20. Don't Ask Me Why

867 80 5
                                    

(Beam's PoV)

Aku melotot pada sosok berwajah tampan yang tengah tersenyum tolol... Tunggu. Tidak! Biar kuralat lagi.

Aku melotot pada sosok berwajah idiot yang tengah tersenyum tolol (lebih baik) yang langsung menyapaku ketika aku membuka pintu apartemen. Aku baru saja tertidur subuh tadi setelah terjaga sepanjang malam, ketika bell pintu berbunyi ke seluruh penjuru kamar. Aku terbangun kaget dari tempat tidurku berpikir jika ada sesuatu yang penting jika ada orang yang menggangguku pagi-pagi seperti ini, apalagi ditambah fakta kalau sekarang ini akhir pekan, hanya untuk menangkap tersangka yang membuat pikiranku kacau dan membuatku bergadang.

"Sawadee krub, Beam," kata Forth dengan nada manis yang tidak bisa kukenali.

What the heck?!

Aku memutar bola mataku jengkel. Sejak kapan dia punya nada seperti itu? Apa dia berpikir sudah menjadi seekor kumbang karena berubah manis? Dan kenapa dia terlihat sangat rapi dengan kaus biru gelap dan jeans robeknya? (janggutnya sudah menghilang). Sementara aku terlihat kumal dengan kulit bekas kasur, rambut berantakan, dan mata bengkak dengan kantung mata dibawahnya.

Ya, aku tahu aku terlihat mengerikan. Pertama kalinya semenjak aku dilahirkan di dunia ini (jangan membantah soal itu). Aku berpikir untuk bersembunyi kalau harus menghadapi Forth. Kemudian aku ingat jika dialah alasan utama penampilanku jadi dia harus menerimanya, mungkin saja itu bisa membuatnya meninggalkanku sendiri. Tetapi sepertinya ia sama sekali tidak ada niatan untuk meninggalkanku sendiri saat ia masih saja memandangku dengan pandangan jenaka dimatanya bukannya ketakutan ketika melihatku.

"Apa? Pertama kalinya melihat orang baru bangun tidur?" tanyaku dengan menyelipkan nada sebal.

"Tidak cukup tidur, ya?" tambahnya sembari pandangannya menatapi wajah kurang tidurku yang membuatku ingin mencongkel matanya jadi ia tidak akan melihatku seperti itu lagi.

Ya, aku sedang ganas! Inilah yang terjadi jika aku kurang tidur dan alasan utama itu tidak henti-hentinya memberikanku perasaan aneh, yang tidak diketahui memacu jantungku, memutar perutku, dan mengacaukan pikiranku.

"Sudah jelas," jawabku dengan memutar bola mataku lagi.

"Kenapa?"

Aku mengangkat alisku tak percaya. Kau berani-beraninya bertanya? Bukankah sudah sangat jelas? Kaulah alasannya, sialan!

Setiap kali aku ingin memejamkan mataku, wajah 'bodoh' bahagianya di tempat parkir lah yang kulihat. Ditambah dengan suara bariton dalamnya yang menjengkelkan terus berputar didalam kepalaku seakan tombol repeat ditekan, lalu cuma ada satu lagu dalam playlist itu, yang mana lagu pengakuannya...

Pengakuannya itu membuat kacau seluruh sistemku. Aku mungkin terlihat kalem ketika berbicara dengannya, tapi pada kenyataannya, aku merasa ingin membalikkan semua mobil yang ada disana, meneriakkan makian yang aku tahu dalam berbagai bahasa, dan menggali lubang besar dan dalam dimana aku bisa bersembunyi sampai semuanya jelas untukku.

Dengan kata lain, aku sedang bingung. Sangat amat bingung.

Semua ini sangat asing bagiku dan aku tidak tahu bagaimana menghadapinya.

.

.

.

Ketika dia menyatakan jika ia menyukaiku, aku kesulitan memahaminya...

.

.

.

Ketika dia tahu jika aku mengingat malam di pantai, aku nyaris melepaskan topeng kalemku dengan panik.

Engineering Moon and the Crazy DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang