6. Angela Innocencio

162 18 2
                                    

“Terlambat, terlambat, terlambat, TERLAMBAT!!”

Erhardt berlari turun tangga dalam keadaan yang masih kacau, rambutnya berantakan, dasi yang masih menggantung di leher, kerah seragam yang berdiri tegak, celana seragamnya naik sebelah, ransel sekolahnya terbuka, seragam putihnya keluar-masuk, ikat pinggangnya belum terpasang sempurna, dan sepatu hitamnya ada di kedua tangannya.

Ia terburu-buru menuju ruang makan, langsung duduk di sana, menyumpelkan sandwich-nya ke mulut dan memakai cepat sepatu sekolahnya. Mikasa yang sedang mencuci piring di dapur hanya menghela nafas, akhirnya anaknya itu bangun juga.

“Mama kenapa gak bangunin sih?!” seru Erhardt disela-sela memakan sarapannya. Alis matanya menukik, ia sudah kesal karena ia mungkin akan terlambat ke sekolah.

“Mama udah capek gedor-gedor pintu kamar kamu, tapi kamu gak mau bangun juga!” Mikasa tidak mau disalahkan.

Ya itu karena salahnya juga sih, akibat mengerjakan pr disusul main game hingga ia baru terlelap pukul setengah 2 dini hari. Dan itu juga penyebab utama bawah matanya sedikit hitam. Erhardt mendengus, kegiatan makannya sama sekali tidak enak karena ia tidak bisa menikmati menu sarapan kesukaannya itu.

“Papa juga! Kenapa gak bangunin sih?!”

Eren yang baru saja turun dari lantai kini mendapat giliran amukan Erhardt di pagi itu. Ia baru saja terbangun dan dia sudah disalahkan atas hal yang sama tidak ia ketahui. Yang benar saja. “Kenapa sih, nak?”

Eren yang sudah duduk manis di kursi depan cowok itu langsung menuangkan air putih ke cangkir. “Kenapa Papa gak bangunin Erhardt sih? Kalo Erhardt terlambat gimana? Papa mau tanggung jawab?!”

“Ha? Apa? Gimana?” Eren yang masih belum sadar sepenuhnya masih kebingungan mencerna ucapan marah anak sulungnya itu.

“Gak mau tau! Kalo Erhardt terlambat semua salah Papa!” final. Setelah menghabiskan sarapannya, Erhardt langsung menyambar ransel sekolahnya dan berlari secepat kilat menuju pintu utama rumah.

“Eh tunggu-tunggu! Kamu mau Papa antar?” Eren bertanya tepat sebelum Erhardt  keluar walau pintu sudah terbuka.

“Gak! Papa bawa mobil kayak keong, lambat!!”

BRAKKK!!!

Pintu dibanting membuat piring yang masih dalam keadaan basah hampir terjun bebas dari tangan Mikasa sedangkan Eren hampir menyemburkan air yang diminumnya, ia terkejut sekali. Untung jantungnya tidak sampai copot atau Erhardt akan menjadi pembunuh di usia yang masih muda belia.

“Dasar, anak siapa sih dia?”

“Ya anak kamu lah,” jawab Mikasa yang baru kembali dari dapur.

“Iyakah? Aku tak ingat punya anak yang modelannya kayak gitu,”

***

Siang tidak akan sempurna tanpa adanya matahari
Malam tidak akan sempurna tanpa adanya bulan
Mawar tidak akan sempurna tanpa adanya duri
Begitupun denganku yang tidak akan sempurna tanpamu, malaikatku.

Cinta pertama kali datang kepada Adam dan Hawa
Kemudian disertai oleh Anthony dan Cleopatra
Dibawa terbang bersama Rama dan Shinta
Dibawa tenggelam bersama Jack dan Rose
Dibawa mati oleh Romeo dan Juliet
Dan dibangkitkan oleh aku dan kamu

Kamu bagaikan air hujan di tengah gurun pasir
Sangat menyejukkan mata dan hati ketika aku melihatmu
Kamulah bukti sebagai kebenaran adanya malaikat tanpa sayap
Sungguh, kamu adalah pahatan terindah yang Tuhan ciptakan
Dalam bentuk malaikat yang kini hadir di depanku

Back to The Past ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang