Pukul 19 lebih dikit, aku keluar dari kontrakanku. Ingin rasanya cepat cepat sampai di tempat yang dijanjikan.
Alangkah terkejutnya aku ketika pintu baru terkuak kubuka.
"Dek Vicky mau kemana?" Suara basa basi dari mas Agus mengagetkanku. Ternyata dia sudah disamping pintuku menunggu. Aku lupa, akan bicara sama dia malam ini.
"Ehhh mas Agus. Saya mau pergi sebentar mas, mau ketemu sama teman" kataku tidak memperhatikan wajahnya.
"Vicky, sampean lupa ya?"
"Adddduuuuhhh mas Agus....maaf maaf mas. Iya kita mau bincang bincang ya. Atau mas Agus sudah mau....." Tak kuteruskan kata kataku.
"Dek Vicky, nanti saja dek, kalau dek Vicky ada urusan." Sedikit kecewa dia.
Maka ketika motorku sudah diluar, kutarik tangannya kedalam rumahku."Mas Agus maunya kaya gimana mas. Mas mau cium aku? Mas mau pegang punyaku atau gimana mas?"
Mas Agus langsung memelukku dan ingin mencium bibirku. Tapi karena dia lebih pendek, maka ciumannya tidak sampai.
"Mas Agus kalau mau melakukannya, tolong dipikirkan anak dan istri mas. Soalnya bila ketahuan, akan runyam jadinya. Kecuali kalau mas Agus punya tempat. Aku mau melayani mas."
Mas Agus tidak berbicara apa apa, kecuali tangannya meremas remas batangku.
"Akan kuberikan sama mas Agus kapan pun mas inginkan.Tapi pikirkan kata kataku mas. Mas Agus itu sudah keluarga, punya anak dan istri. Soal kenikmatan sesaat, kapanpun mas Agus mau, Vicky siap mas." Aku yang mencium bibirnya dengan lembut.
Mas Agus sudah tau aku penyuka sejenis ketika Uteb, Om Rendy datang ke rumahku. Katanya dia pernah melihat aku berciuman. Makanya dia berani mengutarakan isi hatinya.
"Ok Vicky, akan mas pikirkan. Sekarang pergilah. Temui temanmu. Dengan ciumanmu yang tadi, mas yakin kamu akan tidak ngingkarinya"
"Ok masku, saya pergi dulu." Kucium lagi bibirnya dan kupeluk dia.
🚶🚶🚶
Melintasi malam yang agak dingin karena cuaca tidak bersahabat, sepertinya mau hujan, pikiranku sedikit terganggu.
Pertemuan pertama yang sudah begitu rapih dengan t-shirt putih berkerah dan bluejeans biru, tidak mau aku terguyur oleh hujan.
Maka dengan sedikit melaju dengan kencang dan zig zag kupacu motorku. Dan tiba di lokasi yang dijanjikan.
Aku sempat bertanya alamat ditanganku ke sebuah warung dipinggir jalan, ternyata dia tahu dan menunjuk sebuah rumah mewah berlantai 2 dengan penerangan lampu yang mencolok.
Segera kuarahkan motorku.
Setiba disana, aku tidak langsung masuk, kuamati apa ada kegiatan penghuni rumah mewah itu.
Aku santai dimotorku dan menyulut rokokku.Hemmm benar saja, ada seorang pria tampan keluar dari sana menuju mobilnya.
Ketika dia hampir melewati aku, kuberanikan diriku bertanya.
"Maaf mas, mau nanya, apa benar ini kediaman non Neng"tanyaku.
"Anda siapa?" Pertanyaan yang tidak pernah kuharapkan.
"Saya disuruh kemari mas. Saya bukan siapa siapanya. Saya hanya petugas bank yang ingin mewancarai karena pengajuan kartu kreditnya" kataku bak seorang sales. Bodo amat ah...yang penting bisa ketemu.
"Iya iya tadi juga dia cerita mau ada tamu. Ternyata anda. Silahkan mas, masuk saja" katanya tanpa curiga.
Siapa dia ya? Kok malah aku yang tanda tanya....aku harus hati hati ini kalau begini.