Lelaah juga rasanya dengan segala permainan ini, jenuh. Tingkah dan kelakuan orang orang yang aku kencani semuanya aneh aneh.
Minggu di suatu hari, aku hanya berdiam diri di kontrakanku yang baru. Sudah hampir 3 bulan aku tempati. Tidak seorang pun dari mereka yang menginginkan aku yang tau tempatku.
Mas Andi boleh dikata, datang ketempat kerjaku hampir setiap hari menemui aku, setelah tau aku tidak ada di kontrakan lamaku.
"Vicky, kenapa kamu tidak memberitahu kalau kamu sudah pindah?"begitu ucapan mas Andi ketika itu.
"Buat apa mas"
"Apa mas mu gak boleh datang ke tempatmu"
"Kenapa mas Andi tidak mengajak aku kerumah mas Andi. Apa harus ditempatku?"
Hanya garuk garuk kepala dia saat aku bertanya begitu."Ya gimana ya..."
"Sudah mas. Dari awal aku sudah tau, bahwa mas Andi itu manis dibibir saja. Cinta??? Seribu tiga ditawarkan di pinggir jalan mas."
Sejak saat itu mas Andi seperti sudah membuat jadwal untuk menemuiku. Aku masih melayaninya saat Sabtu dan minggu di hotel murah pilihannya itu juga tidak setiap Sabtu atau minggu. Kadang aku punya alasan untuk tidak menemuinya.
**
Si Neng terakhir aku menemuinya saat pencairan kredit nya. Itu juga aku sudah malas melihat tampangnya.
Dia berani mendekati aku di meja kerjaku dilihat semua staff dan juga pak Agung atasanku."Neng mau bertemu, Neng tunggu nanti malam seperti biasa ditempat biasa" bisiknya yang membuat tanda tanya rekan dan atasanku.
Aku diam saja waktu itu, hingga pak Agung menanyakan ada apa hubunganku dengan dia.
Sebagai pria yang pernah tidur dengan dia, aku layani tantangannya untuk bertemu.
Maka kutemui dia ditempat yang dijanjikan."Ada apa mengajak aku bertemu"
Kataku setelah kamarnya dibuka."Masuk Vick"
"Aku tunggu diluar saja. Hanya ingin tau saja, untuk apa Neng anjak aku bertemu"
"Vickyyyy....."
Tak aku hiraukan panggilan itu. Aku menuju motorku menunggunya.Hampir 10 menit aku menunggunya tapi tidak ada batang hidungnya, akhirnya kuputuskan untuk pulang.
Sejak saat itu, hari hariku lebih banyak untuk Om Rendy.
Kadang kami liburan berdua saat Sabtu dan Minggu. Bila mas Andi datang mengajakku, kuberi alasan agar dia tidak memaksa.Aku dan Om Rendy secara tidak sah seakan sudah pasangan. Dia begitu bahagia karena keinginannya untuk bersamaku tercapai. Waktuku hanya untuk dia. Kapan pun aku datang, dia selalu siap.
Hingga suatu waktu, aku begitu kecewa terhadap Om Rendy, kedatanganku sepertinya membuat dia gerah dan bingung.
Tidak tepat waktu kedatanganku pastinya, dia salah dengan mengatakan ke aku 'kapanpun kau datang, pintu rumah ini selalu terbuka untukmu'Tapi kali ini, pintunya dibuka tapi bukan untuk menerimaku.
"Vicky, Om ada teman. Kamu jangan marah ya"
Pintunya tidak ditutup penuh waktu itu hingga aku bisa melihat pria teman kencannya."Gak apa apa Om. Kalau begitu aku pulang ya"
"Kau mau kemana Vicky" sedih merasa kasihan melihatku waktu itu, mungkin.
"Biasa Om ketempatnya si teteh, warsun" kataku dengan wajah ceria yang kubuat buat tapi kecewa hatiku melihatnya.
"Maafkan Om ya Vicky"
Aku tidak menjawab lagi. Aku langsung menaiki motorku dan pergi dari halaman rumah mewah itu.