Petilasan adalah istilah yang diambil dari bahasa Jawa yang menunjuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorang.
Kamis, 29 November 2012 Pukul 23.30
Sorot lampu dari sebuah mobil, telah menerangi jalanan beraspal, tetapi penuh dengan bebatuan dan lubang. Suasana dingin yang mencekam pada malam hari, tidak membuat Farrel menghentikan mobilnya. Lima mahasiswa yang juga berada di dalam mobil tersebut, tampak gelisah dan ketakutan.
"Rel, bisa cepat bawa mobilnya nggak sih?!" bentak Candy yang berada di kursi penumpang, bagian tengah bersama dengan Sara, dan seorang gadis di antara mereka berdua.
Di tengah hutan yang sunyi, sepi, dan sangat gelap, suara rintihan dari seorang gadis telah menimbulkan kepanikan bagi mereka semua. Gadis yang duduk di antara Candy dan Sara, mulai tidak sadarkan diri. Sebab, darah segar yang kental terus mengucur keluar dari perutnya, ditambah dengan luka dibagian kepalanya yang tampak membuka lebar, serta basah.
Gea yang duduk dikursi penumpang paling pojok, bersebelahan dengan Candy. Mulai menelan ludahnya berat, saat ia menangkap aliran darah bercampur nanah di kedua kaki gadis itu, yang merembes keluar. Gea pun mulai memalingkan pandangannya, dengan menoleh ke kaca jendela mobil.
Namun, secara tiba-tiba sesosok makhluk bertubuh hitam pekat, dengan bola mata merah, dan rambut panjang yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Menampakkan diri di kaca jendela itu, dengan posisi yang sangat dekat di wajah Gea. Sehingga, membuatnya berteriak kencang, sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangan.
Susana hening di dalam mobil berubah ketika mendengar teriakan dari Gea, akan tetapi mereka semua tidak mengetahui alasan Gea berteriak. Karena, mereka tidak melihat apa pun di kaca jendela, kecuali pepohonan Pinus dan semak-semak belukar di dasar jurang. Mobil itu tetap melaju cepat, di tengah hutan belantara. Hingga, embusan angin menerjang begitu kencang, disusul dengan sorot lampu dari mobil yang mati secara mendadak.
Namun, Sara mulai menangkap cukup banyak bola mata merah pekat, dari kaca spion sebelah kanan. Penglihatannya itu, membuat Sara mematung diam, ditambah dengan lampu mobil yang masih belum menyala. Sara tidak melihat tubuh dari sosok-sosok itu, sebab hanya bola mata merah yang ditampakkan begitu jelas.
"Kenapa lampunya mati?!" decak Farrel sembari mencari penyebab, dari lampu mobilnya yang mati. Namun, ia tetap mengemudikan mobil itu meskipun tanpa penerangan.
"Farrel, awas!!!" seru Rama yang duduk di kursi bagian depan-samping Farrel.
Roda mobil yang awalnya berputar lurus, kini mulai berbelok penuh ke kiri. Mobil itu memasuki jurang, walaupun Farrel sudah berusaha untuk mengendalikan stir. Namun, mobil itu tetap melaju cepat ke dasar jurang di samping jalan. Farrel pun tidak bisa menginjak rem mobilnya, sehingga mobil tersebut menabrak beberapa ilalang serta ranting pohon yang menjulur.
Teriakan dari mereka semua yang berada di dalam mobil, telah menghidupkan suasana hutan yang sunyi dan senyap di malam hari. Mereka semua tidak mengharapkan apa pun, apalagi berpikir jika bisa hidup atau justru mati.
Sebelum mobil itu terjatuh ke dasar jurang, tidak ada sesuatu yang menjanggal. Hanya embusan angin kencang, kemudian lampu mobil yang mati, dan stir berbelok dengan sendirinya ke jurang itu. Sara pun tidak dapat menangkap sesuatu dari penglihatannya, yang menyebabkan mobil tersebut mengalami kecelakaan. Laju mobil itu berakhir, pada sebuah pohon besar. Hingga, masing-masing dari mereka terluka dan tidak sadarkan diri.
Keesokan harinya, bulu lentik mengerjap membantu kelopak mata yang akan terbuka sempurna. "Ah," rintihnya sambil memegang tangan kanan, yang dibalut perban. Kemudian, mencoba untuk duduk di atas ranjang secara perlahan.
"Auh," rintihnya lagi, ketika merasakan perih di kedua kakinya, yang hanya ditutupi oleh plester saja.
"Aku di mana?" Bola mata mengedar penuh, menangkap seisi ruangan dengan dinding putih di sekelilingnya.
"Apa aku udah mati? Tapi, ini di mana?" tanyanya kembali, tanpa mendapat balasan. Sebab, di ruangan itu tidak ada seorang pun, selain dirinya.
"Sara!" Suara panggilan, telah menggugah pemilik nama itu. Kelopak mata yang awalnya terpejam kuat, dengan bola mata yang bergerak di dalamnya. Kini, dapat terbuka lebar dengan sekali embusan napas pendek.
"Kamu baik-baik aja?" tanya Rama yang duduk di hadapannya, dan tampak mengkhawatirkan Sara.
Sara langsung terduduk, memandang wajah Rama yang tampak sedikit pucat. "Kita di mana? Apa kita ...." Namun, Rama menggeleng dan langsung mengusap puncak kepala Sara. "Kita selamat dari kecelakaan itu, dan kita kembali lagi ke rumah penginapan," ujarnya.
"Tapi, bagaimana bisa?" tanya Sara dengan kening yang berkerut, lalu ia mengedarkan pandangan ke segala sudut ruangan yang berlapiskan dinding kayu.
"GEA!" Suara jeritan lagi-lagi mengundang rasa takut, Sara dan Rama saling memandang sebelum beranjak dari kamar itu.
"Kak Candy, ada apa?" tanya Rama yang sudah ke luar rumah, bersama Sara. Kemudian, pandangan mereka tertuju pada tali tambang, yang menggantung di atas atap rumah penginapan itu.
Apa yang terjadi? Siapa yang mengakhiri hidupnya, menggunakan tali tambang itu? Dan, Bagaimana mereka bisa selamat dari kecelakaan tragis, yang sudah membawa mereka masuk ke dasar jurang?
SEBELUM MEMBACANYA, KUNJUNGI DULU PROFIL PENULISNYA ... SIAPA TAHU, KITA BISA BERTEMAN?
Follow Instagram : @me_li805 atau @nonasenduu
Follow akun wattpad : NonasenduuSupaya kalian tau informasi, tentang karya-karya lainnya dari aku.
Happy reading ...
Semoga kamu bersamaku sampai ending ...Matur suwun 🙏
Salam hangat
Nonasenduu
KAMU SEDANG MEMBACA
DESA SESUK [ END ]
Mystery / Thriller[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !!! ] > Sequel atau kelanjutan cerita dari KAMPUS KERAMAT. > Bisa dibaca terpisah, 18+ > Mengandung unsur simbolik, ritual, dan penuh misteri Pada akhir tahun 2012, Sara dan teman-temannya kembali...