Chapter 12. Amboja Krama

142 13 0
                                    

Amboja Krama berarti pesta makan-makan, yang diambil dari bahasa Sansekerta.

"Itu akibat karena sudah melanggar adat desa Sesuk!" seru Lilith menatap mereka semua, dengan bola mata membulat penuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu akibat karena sudah melanggar adat desa Sesuk!" seru Lilith menatap mereka semua, dengan bola mata membulat penuh. Sehingga, Sukma langsung menurunkan pisau di tangannya.

“Melanggar adat?” timpal Gea bingung.

Seusai Candy meneguk segelas air putih, ia pun berbicara, “Jihan, sama sekali nggak melanggar peraturan desa, dan  gue rasa peraturan di desa ini nggak ada sangkut pautnya, sama bola mata Jihan yang lepas itu.”

“Masa, iya, bola mata Jihan lepas dengan sendirinya. Nggak masuk akal juga, kalo Jihan sengaja mencongkel bola matanya sendiri,” sambar Arka sembari menggigit buah apel.

Pada akhirnya, Jihan membuka suara. “Waktu aku lagi tidur, tiba-tiba jendela kamar kebuka sendiri dan anginnya kencang banget. Jadi, aku kebangun.”

“Terus, apa yang terjadi setelah itu?” tanya Gea penasaran memandang wajah Jihan.

“Aku lihat bayangan hitam, yang diselimuti asap tebal. Saat itu aku benar-benar ketakutan, jadi aku teriak manggil nama kalian. Tapi, tiba-tiba ada tangan panjang, dengan kuku yang penuh tanah sama darah, menjulur ke arah aku. Tangan itu meraba mukaku, dan langsung mengambil kedua bola mataku secara paksa.”

Arka pun langsung meletakkan buah apel di tangannya ke piring, sembari membuat dugaan. “Apa itu makhluk halus?”

“Kamu memang tidak melanggar peraturan desa ini, tapi kamu sudah melanggar adat yang ada di desa ini!” tegas Lilith membuat mereka semua memandangnya bingung.

“Desa Sesuk, nggak hanya memiliki peraturan terlarang untuk orang asing yang berkunjung ke sini. Tapi, desa Sesuk juga memiliki adat istiadat yang nggak boleh dilanggar apalagi dilakukan. Yaitu, membunuh penduduk yang ada di desa ini,” ujar Sukma memandang mereka secara bergantian, dengan cukup tajam.

Farrel pun berdiri dari duduknya, dengan tatapan penuh amarah. “Jadi, maksud kamu Jihan teman kita itu pembunuh?!” Setelah mendengar itu, Jihan pun langsung merunduk.

“Memangnya, Jihan udah membunuh siapa? Sampai dia harus kehilangan kedua bola matanya, karena melanggar adat yang ada di desa ini?” sambung Candy dengan pertanyaan, lalu menyuruh Farrel untuk duduk kembali dan menenangkan diri.

Lilith mengarahkan jari telunjuknya pada Jihan. “Dia sudah membunuh petani itu!”

Mereka semua dibuat terkejut setelah mendengar perkataan dari Lilith, sebab mereka tidak pernah menduganya. Sehingga, Candy membantah dengan pernyataan. Bahwa, penduduk desa mengatakan jika petani itu menghilang, karena diterkam oleh binatang buas. Sukma pun membenarkan pernyataan Candy, ketika penduduk desa melanggar peraturan—maka penduduk itu akan menghilang, dan menjadi santapan binatang buas yang berkeliaran setiap malam.

Namun, kali ini Lilith mengatakan sesuatu yang menentang pernyataan Candy. Jika kali ini, penduduk yang berprofesi sebagai petani itu, menghilang bukan karena diterkam binatang buas. Melainkan, dibunuh oleh Jihan. Mereka semua masih enggan untuk mempercayai perkataan Lilith, akan tetapi Sara justru meyakinkan para teman-temannya untuk percaya.

DESA SESUK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang