12. Apartemen

159 6 0
                                    

"Pakai ini" ujar Afan memberikan kaos putih kepada Ellen. "Itu kaos gue yang kekecilan, nggak tau kalo masih kebesaran di badan lo"

Ellen tidak menjawab, dia langsung masuk ke kamar mandi. Segera membersihkan diri dan keluar memakai baju milik Afan.

Ellen melihat pantulan dirinya di cermin.

Katanya kekecilan tapi kenapa tetap kebesaran di gue. Kayaknya gue harus makan banyak mulai sekarang batin Ellen.

Bajunya terlalu besar sampai diatas lutut Ellen. Sebenarnya Ellen bisa tidak pakai celana pendek karena baju itu sudah seperti daster, tapi tentu saja Ellen menolak. Ia tetap memakai celana pendek yang ia buat dalaman saat sekolah.

Ellen mengobrak abrik meja belajar, nakas dan lemari Afan tapi tidak menemukan yang ia cari.

Dimana hair dryernya?

Ellenpun turun menuju Afan yang duduk nyaman disofa sambil bermain game di hp. Afan melihat Ellen turun langsung tersenyum

"Mencari ini?" Tanya Afan ketika melihat rambut Ellen yang basah sambil menunjukkan Hair dryer yang ia sembunyikan.

"Iya, mana?" Pinta Ellen

"No no. Duduk sini dulu" kata Afan sambil menepuk tempat kosong yang di sampingnya. Ellen tetap diam dengan memandangnya bingung.

"Gue keringin rambut lo sama ganti perban. Sini! Nurut sama tuan rumah" perintah Afan. Ellen akhirnya duduk disamping Afan dengan mendengus kesal.

"Hadap sana" perintah Afan menyuruh Ellen memunggunginya. Afanpun menyalakan hair dryer dan mengeringkan rambut Ellen dengan lembut.

"Rambut lo sangat lembut. Gue suka" puji Afan. Ellen hanya diam sebagai jawaban. Tanpa Afan ketahui, pipi Ellen merah merona karena pujiannya

"Sekarang kita ganti perban lo" kata Afan menyuruh Ellen menghadap kearahnya.

Afan mulai mengganti perban Ellen bagian kaki, tangan dan kepala.

Krukk..

Tiba-tiba perut Ellen berbunyi minta diisi. Dasar malu-maluin saja

"Suara apa itu?" goda Afan yang sebenarnya tahu kalau itu bunyi perut Ellen. Tapi ia ingin Ellen sendiri yang meminta makan padanya.

Masih dengan telaten Afan melilitkan perban pada pelipis Ellen. Ellen masih diam tidak menjawab pertanyaan Afan

"Gue nggak tahu bunyi apa itu. Gue mau setel film lagi ah" kata Afan sambil beranjak berdiri tapi tangannya dicekal Ellen

"A-aku lapar" dasar mulut! Malu-maluin. Inget harga diri lo Len!

"Nah gitu dong bilang. Kan enak dengarnya" kata Afan sambil terkekeh melihat pipi Ellen yang merah. "Mau makan apa?" Tanya Afan kembali duduk dan memencet aplikasi untuk memesan makanan di hpnya.

"Terserah" jawab Ellen dengan datar

"Pizza mau?"

"Nggak"

"Lalapan?"

"Nggak"

"Martabak?"

"Nggak"

"Terus maunya apa?" Tanya Afan dengan sabar

"Terserah" jawab Ellen sekali lagi

Dasar cewek batin Afan kesal.

"Yaudah" Afan tidak bertanya lagi langsung memesan makanan yang ia pingin. Afan memesan bakmi. "Sekarang kita tunggu pesanannya"

Afan mengambil remot dan mencari film yang ia inginkan.

ELLENA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang