Beberapa minggu kemudian.
Di hari libur ini si kembar memutuskan untuk membantu Mikasa membersihkan rumah, tidak ada maksud lain selain menghilangkan rasa bosan akibat sudah menyelesaikan semua pr mereka.
Saat ini mereka sedang berada di gudang, bangunannya berada di halaman belakang, terpisah dari rumah. Di dalam sana, ruangannya benar-benar pengap, gelap dan berdebu, terutama di jendela yang debunya sulit dihilangkan kalau tidak dibersihkan melalui kain basah.
Di sana juga tersimpan kotak-kotak kayu berbagai ukuran, namun tidak semua kotak itu memiliki isi, ada sebagian yang kosong. Erhardt tampak sedang memindahkan kotak-kotak itu keluar gudang, memeriksa isinya apakah masih ada yang perlu digunakan atau malah harus dibuang ke tempat sampah. Elissa juga sudah dalam mode bersih-bersih, memakai masker dan kain sebagai penutup kepalanya, di kedua tangannya juga ada sapu, kain pel dan kemoceng, siap membabat habis semua debu di bawah perintah Mikasa.
Sudah beberapa menit sejak mereka bersih-bersih dan ada beberapa benda yang sudah disusun rapi di sekitarnya. Ada beberapa buku usang yang kertasnya sudah menguning, foto-foto lama yang tidak mereka kenali siapa orang yang difoto itu, ada sebuah kalung dengan liontin hati yang cukup menarik perhatiannya terutama ada tulisan:
Levi
&
Mikasadan tulisan 'Ackerman' untuk di bagian depan liontin itu.
Siapa Levi? Erhardt bertanya-tanya dalam hati.
“Mama, ini mau diletakkan di mana?” tanya Elissa ke Mikasa setelah ibu dan anak itu keluar. Di tangannya ada beberapa novel milik Mikasa yang sudah lama tersimpan.
“Letakkan di sana,”
“Mama, ini apa?” tanya Erhardt yang mengangkat maling liontin hati itu setinggi wajahnya.
Mikasa meraih benda itu dan melihatnya lekat-lekat. Tidak lama setelahnya ia tersenyum lalu mengeluarkan benda yang sama di balik syal merahnya. Kalung hati dengan tulisan:
Eren
&
Mikasadan tulisan 'Jaeger' untuk bagian depan liontin itu.
“Wah, sama,” Erhardt berujar setelah melihat kedua kalung yang dipegang oleh Mikasa.
“Enggak sama, tulisan namanya berbeda dan marganya juga berbeda,” Mikasa memperlihatkan kalung yang sudah berusia lebih dari 20 tahun itu. “Kalung yang Mama pakai ini adalah hadiah dari Papamu kalo yang ini dari … Levi ya, hadiah yang sama di hari yang sama. Mama gak akan lupa,” terang Mikasa tersenyum.
Mereka berdua saling pandang lalu melihat Mikasa lagi. “Maksudnya gimana, Ma?” tanya mereka serentak.
“Di hari ulang tahun Mama yang ke-16 dulu, mama menerima hadiah yang sama dari dua orang yang berbeda dan hadiahnya adalah kalung ini,”
“Lalu … Levi itu siapa? Apakah pemilik makam yang makamnya selalu kita datangi dan kita bersihkan?” tanya Erhardt lagi. Anak itu benar-benar memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi.
Mikasa mengangguk.
“Oooohhhhh … Paman Levi!!!”
Iris hijau emerald dan obsidian itu tampak berbinar tatkala tebakan mereka benar. Mereka mengambil lagi benda yang ada di tangan Mikasa lalu memeriksanya sekali lagi, mereka tidak salah lihat, memang nama Levi.
“Mama, Paman Levi itu sebenarnya siapa?” tanya Elissa kemudian.
“Lebih dari teman, dia adalah orang yang berharga,”

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to The Past ✓
Fanfiction[Book Three] [Complete] Lanjutan dari Dandelion. Disarankan baca Dandelion terlebih dahulu sebelum baca ini. Erhardt dan Elissa sudah tumbuh dewasa, dan gara-gara sebuah buku mereka melintasi waktu kembali lagi ke zaman orangtua mereka saat masih mu...