2 minggu kemudian …
“Buruan! Sebelum kita terlambat!”
Jam masih menunjukkan pukul setengah 4 sore, keadaan rumah yang seharusnya tenang mendadak gaduh karena suara pecahnya memenuhi seisi rumah.
“Makan dulu Eren! Apa kau ingin pergi dalam keadaan perut kosong, hah?” Carla datang dari dapur, memegang sebuah sutil kayu di tangannya menegur Eren yang lari bolak-balik dari kamar menuju ruang tamu, memasukkan barang-barangnya yang hampir ketinggalan ke dalam tas.
“Gak sempat lagi, Ibu! Kami udah terlambat!” Eren bersikeras.
“Kalian berangkat satu jam setengah lagi, terlambat di mananya?” Carla tidak mengerti dengan pola pikir anaknya itu. Kalau setiap hari selalu susah dibangunkan untuk sekolah maka kalau sudah bepergian Eren selalu jadi yang tercepat.
“Dari sini ke stasiun Trost memakan waktu 1 jam, jadi masih ada setengah jam lagi untuk kalian bersantai. Sekarang cepat habiskan makananmu! Atau Ibu gak akan mau memasakkan burger keju lagi untukmu!” perintah Carla, tak lupa mengeluarkan ancaman yang selalu ampuh.
“Ibuuu!” Eren mencak-mencak heboh, ia mulai merengek seperti anak kecil. “Jangan begitu! Kalo gak ada burger keju lalu aku harus makan apa?”
“Ada rumput, banyak!”
“Aku bukan Jean!”
Erhardt hampir saja menyemburkan air yang baru diteguknya, mendengar pertengkaran yang terjadi di ruang tamu itu benar-benar menggelitik perutnya, tidak menyangka kalau saat Eren masih seusia dirinya sering bertengkar dengan Nenek tercinta. Elissa tersenyum saja, mulutnya tak berhenti mengunyah makanannya yang hampir habis, sedangkan Mikasa tetap dengan wajah datarnya, pertengkaran Ibu dan Anak itu sudah sering terjadi di kediaman Jaeger.
“Jangan membuat Ibu ingin mengulitimu hidup-hidup saat ini juga, Eren. Sekarang ma-kan!” putus Carla penuh penekanan lalu kembali ke dapur.
“Baik,” untuk ancaman Carla yang satu ini, Eren sedikit takut.
“Eren, ada apa?” kepala cokelat Eren menoleh ke sumber suara, melihat Ayahnya yang berdiri di depan pintu kamar, bahkan Grisha terbangun karena suara pertengkaran mereka.
“Ayah, aku sudah banyak makan tadi dan sekarang Ibu memaksaku untuk makan lagi, dan kalau aku gak makan, Ibu akan berhenti membuatkanku burger keju,” adunya panjang lebar. “Ayah, tolong buat Ibu mengerti, perutku bisa meledak kalau kebanyakan makan,”
Grisha mengangguk-angguk mengerti, berjalan menuruni tangga menghampiri Eren yang tampaknya hampir menangis itu. Oh kasihan sekali anaknya yang satu ini.
“Carla,” panggilnya datar. Mencoba bernegosiasi.
“Suamiku sayang, jangan coba-coba untuk membela Eren atau aku akan mengulitimu hidup-hidup juga!” ancaman Carla kembali terdengar.
Grisha menoleh ke Eren yang berdiri di sebelahnya. Ia menggeleng. “Maaf Eren, tapi Ayah sudah berusaha,”
“Berusaha apanya cuman manggil nama Ibu doang,” batin Eren tidak terima.
“Eren! Jatah burger keju-mu untukku, ya!” suara Elissa terdengar dari ruang makan.
Eren membalas cepat, “Jangan!”
“Makanya duduk diam di sini dan cepat habiskan makananmu!” -Elissa.
“Setelah kau selesai makan segera mandi Eren,” -Mikasa.
“Kau menyuruh kami cepat, tapi kau sendiri lama, dasar!” -Erhardt.
“Santai aja makannya,” -Mikasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to The Past ✓
Fanfiction[Book Three] [Complete] Lanjutan dari Dandelion. Disarankan baca Dandelion terlebih dahulu sebelum baca ini. Erhardt dan Elissa sudah tumbuh dewasa, dan gara-gara sebuah buku mereka melintasi waktu kembali lagi ke zaman orangtua mereka saat masih mu...