[Trente huit] Harapan?

61 14 0
                                    

  "Ayah, Felix boleh minta sesuatu?" Tepat setelah Jisung mengatakan bahwa Minho bukan anak kandung dari Raja dan Ratu Lee, Felix langsung berbicara dengan orangtuanya.

"Boleh, Felix mau minta apa?"

  "Sayangi Kak Minho dan anggap dia sebagai anak kandung, jangan di anaktirikan, Felix ikut sakit liat Kak Minho sedih," lirih Felix.

"Eh, Felix ada yang sakit?"

  "Jangan out of topic, aku yakin kalian paham. Kalau aku udah meninggal dunia nanti, tolong jalanin amanahku ini ya? Ibunda, Ayah?" Raja dan Ratu Lee mengangguk lalu memeluk Felix.

"Kamu harus sehat ya sayang.."

  Felix mengangguk lalu pamit pergi, tepat setelah dirinya menghilang dari pandangan, telinganya tak sengaja mendengar ucapan orangtuanya yang cukup mengejutkan.

"Kalo Felix mati, dia gak bakal tau kan perbuatan kita ke anak itu?"

"Kamu apa-apaan sih! Sedendam itu kamu sama dia?"

  Felix terkejut mendengar hal itu dan hampir pingsan karena tubuhnya yang kembali drop, untungnya Jisung melihatnya dan langsung memanggil ayahnya kala itu.

...

  Ucapan Felix beberapa hari yang lalu terus terngiang ditelinga Raja Taeyong. Harusnya ia sadar, Felix mengatakan hal itu karena waktu hidupnya sebentar lagi.

  Namun dengan bodohnya ia mengabaikan ucapan anaknya dan mengira Felix akan sembuh total.

  Hari demi hari berlalu, suasana kerajaan Mont Saint-Michel kembali seperti biasa dan Taeyong memutuskan untuk melaksanakan amanah dari Felix.

  Minho tentu kebingungan melihat tingkah ayahnya yang berubah, pun dengan ibunya juga. Seperti saat mereka sedang makan bersama.

  "Ino kok makannya dikit sih? Ayo sini tambah lagi," ucap Taeyong sembari memberikan lauk ke piring Minho.

"Ajak Jisung juga kesini."

  Ketika dirinya sedang berjalan mengelilingi istana, dan tak sengaja berpapasan dengan ayahnya yang hendak pergi, "Ino, kamu gak perlu kayak gini lagi, nanti kamu kelelahan, mending kencan sama pacarmu aja gih."

  Dan lain-lainnya, sikap ayahnya berubah drastis dan sedikit lebih peduli padanya, perlakuannya sama seperti memperlakukan Felix. Membuat Minho sedikit curiga.

  Kini Minho hendak membantu pelayan yang sedang membereskan piring-piring kotor, namun ayahnya datang dan melarangnya.

  Minho menatap ayahnya dengan tatapan curiga, "Ayah kenapa sih? Felix udah mati, ini Minho!" seru Minho, berniat menyadarkan Taeyong.

"K-kamu kenapa ngomong gitu?"

  "Kenapa juga ayah peduli sama aku? Alasannya pasti karena ayah ngira aku Felix kan? Terus kalo sadar ini Minho, ayah balik gak peduli, gitu?" sindir Minho.

  "Nggak sayang, ayah bener-bener berubah dan sayang sama kamu," ucap Taeyong penuh keyakinan.

  Namun Minho tak semudah itu untuk percaya. Ia memutar bola matanya dan berkata, "Bilang aja, mau ayah apa? Aku pergi? Bunuh aku karena udah bikin Felix pergi? Atau siksa aku karena aku udah lahir ke dunia?"

[01] Bonjour, Prince! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang