[Dix] Haruskah Aku Pergi?

135 27 4
                                    

Chapter ini lebih dominan changlix karena bisa dibilang ini special chapter, judul chapternya 'haruskah aku pergi' itu bukan buat keadaan changlix ya

...

"Hiks..."

Jisung terdiam kala ia mendengar suara tangisan, sejujurnya ia tak peduli tapi suara yang dikenalnya itu membuatnya tertarik untuk mencari tahu kemana asal suara itu berada.

Suasana hati Jisung mendadak berubah, ia menjadi sedih sekaligus cemas melihat Minho yang menangis sendirian di koridor dekat area parkiran ketika suasana sekolah benar-benar telah sepi.

Jisung langsung menghampiri dan memeluk Minho lalu mengelus rambutnya. Ia terkejut saat Minho berusaha melepas pelukannya secara paksa, namun Jisung menahannya dan mempererat pelukannya.

"Nangis sepuas lo, caci maki orang yang udah bikin lo sedih, sekalipun orang itu gue." Tangisan Minho semakin kencang mendengar hal itu, ia terus memukul bahu Jisung.

"Gue benci sama lo, gue benci!!"

Minho terus menggumamkan kata benci pada Jisung, membuat Jisung merasa bersalah.

"Pergi, pergi gak lo?!"

"T-tapi.."

"Pergi!"

Jisung melepas pelukannya lalu pergi dengan langkah lesu. Minho memejamkan matanya lalu memegang telinganya.

"Ibunda Ratu..."

"Minho? Ini kamu, nak? Syukurlah, kamu kemana aja?"

"M-maafin Minho, Ibunda..."

"Kamu kenapa nangis? Ada masalah disana?"

"Minho lemah ya, Bun?"

"Nggak sayang, Minho lemah berarti Minho lagi capek, Minho gak lemah kok, Minho itu kuat.. kamu gak mau pulang, hm?"

"M-minho takut..."

"Y-yaudah, kamu boleh pulang kapan aja, pintu masuk terbuka lebar buat anak Ibunda."

Minho tak tega sebenarnya mendengar suara Ibunya yang bergetar ditambah ada nada kekecewaan. Tapi ia terlalu takut pada hukuman Ayahnya.

...

"Jis--"

"Mau ngapain lo?"

Minho menunduk, "S-soal kemaren, maaf.." lirih Minho, walau kata-kata itu bukan bualan atau candaan.

"Terus ngapain lo kesini?"

"A-aku... Cuma pengen minta maaf."

"Udah 'kan? Pergi, gih." Jisung dengan tatapan datarnya mengusir Minho tanpa menoleh sedikitpun sedari tadi.

"J-ji..."

Minho tak ingin Jisung pergi, ia tak ingin Jisung membencinya. Salahkah Minho yang terlalu berharap pada Jisung?

Minho menghela nafas kala Jisung tak meresponnya. Ia berbalik badan dan pergi meninggalkan Jisung yang sedang dilema, sekaligus merasa bersalah.

Minho terus meringis merasakan telinganya yang terus berdengung. Ia menyesal karena telah melakukan telepati dengan Ibunya kemarin. Dan karena hal itu Ibunya terus mengajaknya telepati.

'Maafkan aku, Ibunda..'

...

"K-kak Changbin.."

[01] Bonjour, Prince! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang