25. Things I Couldn't Give

380 44 3
                                    

(Beam's PoV)

"P'Beam," panggil wanita yang sedang duduk di ranjang untuk mengalihkan perhatianku yang melayang kemana-mana memandangi klinik dadakan buatan kampus.

Aku dengan bosan melirik kearahnya. Perempuan pucat dengan mata besar seperti boneka, hidung yang sedikit panjang dan bibir yang penuh. Wajahnya yang mungil dibingkai oleh rambut panjangnya sepundak; sepanjang itulah yang bisa kudeskripsikan tentangnya.

Ia mungkin sudah memotong rambutnya lebih pendek tetapi dia adalah wanita yang sama di pub temaram dimana para Moon kemarin menganggapku tengah merayunya walau pun ia jelas-jelas tertarik dengan Forth. Juga berdasarkan cedera yang dia punya, dia juga perempuan yang dibonceng Forth di motornya kemarin yang tangannya melingkari tubuh Forth seperti ular, cara yang sama tangan itu menyentuhnya ketika Forth membantunya berjalan ke bangku beberapa saat lalu (Kurasa dia memang keturunan keluarga ular)

Wanita itu... Dialah alasan kenapa pipiku tidak simetris kemarin. Dialah juga alasan kenapa aku bertingkah seperti badut saat dia bersama dengan Forth, lalu aku juga tidak habis pikir apa yang terlewat didalam pikiranku karena aku sendiri yang memilih membantu membawanya ke klinik ketika menyadari kakinya yang terluka mulai membengkak.

Aku harusnya meninggalkannya saja. Salahnya sendiri juga. Aku melihatnya dengan sengaja menginjakkan kakinya ke lantai dan aku tidak tahu apa tujuannya melakukan itu.

"Apa?" tanyaku tak peduli.

"Terima kasih sudah membawaku kemari," katanya dengan nada manis yang membuatku nyaris memutar bola mataku.

Aku ingat bagaimana member orientasi lainnya bereaksi ketika aku secara tidak langsung menghinanya tadi. Dia sudah seperti malaikat mereka yang harus dilindungi dari setan sepertiku.

Namun aku bisa melihat aslinya.

Aku sudah bersama dengan banyak perempuan dengan banyak kepribadian sebelumnya. Aku tahu yang mana menunjukkan sifat aslinya dan yang mana bersembunyi dibalik topengnya. Siapa yang memiliki niatan tulis dan yang mana memiliki rencana tersembunyi. Walau aku suka merayu para wanita kemarin, aku biasanya menghindari tipe perempuan yang terakhir karena mereka sangat berbahaya. Kau tidak akan pernah tahu kapan mereka akan menyerang.

Dan perempuan yang sedang bersama denganku saat ini adalah contoh yang sempurna.

Aku memindahkan bangkuku mengarah kepadanya jadi kami saling berhadapan satu sama lain. Dia tersenyum dengan sangat manis seakan jika pria lain yang melihatnya maka mereka akan membentangkan karpet merah di kakinya dalam sekejap. Dia cantik, tidak ada yang memungkirinya. Dia memang terlihat seperti malaikat...

...dengan tanduk besar bukannya lingkaran suci.

(Aku penasaran apa benar aku pernah merayunya)

"Cukup omong kosong, nona. Aku tahu kau tidak mau aku membawamu kesini..."

Aku menyadari dia berjengit ketika aku mengatakan jika aku mengatakan akan membawanya kemari sendiri. Walau hanya sesaat cukup untuk melihat kekecewaan di wajah cantik sialannya.

"...Jujur saja. Kau berharap orang lain yang membawamu kemari, kan?" tanyaku dengan tenang walau darahku mendidih mengira-ngira dia memiliki orang yang sama didalam kepalaku.

Apa itu rencananya sampai menyakiti dirinya sendiri?

"Apa yang kamu katakan, P? Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan," jawabnya masih tersenyum.

Alisku terangkat naik.

"Berpura-pura bodoh, huh? Tidak cocok denganmu, sayang." Aku melihat sekeliling. Hanya kami berdua. Perawat mungkin berpikir jika kau baik-baik saja sendiri jadi meninggalkan semuanya. "Tidak ada siapa pun disini kecuali kita berdua, jadi kau bisa lepaskan topengmu. Kau pasti capek selalu menggunakan sepanjang hari."

Engineering Moon and the Crazy DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang