Chapter 16. Ilung Raga Kangge Komara

117 10 1
                                    

Ilung Raga Kangge Komara berarti Hilang Raga untuk Sajian kepada roh halus, diambil dalam dari bahasa Sansekerta.

Mereka semua langsung beranjak dari dalam mobil, menghampiri Sukma yang masih berdiri tegak di depan mobil Farrel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka semua langsung beranjak dari dalam mobil, menghampiri Sukma yang masih berdiri tegak di depan mobil Farrel. Menggunakan setelan baju dress putih selutut, dengan rambut yang dibiarkan menutupi sebagian wajahnya. “Kalian mau ke mana?” tanya Sukma datar.

“Kita mau pergi dari desa ini,” jawab Farrel lantang, membuat bola mata Sukma menatap mereka tajam.

“Kalian nggak bisa keluar apalagi pergi dari sini,” ujarnya membuat kening Candy berkerut. “Tapi, kenapa? Penelitian kita udah selesai, jadi kita harus pergi meninggalkan desa ini.”

“Kalian bisa pergi kalo bukan hari tumapaking mangsa rendheng (hari penghujan atau musim dingin) Jadi, kalian dilarang pergi meninggalkan desa.”

“Tumapaking mangsa rendheng di weton Kliwon, dipercaya akan kesialan. Jika kalian melangkahkan kaki untuk keluar dari desa ini, maka kalian akan sial dan celaka,” tambah Sukma membuat Sara langsung menyuruh teman-temannya segera memasuki mobil, untuk kembali ke rumah penginapan.

Mobil itu pun melaju mundur, kemudian berbalik mengarah kembali ke desa Sesuk setelah melaju beberapa kilometer untuk menuju ke dermaga, tetapi Sukma justru menghalangi mereka. Setibanya di sana, mereka semua membawa koper dan barang bawaan ke dalam rumah penginapan. Namun, perkataan Arka telah membuat langkah mereka semua terhenti di anak tangga, yang terbuat dari kayu saat akan memasuki rumah.

“Gimana kalo kita cari jasadnya Arga? Kalo memang Arga beneran mati diterkam binatang buas, pasti masih ada sisa-sisa tubuhnya di dekat danau.” Mereka semua berbalik, memandang Arka yang berdiri tegak di depan mobil.

“Lo masih belum percaya, kalo Arga itu udah jadi anggota sekte?!” kelakar Farrel membuat Arka mendekat pada mereka.

“Gue percaya, tapi gue juga butuh bukti tentang kematian Arga. Biar gue bisa kasih penjelasan ke orang tua, kalo Arga hilang di desa ini,” ucap Arka pelan.

“Tapi, Arga nggak mati, Ka. Dia cuman disembunyikan di gereja Satanik itu, buat jadi pengikut iblis yang ada di desa ini, jadi kita nggak akan mungkin bisa menemukan jasad Arga,” timpal Sara.

“Waktu Arga hilang, lo bilang ke gue kalo lo sendiri yang bakalan mau cari Arga. Tapi, sekarang kenapa lo kelihatan pasrah sama hilangnya Arga? Seakan-akan, Arga itu udah mati. Dan, kalo memang Arga disembunyikan di gereja Satanik, kita bisa pergi ke sana buat mencari Arga, dan mengajak dia buat kembali ‘kan?”

Sara menghela napas panjang, ia mendekati Arka. “Nggak semudah itu, karena sekarang kita bukan lagi menghadapi setan biasa, tapi ini Satan. Iblis neraka, yang nggak akan bisa kita kalahkan cuman pakai untaian doa,” katanya kemudian membuat Farrel langsung mencengkeram tangan Arka.

“Kalo lo mau mencari Arga, ayo! Kita cari sekarang, tapi sebelum itu kita taruh barang-barang di dalam dulu.” Farrel menarik tangan Arka, untuk masuk ke rumah bersama.

DESA SESUK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang