si Jinwoo. Kaya anak kecil yang dilarang minum es tapi tetep diminum. Terus pas bagian pilek ngerengek pusing."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH [KIM DOYOUNG]✓
Novela JuvenilBUKAN! INI BUKAN TENTANG ANAK SMA NIKAH MUDA YANG PUNYA ANAK MANIS DAN LUCU!