“Anak kurang ajar! Kau hamil?! Siapa yang sudah melakukan itu padamu?” tanya Eren, mencengkeram kuat bahu Elissa hingga membuat gadis itu meringis menahan sakitnya.
“Gak jelas siapa Ayah dari anak itu, Papa, karena Elissa melakukannya dengan banyak pria berhidung belang di salah satu club malam,” Erhardt dengan senyuman iblisnya menjawab. Ia tertawa kecil, senang sekali melihat Elissa yang rendah seperti ini.
PLAKKK!!!
Elissa tersungkur di lantai, ia memegangi pipinya yang merah, air matanya menetes melihat Eren dengan kemarahan yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Di belakang Eren, Mikasa hanya menangis, tidak membelanya sama sekali. Ia sadar, ini murni kesalahannya.
“KAU MENJUAL DIRI?! KAU RELA MENJUAL DIRI SETELAH APA YANG SUDAH KUBERIKAN PADAMU?! JAWAB!!” bentak Eren menjambak rambut Elissa hingga gadis itu berteriak kesakitan.
“Ma-maaf Papa, aku terpaksa melakukannya,” jawabnya lemah, diselingi dengan isak tangis yang begitu menyayat hati.
“E-Eren, kumohon, maafkan dia. Dia sedang mengandung, gak ba–”
“Jangan melindunginya Mikasa,” sela Eren dingin. “Mulai sekarang kau bukanlah bagian dari keluarga Jaeger. Aku mengusirmu, hapuslah margamu dan jangan pernah kembali ke sini. PERGI!!” suara Eren terdengar sangat dingin, raut wajahnya menggelap dan ia menatap Elissa tidak lebih seperti seonggok sampah menjijikkan yang sudah sepantasnya dibuang.
“Kau dengar aku, Berengsek! PERGI!”
Elissa menunduk, ia sedikit mencengkeram perutnya yang datar lalu perlahan bangkit. Keadaannya kacau sekali, air mata yang terus menetes, rambut berantakan, dan hati yang begitu terluka. Elissa melangkah pergi, sebelum ia benar-benar keluar, ia kembali menoleh ke belakang melihat Erhardt yang tersenyum puas dan melambaikan tangan. Elissa berdecak, kalau bukan karena saudaranya itu, maka kehidupannya tidak akan berakhir seperti ini.
“CUT!” suara pak Dita Ness, menggema di depan kelas. “Bagus sekali. Untuk drama, kalian mendapatkan nilai 90. Tapi kenapa masih memakai nama asli?”
“Itu karena kami gak sempat memikirkan nama tokohnya, Sensei,” jawab Eren cengengesan.
“Pembawaan dan pendalaman karakternya sudah bagus tapi minimalkan penggunaan kata kasar ya, kalau guru lain mendengar kalian bisa masuk ke ruang BK,” guru botak tengah itu mengingatkan, lalu menyuruh keempat remaja itu kembali ke tempat duduk mereka.
“Baiklah, sebentar lagi waktu istirahat, jangan berisik sampai bel berbunyi ya, saya permisi dulu. Selamat siang,”
“Siang, Pak!” jawab seluruh siswa kelas itu serentak.
Setelah Dita keluar kelas para siswa bergerombol memenuhi area keempat remaja itu.
“Wooahhh! Drama singkat kalian keren! Mirip kayak kejadian di dunia nyata,” puji Connie, mata dan kepalanya terlihat berbinar-binar.
“Apalagi pas Eren ngomong ‘aku mengusirmu, hapuslah margamu dan jangan pernah kembali ke sini. PERGI!!’ aku merinding dengarnya,” Sasha juga tidak kalah hebohnya seraya meniru suara Eren.
“Ya, tapi capek juga teriak-teriak kayak tadi. Yang paling enak 'kan Erhardt, cuman duduk diam aja ngucapin satu dialog doang,” Eren melirik ke cowok berambut cokelat yang duduk di sebelahnya.
“Gak lah, capek juga pasang muka jahat sama senyum setan. Gue kan cowok ganteng anak baik-baik, masa' jadi pemeran antagonis utama? Elissa tuh, muka antagonis tapi perannya MC protagonis yang tersakiti,” Erhardt tidak terima dijadikan tokoh jahat utama ketika mereka berempat berdiskusi untuk drama singkat yang akan mereka tampilkan di depan kelas tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/276220157-288-k195191.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to The Past ✓
Fanfic[Book Three] [Complete] Lanjutan dari Dandelion. Disarankan baca Dandelion terlebih dahulu sebelum baca ini. Erhardt dan Elissa sudah tumbuh dewasa, dan gara-gara sebuah buku mereka melintasi waktu kembali lagi ke zaman orangtua mereka saat masih mu...