35. Penenang

102 3 0
                                    

"HWAAAAAA!!!" Zidan tersukur dengan lutut berdarah karena didorong Deby. Deby lalu mengambil sepedanya dan menggiring menuju Faris.

"Nih, Ris." Deby menyondorkan sepeda beroda empat itu. Sepeda itu memang tidak banyak, jadi mau tidak mau mereka se-panti harus berbagi.

Faris melongo, "Dia.. Nggak papa?"

Tak lama Bunda Dina datang menghampiri Zidan. "Aduh..Zidan kenapa?"

"Deby bunda.." adu Zidan menunjuk Deby.

"Enak aja! Salah kamu!, tadi aku minta gantian nggak dikasih-kasih, huft."

Tangis Zidan semakin pecah dibentak oleh Deby, Bunda Dina hanya geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya yang barbar itu.

"Ini Faris. Ayo sepedaan bareng!" Deby kembali tersenyum pada Faris.

Deby selalu menemani Faris dimana pun ia berada. Faris tidak akan main jika tidak diajak, karena dia terlalu takut untuk nimbrung. Deby lah yang menggandeng Faris main bersama yang lain, main petak umpet, sepedaan bahkan hanya sekedar lari-lari dan berteriak. Faris juga suka membaca dan melihat gambar-gambar, bahkan diumur yang 4 tahun itu dia bisa membaca walau terbata-bata. Faris sering membacakan cerita untuk Deby.

"Hiks...mama..." Dalam tidur Faris memeluk gulingnya erat, tiba-tiba ia bermimpi melihat ibunya gantung diri. Padahal Faris sudah meminum obat penenang sebelum tidur, walau sedikit dipaksa karena 'permen'nya pait.

"Mama!! Huwaa!!!" Faris mengejutkan Deby karena tangisannya yang keras. Deby bangun dan melihat ke ranjang bawah, Faris menangis dengan badan gemetar. Deby turun dan menyibak selimut Faris agar ia bisa masuk.

"Nggak papa, nggak papa." Deby menepuk dan mengusap dada Faris sembari memeluknya. "Nggak papa, cup cup cup." Deby pernah melihat Bunda Dina menenangkan Faris.

Tak lama Faris kembali tenang, nafasnya teratur dan tertidur kembali. Deby juga tidur disamping Faris. Itu yang Deby lakukan selama 3 bulan saat Faris menangis pada tengah malam. Semenjak ada Deby dibulan terakhir Faris jarang menangis lagi, melihat itu Bunda Dina men-stop pemberian obat penenang karena terlalu banyak obat untuk anak kecil sangat tidak baik.

"Faris!" Deby mengejar Faris yang digandeng oleh seorang pria berkumis. Faris menoleh ke belakang. "Nanti main kesini lagi ya!" Gadis berambut pendek itu tersenyum manis. Senyuman itu jugalah yang selalu menenangkan Faris.

Faris balas tersenyum, "Heem!"

Lama Deby menunggu, Faris tak kunjung mampir dan tidak ada juga mengadopsi Deby. Hingga Deby bosan dan lupa tentang Faris, tetapi 13 tahun kemudian.

Deby dan kelompok MOS nya makan bersama, sebagian membawa bekal dan sebagian lagi membeli nasi bungkus di warung, termasuk Deby. Diam-diam ia mengamati Faris yang makan dengan tenang.

"Muka lo kayak familiar." ujar Deby memecah keheningan dalam kelompok.

"Masa'?" Faris bingung

"Lo pernah tinggal di Panti Asuhan Mawar nggak?" tanya Deby.

"Pernah."

"Oh berarti benar gue! Lo nggak ingat gue!?"

Faris memejamkan mata sambil mengingat-ingat, lalu menjentikkan jarinya. "Ah gue inget. Roomate gue!"

"Benar! Gak nyangka kita ketemu disini."

Flashback Off.

"Faris!" Panggilan Ellen membuyarkan lamunan Faris. "Duduk, dan tenang okey? Gue udah panggil ambulans dan nggak bakal panggil polisi. Lo pasti shock karena yang lo tembak Deby, sekarang lo tenang." Mata Ellen beralih ke Deby. "Deb, tahan sebentar." ia mengelus pipinya.

ELLENA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang