Anon diambil dari bahasa sansekerta yang berarti melihat.
“Jihan, kamu buat aku kaget aja,” ujar Sara mengembuskan napas pendek.
“Maaf, tapi aku nggak bisa tidur, Sar,” ungkapnya murung.
“Kenapa nggak bisa tidur?” tanya Sara sambil melangkah menuju ranjang, berlapis sprai putih.
Jihan tetap berdiam diri, di dekat pintu kamar. “Aku nggak bisa tidur, tanpa lampu. Aku takut gelap.”
“Yaudah, sebentar aku nyalain lilin dulu.” Lantas, Sara pun beranjak ke arah meja di depan ranjang itu. Ia mengambil lilin yang tergeletak, lalu menyalakan sumbunya menggunakan korek api kayu. “Jihan, lilinnya udah aku nyalakan. Jadi, kamu bisa tidur sekarang.” Sara berujar, kemudian berbalik ke belakang.
Namun, Sara dibuat mematung dengan lilin yang berada di tangannya. Pada saat, ia melihat Jihan sudah tertidur pulas di atas ranjang. “Bukannya tadi Jihan bilang nggak bisa tidur karena gelap, tapi kenapa sekarang dia udah tidur,” gumam Sara. Sehingga, ia melangkah pelan menuju ranjang. Meletakkan lilin di atas meja, yang berada di samping ranjang itu. Lalu, merebahkan tubuhnya tepat di sebelah Jihan.
Posisi tidur Jihan yang terlentang, membuat Sara sedikit kurang nyaman. Hingga ia mencoba untuk mengubah posisi tidurnya, dengan memiringkan tubuh ke samping. Dalam sekejap, Sara kembali terperanjat ketika ia menangkap bola mata merah pekat, di dekat cahaya lilin yang menyala terang. Sara terduduk di atas ranjang, sambil mengusap bulu kuduk yang meremang. Kemudian, ia perlahan menutup kedua matanya, dengan posisi mulai tertidur.
Pagi harinya, suasana desa itu tampak berubah. Tidak seperti malam hari, yang begitu sunyi senyap, bahkan tidak terlihat satu pun penduduk yang berkeliaran di sekitar desa. Hanya remang-remang dari sinar bulan, yang menerangi desa kala malam. Namun, kini sudah tergantikan oleh sinar matahari, untuk menerangi desa itu. Kegiatan para penduduk desa pun, tidak terlalu padat. Sebab, kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai petani, sehingga mereka hanya bercocok tanam dan menjaga perkebunan.
“Gea, cepat dong! Kita semua belum mandi, jadi gantian!” seru Candy yang sejak tadi mengantri di depan kamar mandi, dengan handuk yang tersampir dan juga sikat gigi di genggamannya.
“Sabar, Candy! Semalam gue ‘kan nggak jadi mandi, jadi pagi ini gue harus lama mandinya. Biar nanti nggak gerah,” timpal Gea dari dalam kamar mandi, yang entah sedang melakukan ritual pagi apa di sana.
Sementara itu, Sara dan Jihan memilih untuk menunggu di dekat danau. Sedangkan, para laki-laki berada di dalam rumah, sebelum membersihkan diri mereka lebih dulu mempersiapkan perlengkapan untuk penelitian hari ini. Namun, lagi-lagi penglihatan Sara menangkap sosok makhluk berjubah putih, berwajah hitam seperti hangus terbakar, dan bola matanya yang merah. Di balik semak-semak belukar, sosok-sosok itu tampak sedang memperhatikan Jihan dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESA SESUK [ END ]
Mystery / Thriller[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !!! ] > Sequel atau kelanjutan cerita dari KAMPUS KERAMAT. > Bisa dibaca terpisah, 18+ > Mengandung unsur simbolik, ritual, dan penuh misteri Pada akhir tahun 2012, Sara dan teman-temannya kembali...