cerita duapuluh satu

11 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 23.00 malam, dan Fei belum bisa tidur karena memikirkan kejadian yang dia alami pada hari ini. Fei sangat bahagia, tapi disisi lain Fei juga gelisah jika memikirkan kejadian buruk apa lagi yang akan dia alami kalo Gita mengetahui ini semua. Memikirkan tentang Gita, membuat Fei semakin takut dan gelisah sampai-sampai rasa bahagia nya hilang seketika. Fei takut, sangat takut, Fei butuh teman curhat untuk melampiaskan semuanya. Bukan Sagara yang Fei butuhkan dalam hal ini, karena Sagara tidak mengetahui apa-apa tentang masalah Fei ini. Dia butuh teman curhatnya, Fei butuh Abi.

(Masing-masing sudah bertukar nomor setelah kejadian Fei dianterin Abi pulang)

Fei : Bi
Abi : apa?
Fei : gak bisa tidur nih
Abi : lah ngapa lo chat gue, kan lo udah punya pacar
Fei : iya sih, tapi gue pengen curhat ke lo
Abi : curhat apaan? Cepetan. Ngantuk nih gue
Fei : dih gitu amat si lo
Abi : ya udah, mau curhat tentang apa sih?
Fei : gue takut nih sama Gita, gue gelisah. Gue takut kalo dia berbuat macem-macem lagi ke gue.
Abi : ngapain juga sih lo harus takut, kan lo udah ada yang ngelindungin tinggal ngomong aja ke Gara
Fei : bukannya gitu Bi.......tapi kan Gara belum tau semua tentang kelakuan Gita selama ini.
Abi : gini ya Fei, lo udah mutusin untuk menerima Sagara jadi lo harus terima resikonya. Masak belum apa-apa lo kek gini sih
Fei : iya sih Bi, tapi gue.....
Abi : tapi apa lagi si Fei, lo udah dapet keinginan lo, tinggal bagaimana lo nya aja ngadepin kelakuan Gita. Kalo emang lo nggak sanggup cerita ke Sagara, biar gue aja yang cerita ke dia
Fei : iya deh, gue akan berusaha. Tapi lo jangan dulu deh cerita ke Gara tentang Gita, biar gue aja. Btw, thanks ya. Gue jadi legah nih
Abi : oke, santai. Kalo lo emang butuh teman curhat lagi, lo boleh datang ke gue kapan aja.
Fei : siap itu mah, thanks Bi.

Dan malam ini, Fei merasa legah setelah melampiaskan semua keluh kesahnya ke Abi. Kebahagiaan nya yang sempat hilang, kini kembali lagi. Fei akan berjuang dan gak gampang nyerah gitu aja.

*****

Hari ini hari minggu, biasanya kalo hari minggu Fei bangun siang mumpung hari libur (jujur pasti kalian begitu juga kan, hehehe), namun berbeda cerita dengan hari minggu kali ini Fei bangun pagi ya karena mungkin efek tadi malam Fei bahagia banget hingga ingin cepet-cepet bangun.

"Hai Ma." Sapa Fei kepada Mama Rani yang sedang menyiapkan makanan di dapur.

"Eh, sayang tumben jam segini udah bangun." Balas Mama Rani kaget.

"Kan Fei mau bantuin Mama masak, biar Fei bisa masak." Elak Fei.

"Ada-ada aja kamu sih, ya udah nih tata piring di meja makan." Suruh Mama Rani kepada Fei.

"Siap Ma."

Setelah Mama Rani selesai masak, Fei dan keluarga pun makan bersama di meja makan. Seperti biasa, Riyandi nggak bisa diam kalo lihat Fei.

"Tumben-tumbenan kamu dek, hari minggu bangun pagi." Riyandi membuka pembicaraan.

"Katanya mau belajar masak tuh Bang." Respon Mama Rani.

"Waduh, mending kamu diem aja dek nggak usah masak." Canda Riyandi.

"Lah emang kenapa Bang?" Tanya Fei heran.

"Nanti bisa hancur makanannya. Tapi ini kamu yang masak?" Tanya Riyandi sambil menunjuk nasi goreng yang berada di hadapannya.

"Ih Abang jahat banget sih, awas nanti ya kali minta aku masakin." Ucap Fei sambil cemberut.

"Udah-udah kalian ini selalu saja ribut. Makan Bang, itu Mama yang masak kok." Mama Rani berusaha menengahi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumit (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang