SATPAM. Serasa belum percaya aku melakukan pekerjaan ini walau sudah hampir 2 Minggu aku jalani.
Pagi yang indah, ketika aku mengenakan seragamku hendak mau pergi kerja. Segala atribut yang kukenalan seakan memberi satu hidup baru bagiku. Yaaaa...serasa bermimpi. Aku enjoy melakukan kerjaaanku di depan pintu masuk bank tempat aku bekerja.
Ketika mau keluar, aku berputar sejenak di kaca lemari ku memastikan, bahwa aku seorang Satpam.
Baru saja pintu kubuka dengan nyanyi nyanyi kecilku, aku dikejutkan oleh seorang yang bikin hidupku berubah. Uteb.
"Pagi bang Vicky" sambutnya
"Pagi Teb. Tumben panggil Abang. Biasanya juga sebut nama, lu atau apa gitu. Ada angin apa bawa lu kemari?"
"Angin rindu, bang"
"Pala lu benjol pake rindu rinduan segala. Gua mau gawe, gak ada waktu layani lu"
Kukeluarkan motorku dari dalam rumahku."Eeehhh malah ngeloyor masuk. Gua beri juga lu, Teb" tanganku ku kepal
"Abang gak bakal berani."
"Maksud lu apa main masuk aja ke rumah orang"
Tanganku malah ditarik dan aku hendak di ciumnya."Sorrry Teb, gak ada lagi namaya suka sukaan, cinta cintaan, nafsu nafsuan. Jadi silahkan keluar aku bisa terlambat kerja." Kataku menatap bola matanya.
Bukannya keluar malah memelukku dan hendak mencium bibirku. Tapi karena kuelakkan, pipiku yang kena ciumannya.
"Rindu....aku rindukan Abang. Terserah bang Vicky"
"Sudah lama aku tidak merasakan artinya rindu, atau apapun namanya Teb. Hidupku sekarang bukan yang pertama kali kau kenal"
Uteb benar benar berusaha akan menciumiku. Dengan memegang kepalaku dengan ke dua telapak tangannya, dia berhasil menciumiku yang tidak kubalas.
"Makasih bang. Serasa pertama kali aku memciummu. Aku rindukan itu" Uteb semakin dewasa dalam berbicara. Aku hanya terbengong saja.
"Aku pergi dulu bang. Silahkan berangkat kerja"
Ketika dia melangkah meninggalkanku, aku memanggilnya."Uteb....jangan pergi dulu" entah apa yang membuat aku menahannya.
"Kenapa bang..." Tanyanya.
Aku meraih kepalanya, dan menciumi bibirnya. Pelukanku ke dia seperti dulu dulu"Maaf Teb, maaf. Aku berangkat dulu" kataku.
Uteb yang merasa mendapat angin, tidak menyianyiakan kesempatan itu. Ciumannya yang kubalas membuat tangannya menari nari di selangkanganku."Aku rindu bang Vicky. Terimakasih memberi kesempatan untuk memeluk dan menciummu bang."
Kuletakkan tanganku dipundaknya ketika keluar rumahku."Hati hati bang naik motornya" katanya sebelum menaiki motornya.
"Kau juga hati hati, Teb" kataku melihat dia pergi.
Mengapa disaat aku ingin melupakan semuanya, tiba tiba mengusik diriku.
Apakah masih ada rasa yang dulu dihatiku? Uteb. Seorang yang telah membawa aku kedunia yang belum pernah aku jalani, hingga aku bisa mengenal dunia pelangi.😂😂😂
"Pagi sobat sobat yang gagah gagah perkasa" sapaku ketika tiba di posko ruang ganti satpam.
"Pagi artis satpam"
"Apaan lagi pake artis, Mal" kataku ke rekanku Jamal.
"Iya ialah...baru dua Minggu, sepertinya dari semua satpam, hanya lu yang dimaui baik karyawan sampe boss boss. Dikit dikit Vicky, Vicky dan Vicky..."
"Ehhh curut...itu semua pelonco bagi gua. Ujian. Sanggup gak gua ngejalaninnya. Namanya anak baru gede..." kataku yang disambut ketawa mereka.
"Baru gede dari Hongkong. Kalau ngomong kagak pernah ada saringannya" Dian yang menyahut.
"Lu...lu...lu pada kagak ngerti apa maksud omongan gua. Maksud gua baru Satpam kemaren sore. Gua harus banyak belajar dari kalian. Jadi wajar aja kalau gua dipingpong sana sini. Jangan iri. Kita ambil nilai positifnya. Kalau kalian berfikir bahwa gua ini anak emas, bisa bisa kita komunikasi gak lancar."
"Benar benar Vick. Lu emang pintar dah. Jamalnya aja yang terlalu cemburu" Salman menimpali.
"Sorry Vick. Maafin gue ya. Gua gak ada maksud cemburu sama lu. Maafin gue" Jamal menyalami aku.
"Kedepannya, kita harus fight. Satu irama satu tujuan, saling mendukung. Hilangkan prasangak buruk terhadap teman. Kita ini hanya pekerja yang dibayar, bukan boss. Jadi kita tempatkan kita ini siapa dan dimana dan bagaimana."
"Vicky...aku baru tau lu sebaik ini. Benar kata lu Vick".
"Ok kita ke pos masing masing. Ingat motto satpam kita."
Dengan tos kami mengawali kerja kami.Sambutan sambutan dengan senyum nan ramah kami ke pelanggan bank tempat kami kerja, seakan memberi pelajaran baru di dua Mingguku.
Bibir ini, terasa terlatih untuk memberikan senyum ke setiap tamu kami.Seperti ke tamu kami yang satu ini.
"Pagi Bu," sambutku.
"Pa.......gi.....Vickyyyyy" desisnya.
Kubuka kan pintu untuknya.
Sebagai satpam, kutunjukkan sifat profesional kerjaku. Aku menganggap bahwa aku dan Meihwang tidak pernah terlibat sesuatu.Meihwang masih menoleh ke aku walau dia sudah dibalik pintu kaca yang kubukakan. Aku hanya bisa senyum.
Demikian juga ketika ada tamu seorang wanita cantik bak penampilan model kusapa dengan ramah. Dia sampai membuka kacamatanya menatapku.
Ketika kubukakan pintu, dia tidak langsung masuk. Dia masih memperhatikanku.
"Silahkan nona" kataku hingga dia salah tingkah meletakkan kaca matanya yang hampir mengenai matanya.
Tapi aku tidak tertawa. Padahal sebenarnya lucu hihihihi..."Mal...gantiin gue bentar, mau kencing"
Jamal mengangguk dan mengambil posisiku."Mas, cowok yang tadi temannya mas kemana" tanya Meihwang ketika dia sudah keluar.
"Lagi ke Toilet Bu. Ada yang bisa saya bantu" Jamal rekanku menawarkan jasanya.
"Makasih mas. Biar saya tunggu saja."
Meihwang menuju mobilnya dan melayangkan pandangannya ke arah tempat kami."Vick, ada yang nyariin lu tuh. Cewek cakep" Jamal melapor, baru saja aku berdiri diposisiku.
"Siapa? Enggak ada yang gua kenal tamu bank ini..." Pura puraku. Aku tahu itu Meihwang.
"Tuh orangnya noooh. Keluar dari mobilnya." Kuarahkan mataku ke arah yang ditunjuk rekanku. Benar kan, kataku Meihwang. Aje gile masih nanyain gue....dibayar berapapun gua ogah layani tuh perek.
"Vicky...sini sebentar" panggilnya
"Kau kenal Ama dia Vick? Kok tau nama lu" Jamal merasa heran.
Tak menjawab pertanyaan rekanku, aku menuju ke Meihwang."Kenapa Bu. Belum puas menghancurkan aku" kataku ketika berhadapan dengan Meihwang.
"Maafin Vick, akibat rasa cemburu yang berlebihan aku membuat kamu begini"
"Sudah lewat Bu. Gak usah diingatkan lagi. Ada apa ibu manggil saya"
"Enggak, pingin lihat wajahmu saja. Boleh kan?" Aku tidak menjawab. "Oh iya Vick, kami sudah bercerai. Andi mencari alamatmu, katanya ada yang mau disampaikan. Ini alamat koh Andi, datangi dia ya"
"Mei ..tunggu, buka pintunya sebentar." Kataku akhirnya.
"Kenapa Vick"
Aku malah terdiam seribubasa. Hanya tatapanku ke wajahnya."Enggak...gak papa. Silahkan." Kataku sambil menutup pintu mobilnya.
Dalam satu hari, dua manusia yang pernah singgah dalam hidupku, mengusik kembali kenangan kenangan indah dan pahit, yang pernah mereka berikan padaku.
Tuhan, berikan aku jalan terbaikMu untuk ini semua.
Ketika kembali ke posku di depan pintu masuk, Jamal rekanku mencercaku dengan berbagai pertanyaan. Aku hanya menjawab seadanya. Tentu tidak memberitahu aku pernah kerja di perusahaanya Meihwang.
🤭🤭🤭🤭