8. Kehilangan

204 12 0
                                    

Afan mengalami kejadian creepy sepulang sekolah tadi. Saat Afan ingin mengajak Ellen pulang bersama, ternyata cewek itu memilih pulang bersama Faris dengan menaiki motor ninja. Kejadian itu membuat hati Afan berkobar amarah.

Lalu sepulang sekolah Afan memilih pulang kerumah Ayahnya dari pada ke apartement miliknya karena ia ingin sedikit bernostalgia dengan kamarnya.

Sesampai di pekarangan rumah yang tak terlalu mewah juga tak terlalu kecil.

Afan memasuki rumah itu tanpa mengetuk. Ia disambut oleh ayahnya . Apakah gue pantas manggil dia ayah?

"Baru kali ini kamu pulang nak?" Tanya Arvin -Ayah Afan- . Afan tidak mempedulikannya sama sekali , hanya melewatinya lalu menuju ke kamar.

"AFAN!" Teriak Arvin akhirnya Afan berhenti. Ingin sekali satu kali saja seumur hidup Arvin, dia bisa didengarkan dengan tenang oleh anaknya. Tapi semua sudah terlambat karena sebabnya. "Jawab ayah!"

"Bukan urusan ayah." jawab Afan lalu terus berjalan menuju kamar.

Di tangga dia bertemu Nesha -ibu tiri Afan- Afan hanya melawatinya.

"Afan.. beri salam kepada ibumu." kata Nesha lembut.

"Anda bukan ibu saya ,jadi jangan bertindak seperti ibu saya." jawab Afan sinis.

Afan sampai di depan pintu kamar, ia hendak membukanya tapi ada anak perempuan berumur 6 tahun menghampirinya.

"Bang Afan baru pulang, Novi kangen banget sama Bang Afan. Kenapa Bang Afan lama nggak pulang?" Dan ini Novia -adik tiri Afan- walaupun tidak sedarah, Afan sangat menyayanginya layaknya anak-anak pada umumnya. Juga gadis kecil ini mengingatkannya pada seseorang yang ia sayangi dulu.

"Maafin abang ya." jawab Afan sambil sedikit berjongkok dan mengelus lembut kepala Novi.

"Sekarang Novi mau main sama Bang Afan." pintah gadis mungil itu.

"Maaf Novi, Abang sangat capek hari ini." kata Afan meminta maaf lagi.

"Mankanya sering pulang, biar bisa main sama Novi terus"

"Iya deh, Abang sering pulang" Afan sangat berbeda ketika bertemu anak kecil, dia pasti akan menunjukkan senyumnya sebaik mungkin.

"Janji ya Abang sering pulang?" Tanya Novi sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Iya, janji." jawab Afan sambil menautkan jari kelingkingnya ke jari kecil Novi. "Sekarang sudah malem, Novi tidur gih"

"Oke, Bang Afan juga tidur yang nyenyak ya.. dadah" Novi berlari kecil kekamarnya sambil melambaikan tangannya ke Afan, ia pun membalasnya.

Afan memutar kenop pintu dan masuk kamarnya yang bercat abu-abu, seperti hidupnya. Afan menghempaskan dirinya ke kasur seraya menghela nafas berat.

Di lihat ke arah nakas, ada foto orang yang sangat ia sayangi dari dulu sampai sekarang. Bundanya -Defita-

Bunda.. Afan kangen banget sama bunda

Tak lama Afan mulai masuk ke dalam alam mimpinya.

Flashback on

Afan dan Adelya -adik Afan- menunggu di depan kamar inap Bunda mereka. Mereka menunggu tanpa ayah ,tanpa pelukan dan tanpa kecupan penenang hati di samping mereka.

Mereka menunggu dengan rasa khawatir, sang kakak hanya bisa merangkul adiknya yang menahan tangis. Bocah yang hanya terpaut satu tahun dengan adiknya itu hanya bisa menghela nafas. Afan berumur 4 tahun sedangkan Adelya berumur 3 tahun. Mereka terlalu kecil untuk menunggu di rumah sakit tanpa pendamping orang dewasa disampingnya.

ELLENA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang