sᴀᴄʀɪғɪᴄᴇᴅ

1.1K 171 0
                                    

Beberapa saat sebelumnya,

Kahliya dan Anna diikat dan dibawa bersama mereka keluar dari markas Anaconda.

Alea berlari mencari keberadaan Raziel, hingga sampailah ia di belakang markas yang seharusnya hutan lebat. Kini telah gundul bagai diterjang angin topan.

Pertarungan antara Raziel dan Astaroth mengguncang alam sekitar mereka. Para Vorxon hanya mampu membelalak tidak percaya pada apa yang tengah mereka saksikan.

"mereka... Bukan manusia?" tanya Ken entah pada siapa. Sedang yang lain hanya bisa diam membisu, bahkan Alea yang sudah mengetahui faktanya pun tidak bisa berkutik ketika melihat dahsyatnya pertarungan mereka.

'cowok itu... Gak salah lagi, dia reinkarnasi raja. Tapi bagaimana bisa dia punya kekuatan sebesar ini? Dan lagi dia bertarung sehebat itu untuk Alea?' batin Ansel berpikir keras.

Ia pikir, raja Ethereal dahulu hanya mempermainkan perasaan bibinya saja. Namun apa yang tengah terjadi di hadapannya saat ini bukanlah main-main.

BOOOOMMMM

Ledakan besar mengakhiri pertarungan keduanya, Raziel terpental jauh dan Alea yang melihat hal itu pun segera berlari menuju kekasih hatinya.

"Ziel!!!"

Namun hal lain menyita perhatian Ken, Ansel dan Kenneth. Asta yang terpental di sisi lain hutan nampaknya masih sanggup untuk bangun, mengeluarkan satu belati besarnya. Dan membidik ke arah Raziel.

"Alea!/Kakak!"

Ketiga lelaki Vorxon itu berlari untuk melindungi Alea. Kenneth memeluk tubuh Alea dan melindungi dari arah datangnya belati itu melesat, Ken menghadang dari belakang tubuh Kenneth agar kedua anaknya tidak celaka.

Namun sayang, bukanlah mereka berdua yang akan mati dalam pengorbanan ini. Melainkan Ansel, yang berdiri di belakang kakaknya untuk melindungi keluarga yang begitu ia sayangi.

Jleb

Mereka berempat, Alea, Raziel, Kenneth dan Ken berbalik pelan saat tidak ada tusukan belati yang melewati tubuh mereka.

Brukk

"om Ansel!/Ansel!" seru mereka seraya berlari cepat ke arah Ansel yang sudah tumbang.

"Lu-lukanya dalem banget" ucap Kenneth melihat belati yang saat ini menancap di jantung Ansel.

"kita harus cepet sebelum racunnya nyebar" ucap Ken mencoba mencabut belati itu. Namun, "akh!", ia meringis saat tangannya malah melepuh dan tidak kembali beregenerasi setelah menyentuh belati itu.

Mereka pun terkejut melihatnya, itu artinya anggota tubuh Ansel pun tidak akan beregenerasi setelah tertembus oleh belati itu.

"om! Om please bertahan! Ziel! Ziel aku mohon lakuin sesuatu, bantuin om-" Alea terdiam ketika Raziel hanya dapat berwajah sendu dan menggeleng.

"kekuatan aku udah habis Al, aku gak akan sanggup buat selamatin om kamu. Kalaupun belati itu berhasil aku cabut, jantung om kamu udah kena duluan. Bahkan pendarahannya bakal lebih parah" ucap Raziel putus asa.

Alea terdiam, lidahnya kelu seolah semua harapannya kini telah sirna.

"Alea..."

Dengan cepat Alea menoleh ke arah suara yang memanggil namanya, Ansel.

"iya om, Alea disini. Om jangan banyak gerak dulu ya, Alea janji om bakal baik-baik aja jadi Alea mohon-"

"uhuk uhuk udah... Om gak nyesel ngelakuin ini semua" ucap Ansel tersenyum kecil di wajahnya yang mulai memucat.

ARISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang