ᴅɪsᴀsᴛᴇʀ 2

1K 172 2
                                    

3 : 00 am

Tok tok tok

Ansel mengetuk pintu kamar keponakannya di pagi buta. Walau sebebenanya ia bisa kemari setelah matahari terbit, namun firasatnya mengatakan untuk segera ke kamar Alea.

Ia hendak meminta maaf soal kemarin sore karena merasa telah berlebihan, namun berkali-kali ia mengetuk tetap tidak ada jawaban dari dalam.

tok tok tok

"Alea?" panggil Ansel.

Hening, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar itu. Ansel terdiam sejenak, Kenneth juga belum pulang dari markas sejak malam tadi. Tidak biasanya ia belum pulang. Apa yang terjadi?

Karena merasa tidak enak, ia pun mendobrak pintu kamar Alea.

brak

"Alea?" panggil Ansel seraya menjelajahi kamar luas itu, namun tidak ada jawaban.

Pandangannya beralih ke pintu balkon yang terbuka, namun Alea juga tidak berada disana. "kayaknya dia pergi lewat sini deh" gumam Ansel. 

"coba telpon Kenneth" ucapnya seraya merogoh saku celananya.

tut tut nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi

Ansel mengerenyitkan keningnya bingung, pasalnya Kenneth tidak pernah menonaktifkan ponselnya. "gue harus kasih tau kakak".

Ia berbalik hendak keluar dari kamar Alea namun sesuatu menangkap perhatiannya.

Ansel kembali melangkah ke balkon, berlutut untuk mengambil dua buah bulu yang menyerupai milik unggas. Tapi, "burung apaan bulunya segede ini?" ucapnya menatap aneh dua bulu berwarna kontras itu.

Namun tidak ingin berpikir panjang, perasaannya semakin tidak enak karena ini terasa bukan merupakan tanda aik.

Dengan cepat ia berlari keluar dari kamar Alea menuju kamar kakaknya, Ken.

>>//<<

Markas The Beasts, dua jam sebelumnya.

Kenneth membelalak kaget mendengar laporan dari anggotanya bahwa markas mereka sedang diserang. Namun bukan oleh manusia?!

"apa?! Maksud lo apa bukan manusia?!" tanya Kenneth terkejut.

"gak ada waktu buat jelasin, kita harus ke ruang monitor sekarang" ucap anggota itu.

Mereka semua pun segera betjalan menuju gerbang markas The Beasts yang menghadap ke arah tanah luas tanpa penghuni.

"kak Al, ayo!" ajak Kenneth pada Alea, yang sebenarnya adalah Berith.

Iblis itu pun tersenyum manis seraya menjawab, "iyaa~" dengan lembut.

Kenneth menaikkan sebelah alisnya seraya berbalik, sikap 'Alea' di hadapannya ini sangatlah aneh.

Kakaknya tidak pernah tersenyum manis seperti itu padanya apalagi di keadaan genting seperti markas sedang diserang saat ini.

Dan lagi jika ada musuh yang datang, seharusnya Alea adalah yang pertama menyadari hal itu. Mengingat pendengarannya adalah yang paling tajam disini.

Tapi tidak ada waktu untuk mencurigai apalagi menyelidiki, markas dan orang-orangnya saat ini sedang berada dalam bahaya.

"status!" seru Kenneth saat baru tiba di ruang kendali. Belum ada satupun anggota yang keluar maupun bertindak karena belum ada perintah.

"Ken! Liat nih!" seru Jhonathan panik.

Deg

'apa-apaan ini?' batin Kenneth tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka semua menatap layar besar itu dengan tatapan tidak percaya, terkejut dan ngeri di saat yang bersamaan.

ARISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang