Chapter 05. Akyan Ambal Gawe Bilahi

171 15 3
                                    

Akyan Ambal Gawe Bilahi, berarti penglihatan berulang kali membuat celaka, yang diambil dari bahasa sansekerta.

Akyan Ambal Gawe Bilahi, berarti penglihatan berulang kali membuat celaka, yang diambil dari bahasa sansekerta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku pendosa! Aku seorang pendosa! Aku pantas mati!” seru Gea berkali-kali, dengan suara yang serak dan berat.

“Kak Gea, tolong sadar,” rengek Jihan di samping Gea. Begitu pula Candy, yang berusaha untuk menyadarkan Gea, dengan cara mencipratkan air putih di wajahnya.

Lantas, Rama masuk ke kamar mengambil tasbih dan kembali ke ruang depan. Lengan tangan Gea, disentuh oleh Rama sembari melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Hingga membuat Gea mengerang, dan berteriak kesakitan. Mereka semua panik, Candy pun mulai menghentikan caranya untuk membuat Gea sadar. Dan, mengangkat kedua tangan supaya dapat mendoakan Gea dari pengaruh makhluk gaib, yang merasuki tubuhnya itu.

Sementara, Sara dibuat tersentak ke belakang. Dengan kedua mata yang terpejam kuat, kemudian kembali membuka matanya dengan penglihatan yang menyeramkan. Sesosok makhluk berjubah hitam, bermata merah dan berbulu. Telah keluar dari tubuh Gea, makhluk tersebut berjalan melewati Sara begitu saja. Lalu, mengakibatkan pintu rumah itu terbuka dengan sendirinya, bayangan hitam pekat yang pernah ada dipenglihatan Sara berada di belakang sosok makhluk berjubah itu. Pintu rumah tertutup begitu kencang, membuat mereka semua semakin ketakutan.

“Pintunya ....” Jihan menempel di belakang Rama, selayaknya bunglon di batang pohon. Sedangkan, Arka dan Arga saling berpelukan saat pintu itu, tiba-tiba terbuka dan tertutup sendiri.

Hujan yang semakin deras, membuat pepohonan lebat di desa itu mengeluarkan bunyi. Sebab rintik air, yang terbawa oleh embusan angin kencang. “Kak Gea,” panggil Sara mendekat.

“Ah, kepala gue pusing banget,” keluh Gea menangkup kepalanya, yang terasa berat.

“Lo udah gakpapa ‘kan?” tanya Candy dengan raut takut, melihat tubuh Gea yang kembali normal seperti semula. Pupil matanya sudah tidak keruh, dan tulisan mengerikan di lengan tangannya pun sudah menghilang. Walaupun, bibir Gea masih tampak biru dan terus mengeluarkan keringat dingin.

“Memangnya gue kenapa?” tanya Gea memandang satu per satu teman-temannya.

“Lo tadi kerasukan,” jawab Farrel. Kemudian, Jihan menimpali, “Serem banget tau, Kak.”

“Tapi, gue nggak ingat apa-apa. Cuman badan gue, sakit-sakit semua.”

“Kak Gea, sebaiknya istirahat aja, ya, di kamar.” Sehingga, Gea pun langsung beranjak ke kamar ditemani Candy.

“Sar, Ram. Kalian berdua belum makan ‘kan? Masih ada mie instan di meja makan, jadi cepat dimakan sebelum dingin,” suruh Farrel setelah itu memasuki kamarnya.

Rama mengangguk, lalu berdiri sembari mengajak Sara untuk memakan mie instan berdua. Namun, Jihan justru menjauhkan keduanya, dengan cara merengek kelaparan. Padahal, Jihan sudah menghabiskan semangkuk mie instan. “Yaudah, makan aja punyaku, Han,” kata Sara enteng.

DESA SESUK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang