ᴀɴᴏᴛʜᴇʀ ʜɪsᴛᴏʀʏ

2K 306 8
                                    

Tok tok tok

"Alea, mama boleh masuk gak?" tanya suara dari sebrang pintu.

Alea tengah duduk di kasurnya menghadap ke jendela, tatapannya kosong menatap keluar. Kejadian di masa lalu saat ini tengah menghantuinya.

Ya, kekuatan Alea telah kembali. Sama persis seperti dulu. Bukannya senang seperti yang lain, Alea malah nampak frustasi. Mereka tidak tahu kegelapan apa yang ada di dalam tubuh Alea.

Takut, Alea takut. Ia takut kejadian 'itu' terulang lagi. Ia takut kalau nanti ia akan menghabisi keluarga dan para sahabatnya lagi. Masih terbayang jelas di benaknya, mereka semua mati di tangannya.

Tok tok tok

"Alea, sayang kamu gak papa kan?" tanya Jessie dengan nada khawatir yang sangat kentara. Jelas, sudah tiga hari Alea mengurung diri di kamarnya, tidak makan ataupun minum, bahkan tidak berbicara sedikitpun.

Alea menoleh pelan menatap pintu itu, ia ragu untuk membiarkan ibunya masuk. Ingatan saat ia menghabisi mereka seolah melintas di depan matanya setiap kali ia menatap mata mereka.

Sedang Jessie saat ini tengah gelisah. Semua orang mencoba untuk mengajak Alea bicara, namun tidak ada yang berhasil.

Awalnya mereka memang membiarkan Alea, karena mungkin ia butuh waktu untuk merefleksi diri. Namun ini sudah tiga hari, mereka takut Alea kenapa-kenapa.

Jessie menghela nafas pelan, "Alea... Apapun yang kamu pikirin sekarang, itu gak akan terjadi" ucap Jessie lagi.

Deg

Seolah melihat cahaya di ujung lorong, Alea keluar dari lamunannya saat Jessie mengatakan itu. Apa ibunya bisa membaca pikiran?

Padahal Jessie juga tidak tahu kenapa puterinya sampai begini. Tapi ia yakin bahwa Alea saat ini sedang gelisah. Entah karena apa.

"mama gak maksa Alea buat cerita, tapi tolong buka pintunya sayang. Alea gak sendirian, Alea punya keluarga. Jangan emban semua beban itu di punggung Alea sendiri"

Ucapan Jessie seolah menjadi mantra ajaib bagi hati Alea, tanpa ia sadari air matanya kini mengalir membasahi pipi putih itu. Dengan cepat Alea turun dari kasurnya dan berlari membukakan pintu kamarnya.

Ceklek

Jessie bernafas lega saat pintu itu akhirnya terbuka, ia menatap lembut puterinya yang saat ini nampak kacau. Rambut kusut, hanya memakai piyama, wajah pucat, dan ekspresi jelek karena sedang menangis.

Dengan cepat Jessie membawa Alea ke pelukannya, "ssshhhh anak mama yang paling cantik, jangan takut ya, kami semua ada di sini buat Alea" ucap Jessie menenangkan. Alea tidak menjawab, isakkannya semakin menjadi saat Jessie memeluknya hangat dan mengusap punggungnya lembut.

>>//<<

"Alea bukan monster kan ma?"

"bukan sayang" ucap Jessie lembut.

Alea duduk di pinggir ranjang dengan Jessie di belakangnya. Ia saat ini sedang menyisir rambut puterinya yang tadi sangat berantakan.

"Alea takut..." lirih Alea. "Alea takut kalo kekuatan ini nanti malah jadi malapetaka buat kita semua" ucap Alea dengan suara seraknya.

Jessie menatap Alea sendu, entah apa yang membuat puterinya berpikir seperti itu. "mama percaya sama Alea" ucap Jessie.

Alea dengan cepat berbalil menatap ibunya yang tengah tersenyum lembut padanya, "mama percaya kalo Alea gak akan ngecewain mama dan yang lain" ucap Jessie seraya mengelus rambut puterinya sayang.

ARISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang