(Beam's POV)
Disebuah pulau tak berpenghuni, yang amat sangat jauh dari keramaian kota Bangkok dan gedung-gedung pencakar langit, adalah tempat dimana aku memilih untuk melanjutkan kehidupanku yang menyedihkan. Setidaknya disini, semuanya jauh lebih tenang dan menyegarkan. Tidak ada hal-hal yang membingungkan, perkataan tak jelas, dan perasaan yang membingungkan. Jauh dari semua orang, jauh dari kehidupan yang biasa kumiliki...
.
.
.
Tapi tentu saja aku hanya bercandaaaa!
Hahaha! Aku hanya ingin membodohi kalian yang sampai berpikir kalau aku benar-benar melakukannya. Itu sangat tidak mungkin, kau tahu. Amat sangat tidak mungkin terutama jika aku memiliki banyak sekali kuis yang harus diisi dan tugas yang harus dibuat. Aku tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal yang tidak masuk akal dan hal yang tidak bisa kupahami. Walau setelah aku merasakan perasaan membingungkan ini, aku berkendara menjauh ke pantai terdekat di pinggiran kota yang kutahu pada malam itu untuk menjernihkan pikiranku.
Aku berjalan di pinggir pantai sambil aku memikirkannya dalam-dalam, dan hanya dapat menyimpulkan satu hal: Aku sudah lama tidak mendekati perempuan mana pun belakangan ini mungkin itulah kenapa aku tidak menjadi diriku sendiri selama beberapa hari ini. Salahkan semua tugas-tugas itu! Yang menghalangiku menemui para perempuanku. Juga, aku masih merasa berhutang pada Forth dan aku khawatir dengan hubungan percintaan sahabatku. Jadi... Aku mencampurkan semua emosi dan malah menjadi bingung...
Tapi setelah menyadarinya, aku merasa sudah menjadi diriku sendiri lagi! Beam, seseorang yang sangat bahagia dan menyenangkan, sudah kembali bitches! Aku sudah siap untuk bersenang-senang lagi!
Tapi dunia nampaknya senang mempermainkanku karena tiba-tiba saja hujan turun ketika aku berjalan di pinggir pantai. Seriusan, jika seseorang melihatku malam itu, mereka mungkin berpikir aku sedang syuting film menyedihkan atau video musik. Aku mengutuk kepada langit, dan seperti mengutukku kembali, ketika petir menggelegar dan kilat menyambar.
Jadi aku memilih kembali saja. Setidaknya, pikiranku sudah jelas. Dan aku sekarang sudah tahu apa yang harus kulakukan.
Aku menelepon salah satu perempuanku untuk menginap bersamanya malam ini.
.
.
.
Pagi-pagi sekali, aku terbangun oleh suara berisik dari ponselku. Dengan malas tanganku meraih meja di dekat tempat tidurku, tapi tidak ada disana. Huh? Aku membuka mataku dan melihat interior yang sangat berbeda. Alisku mengerut ketika aku berpikir keras jika aku merenovasi ruanganku, sampai seseorang berbalik disebelahku. Aku berbalik dan menemukan seorang wanita telanjang dengan punggung putih mulusnya menghadapku. Ah, ya. Aku memilih untuk tidur dengannya semalam, jika itu yang kau sebut dengan tidur.
Ponselku tetap berdering dan aku harus melihatnya dengan semua pakaian yang berserakan diatas lantai. Sekali aku menemukannya, aku menjawabnya dengan suara malas tanpa melihat nama penelepon.
"Hel~"
"Kau dimana Beam?" Potong penelepon. Lagi, aku tidak perlu melihat nama penelepon untuk tahu siapa yang memanggilku dari seberang sana.
"Aku disurga, Pha," jawabku.
Aku mendengar dia menggerutu tentang bagaimana mulutku sangat menyebalkan sebelum dia memberikan perintah, ya perintah! "Angkat pantat malasmu itu. Kau ikut denganku ke hall latihan."
Sepagi ini?
"Ini terlalu pagi!" protesku. "Kita pergi nanti sore saja. Aku masih mau tidurrr!" Aku sangat capek!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Engineering Moon and the Crazy Doctor
Romance"Aku jatuh cinta dengan seseorang yang memiliki senyum paling bersinar." ~ Forth "Mereka bilang, jika kau ingin melihat dunia maka dakilah gunung. Aku sebenarnya mempercayainya. Sampai aku bertemu denganmu dan menjungkir balikkan duniaku. Sekarang d...