Senyum Om Rendy ketika melihatku turun dari taxi sumringah sekali. Saat Om Rendy membayar taxi, aku membuka pintu rumahku segera disusul Om Rendy.
Dalam keadaan masih lusuh dan bau keringat dan debu, Om Rendy langsung memelukku. Menciumi bibirku.
"Om, masih bau ini. Perjalanan jauh soalnya. Berkeringat. Vicky mandi dulu ya Om" kataku sedikit menolak pelukannya.
"Vicky sayangku, mau bau mau apa...Om tidak akan melepasmu. Om kangen sekali sayang"
Om Rendy membuka kaosku dan menjamah dadaku. Aku merasa tangannya agak lengket di dadaku karena keringat di tubuhku. Tapi tidak dihiraukan nya."Buka celanamu Vick"
Akupun mebuka celanaku hingga tinggal celana dalam.
Om Rendy langsung menurunkan celana dalamku dan melumat kontolku."Om tiduran aja" pintaku yang dituruti Om Rendy.
"Om kehilangan ini semua beberapa hari ini sayang. Om kangen berat sama kamu"
Aku hanya senyum mendengarnya.
Tidak disia siakan kesempatannya, dia membuka seluruh pakaiannya dan menindihku, menciumi bibirku.Dia merubah posisinya dengan aku yang diatasnya. Ciuman kami tidak lepas.
Kuhentikan ciumanku dan beralih ke teteknya. Dia mendesah...turun ke perutnya dan kekontolnya. Aku meraba lobang nya.. dia memberi celah dengan mengangkat kedua kakinya."Om...Vicky masukin ya" pintaku
Dia mengangguk.
Dengan olesan ludahku ke lobang dan kepala kontolku, kuarahkan kontolku ke lobangnya."Vickyyy...pelan sayang..."pintanya.
Dengan pelan tapi pasti, batangku menyeruak lobangnya.
Setelah masuk, kurangkul dia dan kuciumi bibirnya. Goyangan demi goyangan batangku dinikmati Om Rendy."Viccckyyy.....aaachhh.."desahnya.
Permainan kami terhenti ketika kami mendengar ketukan pintu."Om ada yang datang" bisikku.
Segera kucabut kontolku dari lobangnya dan kupungut celana dalamku dan kupakai. Aku bertelanjang dada karena hanya sempat memakai celana pendek.Ketika aku membuka pintu, alangkah terkejutnya aku melihat sosok didepan mataku.
"Om Zein...."bibirku berucap seketika.
"Vicky...Om kangen" kata kata itu pendek tapi membuat aku sekan sesak nafas. Betapa tidak, dia tau tempatku dan masih ada pria di dalam kamarku.
Ancuuuuurrrr ....gimana ini.
"Maaf Om, dari mana tau tempatku."
"Uteb memberitahu. Dengan alasan tertentu, aku minta alamatmu"
"Bentar Om, Vicky pake baju dulu. Nanti kita ngobrol di luar saja. Tunggu ya Om" pintaku dan aku bergegas kekamar.
"Om Rendy. Nanti kita lanjutin. Tunggu ya Om, Vicky ada tamu. Om dikamar aja, tunggu Vicky" kataku setenang mungkin.
"Siapa Vick, teman atau priamu"
"Ssssttt....Om pernah liat aku sama pria lain?. Sebentar saja Om" pintaku dan meninggalkannya masih telaanjang tapi kontolnya sudah lemas.
"Kenapa Om Zein sampe sekangen itu sama Vicky"
"Om enggak tau Vick, hanya kamu aja yang ada dipikiran Om"
"Vicky tau Om. Om mau main kan sama Vjcky? Dan aku juga mau Om. Aku suka sama Om, tapi tidak tepat waktu. Kebetulan aku dijemput tadi diterminal. Temanku masih mandi. Nanti Vicky datang ke rumah."
"Pacarmu ya Vick. Om tau, pria setampan kamu pasti punya pria "
"Om jangan dibahas. Om sudah ttau Vicky dari dulu. Om tunggu dirumah aja ya. Bila perlu Om sewa hotel aja. Nanti Vicky telpon".
"Benar ya Vick, kamu harus datang."
"Iya Om nanti aku telpon" kataku meyakinkan biar cepat pergi.
Dengan menumpangi motornya si Uteb si setan itu, Om Zein pergi meninggalkanku.Rupanya Om Rendy mengintip kami berbicara dari kaca jendela.
"Jujur Vick, siapa pria ganteng itu"tanyanya setelah aku masuk rumah.
"Om, jangan bernada cemburu begitu. Om kan tau siapa yang pertama kali aku hubungi sesampai disini. Bukan orang lain Om."
"Iya Om tau. Tapi siapa dia"
"Om itu orang bekas tempat Vicky tinggal dulu sebelum pindah kemari. Dia baru saja mendapat kebahagiaan karena istrinya baru melahirkan. Dia hanya bertanya kenapa gak pernah datang ke rumah. Itu saja.
Kalau Om Rendy mau, antar Vicky ke rumahnya, biar Om tau aku jujur apa tidak. Habis kita main, kita kerumahnya, biar Om tau"
Aku jadi gak selera melihat dia cemburu.Kutempelkan pantatku dilantai ruang depan kontrakanku. Aku jadi lemas.
"Vicky maafkan Om iya"
"Vicky baru sadar sekarang, Om itu ada rasa cemburu"
"Itu karena Om mencintaimu Vicky, enggak bisakah Om cemburu"
Aku jadi berfikir, jangan jangan Om mau mempersempit ruang gerakku ini.Aku sebenarnya memilih dia untuk kujadikan pacar ku, boyfriend lah istilahnya.
Tapi masa iya belum apa apa sudah menunjukkan ketidak sukaannya bila aku dengan orang lain.
Ancaman ini."Om benar benar cinta atau..."
"Sangat mencintaimu sayang. Sangat....Om tidak mau kau duakan"
Busyeeettt....apa iya...??
"Vicky tidak pernah berfikir kearah sana Om. Vicky ingin kita jalani saja dengan biasa. Masa setiap Om melihat Vicky dengan pria lain akan timbul tanda tanya. Vicky takutlah Om"
"Vicky, maksud Om tidak membatasi ruang gerakmu sayang. Om hanya ingin, kau ada disaat Om menginginkan mu Vicky"
"Wahhh...itu susah Om. Disaat Om ingin, Vicky harus ada. Bagaimana kalau Vicky gak bisa disaat Om ingin. Om mau melakukan apa sama Vicky"
"Maaf Vick, Om tidak berfikir ke arah sana. Om gak sadar kalau kamu manusia bebas"
"Om kan tau, sebentar lagi Vicky mau kuliah. Dan Om juga tau siapa yang menopang hidup Vicky. Pertanyaannya, disaat aku bersama dengan dia, Om ingin sama Vicky kira kira gimana Om."
"Om enggak tau Vick. Om hanya ingin dekat sama kamu saja. Om menawarkan sama kamu, tapi kau tolak Vick. Kenapa sama Wanitamu kamu mau"
"Aku lebih dulu mengenalnya Om. Dan tawaran itu sudah lama ditawarkan. Dan lagi, hububganku sama dia sebatas sex saja tidak sampe seperti Om utarakan, mencintai aku"
"Iya Vick. Om yang salah terlalu menaruh hati dan perasaan. Yang pasti, kamu sudah tau betapa Om sangat mencintaimu"
"Kita jalani ya Om. Kalau Om mau silahkan datang ke kontrakanku. Pintu selalu terbuka untuk Om. Dan satu lagi...pintu hatiku terbuka untuk Om.Seperti yang Vicky bilang, aku juga sangat menyayangi Om"
"Maafkan Om Vicky, jadi buat suasana jadi hambar begini"
"Gak papa Om. Vicky mandi dulu. Setelah itu terserah Om"
"Malam ini kita tidur di rumah Om ya Vick."
"Boleh Om. Vicky tidak akan menolak"
Aku menuju kamar mandi hendak membersihkan badan.
Tapi Om Rendy mengikutiku. Dia ingin menikmati hasrat yang tertuda tadi.Senyumku membuat dia ikutan mandi. Kami tuntaskan di kamar mandi hingga jeritan jeritan kecil karena mencapai puuncak kenikmatan.
"Vicky sayang, Om puas banget. Ternyata main itu tidak harus ditempat tidur."
"Vicky juga puas Om. Vicky sayang sama Om"
"Vicky, kita selesaikan saja mandinya lalu kita pergi"
"Iya Om."
Setelah berpakaian kami pergi makan, sebelum kerumahnya Om Rendy"💙💙💙💙