Hari terakhir class meeting. Pasukan 12 IPA 2 sudah siap dengan kerusuhan yang mereka rencanakan sejak malam. Lomba kali ini fashion show merangkap unjuk bakat bertema pahlawan.
Tumbal dari 12 IPA 2 sendiri adalah Haruto dan Mao. Mereka tidak suka rela menyerahkan diri, tetapi dari hasil spinner di ponsel, nama merekalah yang keluar. Memang seadil itu anak-anak papah menumbalkan peserta.
"Lah, Mo? Kostumnya mana?" Yuna langsung protes saat melihat Mao datang dengan seragam seperti biasa. "Bukannya langsung pake dari rumah aja, njir!"
Mao berdecak, ia mengeluarkan alat tempur dari dalam tasnya. "Malu, ege! Kalo gue pake kostum dari rumah, nanti pas ke kelas langsung jadi pusat perhatian--"
"SAMLEKOM! Mamaaa, buatin Papa kopi!" Suara berat Haruto langsung memenuhi ruang kelas. Lelaki itu mendalami perannya dengan baik. Dengan kaus partai dan celana pendeknya, Haruto siap menjadi pahlawan yang jarang dianggap pahlawan. "Mamaaa!"
Yujin memutar bola matanya, ia melirik pada Mao. "Noh, partner lo aja kagak punya malu, May," balasnya.
"Dih, Uto punya malu justru nyeremin," sinis Mao yang bersiap mengganti pakaiannya dengan kostum yang sudah disiapkan. "Anak laki keluar dulu! Gue mau ganti baju."
"Mamaaa, Papa mau kopi--"
"Heh, bacot! Jangan sampe lo yang gue rebus, ye!" Mao yang emang dasarnya sudah bad mood jelas semakin stress saat melihat tingkah Haruto, dan semakin emosi kala tawa temannya itu semakin menjadi.
"KDRT anjir," ledek Haruto dan langsung mendapatkan lemparan sandal jepit. "Heh, gue laporin Kak Soto, nih!"
Doyoung menghela napas, ia langsung menarik Haruto untuk keluar. Selain melerai, ia juga memberi ruang agar Mao berganti pakaian. "Cewek orang itu, To! Jangan lo embat juga--"
"Dih? Mohon maaf, nih, Pah. Gue bukan lo!" sewot Haruto tak terima. "Lagian gue kalo mau embat cewek orang juga bukan Mao, mending yang lain."
Hal yang paling Haruto benci masih tetap tentang ledekan ia dengan Mao. Kalo sama Mara, sih, bodo amat, soalnya Mara lagi nggak deket sama cowok. Tapi, kalo Mao, dia nggak enak sama cowoknya.
"Weh, udah pada siap belum? Acara mau dimulai, noh!"
"MC-nya, siapa, Woo? Abang lo bukan?" sahut Dohyon yang sudah siap menjadi perusuh. Apalagi kalo yang jadi MC alumni tiga tahun lalu atau angkatan Bang Jihoon, biasanya ada aja reward buat penonton heboh.
Jeongwoo mengangguk. "Hooh, setannya ada dua. Jihoon sama Jaemin--"
"Lah, abang ipar lo?" sahut Jinwoo.
"Iye, kan gue bilang setannya ada dua," sahut Jeongwoo yang sebenarnya menjelaskan arti setan sebagai manusia pengganggu kalau ia lagi pacaran. Ya, siapa lagi, kan, yang sering ganggu Jeongwol pacaran kalo bukan Abang sepupunya, berarti abang pacarnya.
Seorang siswa kelas 10 dengan PDL osisi datang menghampiri mereka. "Permisi, Kak. Perwakilan peserta diminta kumpul lebih dulu buat ngambil nomor urut tampil," ucapnya dengan sopan dan sedikit berhati-hati, soalnya ada Jeongwoo dan Doyoung senior di organisasi.
Haruto mengangguk. "Kumpul di mana? Padang Mahsyar?" tanyanya dan langsung mendapatkan toyoran dari Doyoung.
"Padang Pariaman," balas Jeongwoo di sela-sela kerecehannya. "Atau rumah makan Padang."
---
Lapangan upacara kini sudah berubah menjadi catwalk ala-ala. Karpet merah membentuk huruf T yang pinggirannya dihiasi oleh pot-pot tanaman hias siap menjadi panggung perlombaan kali ini. Lomba fashion show dan unjuk bakat.
Masing-masing kelas akan mengajukan sepasang peserta untuk melakukan fashion show dan dilanjut unjuk bakat. Untuk fashion show temannya itu pahlawan, sedangkan unjuk bakat para peserta bebas memilih bakat apa yang akan ditampilkan.
"Oke Kak Jaemin, peserta selanjutnya ada siapa, nih?" tanya Jihoon yang hari ini meng-gabut bersama Jaemin. Sesama alumni SMA Bina Nusa itu dengan kompak menjadi MC class meeting.
Jaemin membaca list peserta selanjutnya setelah kelas 11 IPS 3 selesai tampil. "Berikutnya ada dari dua belas, nih," jawab Jaemin antusias, "peserta laki-lakinya itu calon adek ipar Kak Jihoon."
Penonton seketika heboh. Terutama Doyoung, Jeongwoo dan Mao, mereka tahu maksud dari perkataan Jaemin. Sedangkan, Jihoon sudah siap nyelengkat Jaemin kalo nggak lagi pencitraan di depan murid lainnya. "Eh, tapi ini harusnya sama Mao, tapi itu bocah napa duduk di tribun?" tanyanya heran.
"Revisi, Bang, revisi!" sahut Yujin dan Yuna semangat. "Diganti sama yang lebih pantas."
Jihoon sampai menoleh ke ujung lapangan yang tertutup oleh tirai agar penonton tidak bisa melihat, mencari siapa pasangan Haruto yang terbaru. "Oke! Ini emang lebih pantes, sih," ucapnya berusaha menahan tawa. "Kak Jaemin, kita langsung panggil aja kali, ya?"
Anggukan antusias Jaemin beri sebagai jawaban. "Dari Twemiptwo, Haruto daaaan ...." Jaemin tidak tahu siapa peserta pengganti Mao, jadi ia serahkan itu pada Jihoon.
"Dan ..., Donaaa!"
Haruto dengan kostum bapak-bapak lagi nongkrong di pos ronda langsung berjalan selengean memasuki lapangan. Dari sudut yang berlawanan juga ada seorang manusia yang ditumbalkan memakai kostum ibu-ibu.
Ya, konsep pahlawan yang 12 IPA 2 ambil itu tentang sepasang suami istri. Menurut mereka, sosok ayah yang Haruto perankan adalah pahlawan yang untuk keluarga, mencari nafkah dan memastikan kebutuhan anak dan istri terpenuhi. Begitupun dengan sosok ibu yang juga mengurus keluarga dengan baik. Seharusnya Mao yang menjadi peran ibu, tetapi terpaksa diganti karena Huening Kai, pacarnya Mao datang menonton. Mereka menghargai lelaki itu, sekaligus Haruto juga ngerasa nggak bisa leluasa kalo sama Mao.
Dan, alhasil Dohyon yang jadi tumbal.
Iya, Nam Dohyon. Dari banyaknya anak perempuan di kelas, mereka justru menjadikan Dohyon sebagai ibu-ibu. Lelaki pemakan segala kecuali temen itu dipaksa memakai daster batik milik Mao, kepalanya tertutup taplak meja yang dijadikan kerudung, jangan lupakan sapu lidi sebagai properti.
Dibanding seperti ibu rumah tangga, Dohyon lebih terlihat seperti anak perawan yang mau berangkat ngaji dan berangkat pake sapu terbang nenek sihir.
Haruto yang memang sudah mendalami peran semakin leluasa saat partnernya menjadi Dohyon. Remaja itu merangkul kawannya, bahkan dengan manja menyandarkan kepalanya di pucuk kepala Dohyon. Ia berhasil membuat lapangan me jadi riuh, kedua MC di sudut lapangan bahkan berubah menjadi komentator.
Merasa belum puas dengan reaksi para penonton. Haruto dengan kurang ajarnya menyingkap dasternya yang dipakai Dohyon sampai celana bola lelaki itu terlihat.
Pecah! Lapangan seketika penuh tawa.
Jihan bahkan sudah tertawa tanpa suara saat melihat pacarnya menjadi korban Haruto.
Dan, si korban penyingkapan daster. Dohyon berlagak marah, ia siap memukul Haruto dengan gagang sapu lidi.
"WOY, PAHLAWAN JENIS APAAN ITU?" komentar Jinwoo di sela-sela tawanya. "HARUSNYA KALIAN AKUR SEBAGAI SUAMI ISTRI."
"Haduh, ini gejala-gejala bakal cerai kayaknya," sahut Jihoon yang juga hampir kehabisan napas karena terus tertawa. "Kalian harus kompak wahai bapak ibu, demi tumbuh kembang si kecil."
"Guys, mereka bukan pahlawan, mereka pahsien rumah sakit jiwa."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH [KIM DOYOUNG]✓
Teen FictionBUKAN! INI BUKAN TENTANG ANAK SMA NIKAH MUDA YANG PUNYA ANAK MANIS DAN LUCU!