Ada keanehan yang sedari tadi Elissa rasakan, aura permusuhan yang begitu kentara hadir di antara Eren dan Erhardt saat sarapan tadi. Tidak biasanya kedua cowok berambut cokelat itu duduk berjauhan dan enggan saling bicara. Dan ada lagi hal aneh yang terjadi, Eren dan Erhardt yang biasanya ibarat sepasang sepatu itu kini menjadi ibarat jarak dari barat ke timur, mereka saling berjauhan dan mengacuhkan satu sama lain. Entah apa yang sudah terjadi, Elissa tidak begitu peduli. Masalah yang terjadi antara kedua orang itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
“Mereka berdua kenapa? Lagi berantem ya?” Mikasa yang bertanya. Gadis yang biasanya selalu bersikap cuek itu juga menyadari kejanggalan yang terjadi. Mikasa sengaja berjalan beriringan dengan Elissa, tidak ingin terkena dampak dari aura mematikan yang berasal dari Eren.
“Gak tau, padahal semalam baik-baik aja. Alah, palingan berantem gara-gara kaus kaki yang tertukar lagi. Mereka cukup sering berantem karena hal sepele, 'kan?” Elissa tetap bersikap acuh, walau sebenarnya ia sangat menahan diri agar tidak bertanya kepada Erhardt.
“Iya, tapi 3 detik setelahnya mereka pasti baikan lagi. Lah ini? Sejak sarapan tadi gak saling ngobrol. Kayaknya masalahnya serius deh,”
Elissa mengedarkan pandangan, menatap dua remaja cowok yang berjalan berjauhan namun tetap satu tujuan. Ia mendengus, mungkin nanti ia akan membicarakan hal ini dengan Erhardt.
“Nanti gue tanyakan ke Erhardt penyebab mereka jadi jaga jarak gini,” putus Elissa.
Mikasa mengangguk. “Tolong ya, nanti aku juga akan menanyakannya ke Eren. Gak enak ngeliat dua cacing kepanasan itu gak akur,”
.
.
.
“Pas masih kelas 10 dulu, Levi-senpai pernah ikut olimpiade matematika dan mendapat ranking pertama. Jadi, SMA Shingeki mengadakan acara pentas seni yang akan dibawakan langsung oleh trio No Name di sekolah ini. Ya, bukan mereka aja sih, ada juga penampilan drama kolosal dari kolaborasi seluruh siswa kelas 12. Jadi, OSIS meminta beberapa siswa kelas 10 dan 11 untuk ikut andil dalam mengurus acara pentas seni itu, ada yang jadi seksi keamanan, seksi dekorasi, seksi acara, dan seksi konsumsi. Jadi ada yang mau nawarin diri untuk ikut gak? Lumayan dapat nasi kotak,”
Marco duduk santai di kursi guru setelah berceloteh panjang lebar tentang acara sekolah yang akan digelar dalam kurun waktu beberapa minggu lagi, sedangkan cowok berambut cokelat terang yang berdiri di sampingnya tampak kewalahan. “Lebih kuat lagi dong ngipasnya, lembek banget sih, Jean,”
“Dih, gak tau kalo orang juga capek apa. Lo kipasin diri sendiri napa, gue bukan babu lo, Mar,” gerundel Jean lelah. Kedua tangannya bergerak cepat mengipasi Marco yang kepanasan.
“Siapa suruh lo pilih dare? Gak ingat tantangan gue semalam? Udah lebih kencang lagi ngipasinnya, panas nih!”
Salahkan permainan truth or dare yang mereka mainkan. Jean yang memilih dare mendapat tantangan untuk menjadi babu Marco seharian penuh dan untuk kali ini Jean menyesali pilihannya. Marco benar-benar tidak memberinya ampun untuk memenuhi seluruh permintaannya.
“Trio No Name? Siapa aja, Mar?” tanya Connie setengah berteriak.
“Levi Ackerman, Hange Zoe dan Mike Zacharias. Gue juga gak tau kenapa disebut trio No Name, yang jelas mereka itu bisa disebut grup band yang … unik. Gimana gak unik coba, mereka nyanyi pake perban yang nutupin mata dan nyanyinya pake setelan jas formal, mantap gak tuh. Eh, tapi jangan salah, sekalinya mereka tampil di panggung, biaya tiketnya mahal banget,”
Cowok berambut belah tengah itu berdiri lalu berjalan mondar-mandir di depan kelas, mau tak mau Jean terpaksa mengikuti ke mana Marco melangkah, atau ketua kelas tercinta mereka itu akan kembali marah-marah padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to The Past ✓
Fanfiction[Book Three] [Complete] Lanjutan dari Dandelion. Disarankan baca Dandelion terlebih dahulu sebelum baca ini. Erhardt dan Elissa sudah tumbuh dewasa, dan gara-gara sebuah buku mereka melintasi waktu kembali lagi ke zaman orangtua mereka saat masih mu...