Chapter 10. Apadgata Malih

156 15 1
                                    

Apadgata Malih berarti perubahan dalam seketika, atau dengan kurung waktu singkat. Diambil dari bahasa Sansekerta.

 Diambil dari bahasa Sansekerta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, mereka sudah bersiap untuk kembali melanjutkan penelitian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, mereka sudah bersiap untuk kembali melanjutkan penelitian. Cuaca yang cerah, dan udara sejuk telah mengubah suasana desa Sesuk, yang setiap malam tampak menyeramkan. Selalu sunyi, senyap dan gelap—tidak ada satu penduduk pun yang berkeliaran di sekitar desa pada malam hari, sebab itulah desa Sesuk dikenal dengan desa tanpa penghuni. Namun, Sara dan teman-temannya masih belum mengetahui arti dari nama Sesuk itu sendiri. Meskipun, penglihatan Sara sudah membuktikan jika desa Sesuk, bukanlah desa biasa.

Hingga, pagi itu semuanya berubah dalam seketika. Terutama, dengan sikap Jihan yang tiba-tiba menjauh dari Rama, bahkan Jihan tetap diam di kursi meja makan. Ketika Sara dan Rama memasak sarapan pagi, bersama Candy dan Gea. Mereka tampak dekat, sesekali Arka pun menggoda keduanya supaya Jihan marah. Namun, Jihan tetap diam dengan raut datar, dan dingin. “Lo tumben hari ini nggak protes, kalo Sara dekat sama Rama,” ujar Arga yang duduk di sampingnya.

“Iya, Han. Biasanya lo marah, dan langsung melarang Sara buat nggak dekat-dekat sama Rama,” sambung Candy yang sedang mengupas bawang merah.

Akhirnya, Sara pun mendekati Jihan. “Jihan, kamu kenapa? Masih marah, karena aku deketin Rama?” tanyanya sambil memegang bahu Jihan. “Udah, kamu jangan dengerin perkataan Arka sama Arga. Mereka berdua cuman bercanda tadi, aku sama Rama juga nggak ada hubungan apa-apa. Kita semua itu tahu, kalo Rama udah dijodohkan sama kamu. Jadi, Rama nggak mungkin berpaling dari kamu,” tambah Sara tersenyum getir, sesaat telapak tangan Sara terasa panas.

Jihan memutar kepalanya, ia menatap Sara dengan bola mata yang merah. Dan, langsung berdiri dari duduknya. “Aku gakpapa,” katanya datar, kemudian berjalan menuju sofa dan duduk dengan posisi tegak.

“Jihan, marah beneran?” tanya Arka memandang gerak tubuh Jihan yang kaku.

“Gara-gara lo sama Arga sih, jadi marah ‘kan, Jihan,” tuduh Candy.

“Tadi gue cuman iseng aja jodoh-jodohin Sara sama Rama, lagian mereka berdua cocok,” ujar Arka membuat Rama langsung membungkam mulutnya, dengan sayur kembang kol.

DESA SESUK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang