Ngugemi berarti mematuhi atau mempedomani, sedangkan angger-angger artinya peraturan.
Sara tersentak, sesaat ia melihat wujud asli dari rumah tua yang saat ini berada di hadapannya. Rumah yang tampak megah, indah, dan bersih begitu jelas di penglihatan Sara. Namun, rumah itu berubah menjadi rumah tua yang penuh debu dan sarang laba-laba, bahkan dindingnya terbuat dari lapisan kayu yang sudah lapuk. Sehingga, Sara pun mematung di tempat, sedangkan teman-temannya sudah memasuki rumah tersebut—sebagai tempat tinggal mereka selama berada di desa Sesuk. “Sar, ayo! Ngapain berdiri di sana terus!” Suara dari Farrel telah menggugah lamunan Sara, lantas ia pun menghampiri teman-temannya yang sudah berada di dalam rumah itu.
"Sebelum kalian melakukan penelitian di desa ini, kalian harus mengikuti peraturan yang ada," ujar Sukma sembari menuangkan air dari kendi yang terbuat dari tanah liat, ke dalam gelas plastik.
"Peraturan? Di desa ini, masih terikat sama peraturan? Kuno banget," kritik Jihan membuat Sukma tanpa sengaja menumpahkan air tersebut. Lantas, tersenyum canggung.
“Kaya di kampus kita dulu, ada peraturan dan larangan-larangan karena ritual tumbal. Apa jangan-jangan desa ini juga, punya ikatan mistis,” bisik Candy pada Sara. Namun, Sara hanya diam.
Sukma membawa nampan, yang berisi beberapa gelas plastik. Lalu, diletakkan di atas meja kayu yang sudah rimpuh. "Anggap aja, ini rumah kalian."
Namun, Arga justru mengangkat kedua kakinya dan diletakkan di atas meja tersebut. Sembari mengamati atap kayu yang dipenuhi sarang laba-laba. "Ternyata, masih ada yang lebih buruk dari rumah gue, ya. Jadi gimana bisa gue anggap rumah ini, kaya rumah gue sendiri?"
"Ya, namanya juga rumah di desa, pasti nggak ada yang bagus. Rata-rata penduduknya, itu orang miskin. Jadi, maklum kalo rumahnya kaya gubuk, atau kandang sapi," balas Sukma tersinggung.
"Maaf, Sukma. Apa rumahnya nggak pernah ditempati?" tanya Candy penasaran, sebab keadaan rumah sangat kotor dan masih berantakan.
"Dulu ada, yang nempatin. Kepala desa, namanya pak Bondo, terus dia pindah sama keluarganya ke kota. Jadi, rumah ini kosong sekitar lima tahunan, tapi aku sama penduduk di sini sering kok bersihin rumahnya, cuman memang rumah ini udah tua jadi kelihatan kotor."
"Kalo boleh tau, kenapa penghuni rumah ini pindah?" tanya Candy lagi.
Sukma memasukkan teplok yang berada di atas meja makan, ke dalam laci meja yang juga terbuat dari kayu, lalu mengambil beberapa lilin dari laci tersebut. "Kalo itu, aku sendiri juga kurang tau."
Gea yang berdiri di dekat jendela, mulai membuka suara. "Dari tadi aku nggak lihat ada penduduk di sekitar desa, apa rumah mereka jauh dari sini?" Malam yang gelap, membuat Gea langsung berpindah tempat, dan menjauh dari jendela kayu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESA SESUK [ END ]
Mystery / Thriller[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !!! ] > Sequel atau kelanjutan cerita dari KAMPUS KERAMAT. > Bisa dibaca terpisah, 18+ > Mengandung unsur simbolik, ritual, dan penuh misteri Pada akhir tahun 2012, Sara dan teman-temannya kembali...