Happy reading.
Maaf buat typonya.
"Kamu harus memperbaiki ini sayang, kata ini salah." Jaehyun sedang mengoreksi skripsi Haechan, tentu saja tanpa coretan. Dilihat dari soft file saja cukup.
Haechan mengangguk lucu, ia kembali fokus dan mulai memperbaiki kata-kata yang ditunjuk Jaehyun.
"Sudah, besok lagi saja sayang. Sekarang kita tidur." Rengek Jaehyun, sedari tadi Haechan mengabaikannya.
"Sebentar lagi Jae, aku sedang fokus." Haechan masih terus memandang laptop tanpa henti, Jaehyun yang melihatnya juga bosan sendiri.
Sekarang ia seperti anak kecil, berguling kesana kemari, sesekali mengecup pipi istrinya, Jaehyun ingin bermanja ria dengan Haechan malam ini.
"Apakah kamu juga sering manja seperti ini pada Naeun, Jae?" Haechan bertanya, namun fokusnya masih pada skripsi.
"Tidak, aku sama sekali belum pernah seperti ini padanya. Biasanya aku akan sangat cuek dan cool." Jaehyun menjawab.
"Sayang? Ayo tidur, masih ada hari esok untuk mengerjakan semua itu." Lanjutnya, yang di titah menghela napas lalu menutup laptopnya.
Haechan berbenah sedikit, lalu melihat Jaehyun dengan pakaian piyama warna hitamnya, sedangkan dirinya memakai piyama berwarna baby blue.
Sangat tidak adil, padahal ia juga ingin memakai warna hitam, tapi suaminya berkata kalau ia tidak cocok memakai warna 'manly'.
"Ada apa si Jae? Kamu sepertinya menjadi manja akhir-akhir ini."
"Entahlah, aku rasa mungkin nanti aku tidak akan seperti ini lagi." Haechan mengernyit mendengar pernyataan Jaehyun.
"Kenapa? Oh, atau kamu berniat kembali pada Naeun?"
Jaehyun langsung menggeleng. "Mana ada, maksud ku nanti kamu akan menjadi sekretaris ku, sementara aku akan jadi pimpinan. Dan itu pasti membuat kita sibuk nantinya."
"Aku paham, aku juga ingin pernikahan kita tetap jadi rahasia saja."
"Sayang! Aku ingin nanti di kantor semua orang tau kalau kamu istri ku." Protes Jaehyun.
"Tapi Jae, papa saja tidak aku ijinkan mempublikasikan soal aku adalah anaknya, aku juga ingin pernikahan kita seperti itu."
Jaehyun mengambil tangan kanan Haechan, mengelusnya dan mengecupnya lalu meletakkannya diatas pipinya. "Sayang, jika itu mau kamu aku tidak bisa membantah. Tapi nanti jangan jauh-jauh dariku, ya?"
Haechan terkekeh. "Tentu saja, sebagai tanda karena kamu mau menuruti ku, nanti kamu akan aku beri hadiah."
Jaehyun antusias mendengarnya. "Kapan sayang? Hadiah apa?"
Yang ditanya tersenyum manis. "Tunggu saja, sekarang aku ingin tidur."
"Ayolah beritahu aku! Aku sangat penasaran."Rengek Jaehyun, sementara Haechan abai. Ia terkekeh karena Jaehyun yang dulu sangat dingin dan cuek, kini merengek seperti anak kecil padanya.
"Tidur Jaehyun!"
[D&SW]
Rasanya Haechan ingin berdiam diri saja dirumah, ternyata skripsi tidak semudah yang ia bayangkan. Meskipun dosen pembimbingnya adalah suaminya sendiri, tapi tetap saja ia yang membuatnya.
Sudah satu bulan berlalu, dan dirinya baru menyelesaikan dua bab! Sepertinya sekarang seluruh manusia akhir semester tengah dibuat mati kutu oleh skripsi.
"Aku ingin menikah saja lah! Masa bodo dengan kertas ini!" Ujar Jaemin menggerutu, keduanya sedang berada di perpustakaan kampus.
Banyak orang yang sama seperti mereka, mengeluh, lelah dan banyak hal lain yang membuat mereka ingin mati!
"Kamu benar, aku ingin dirumah saja rasanya." Jawab Haechan.
"Gara-gara skripsi juga aku jarang sekali pergi bersama Mark, Haechan! Astaga aku ingin mati saja."
"Jika kamu mati, kamu tidak akan berjalan-jalan bersama Mark selamanya." Timpal Haechan, Jaemin cemberut mendengarnya.
Haechan melanjutkan saja ketikannya, sebentar lagi Haechan! semangatnya pada diri sendiri.
Ia memang terbilang cukup cepat menyelesaikan nya, meskipun tidak sesuai dengan targetnya yang seharusnya selesai satu Minggu lalu.
Salahkan saja Jaehyun yang terus-menerus manja padanya, tidak membiarkan dirinya menyentuh laptop dengan tenang.
"Jaehyun juga tidak membiarkan ku mengerjakan ini semua, bahkan dia menawariku untuk dia yang mengerjakan semuanya."Jaemin menggebrak meja, melotot pada Haechan. "Bodoh sekali, kenapa kamu tidak terima saja tawarannya!"
Haechan terkesiap. "Hey jangan berisik na! Ini perpustakaan! Dan soal itu, yang mahasiswa aku, bukan dirinya. Lagipula dia sudah sangat baik banyak membantu diriku."
"Hah sudahlah, lebih baik kamu bantu aku."
"Enak saja! Kerjakan sendiri." Haechan menolak, Jaemin pun cemberut.
Tidak lama, suara dering telepon berbunyi. Ternyata dari suaminya, ada apa siang-siang begini Jaehyun menelepon?
"Halo? Ada apa?"
"Bisa datang ke ruangaku sayang? Ada hal yang ingin aku sampaikan."
"Baiklah, aku harap itu penting."
Haechan menutup teleponnya, sangat menyebalkan pikirnya. Ia kan sudah bilang untuk tidak mengganggunya!
"Siapa yang menelepon?" Tanya Jaemin."Dosen pembimbing ku, sudahlah aku pergi dulu." Haechan bangkit lalu membawa laptopnya pergi bersamanya.
Haechan keluar dengan helaan napas, jujur saja ia lelah. Untung saja masalah rumah tangga tidak datang seperti dulu, jika iya mungkin ia akan mati berdiri dibuatnya.
Dengan langkah lunglai Haechan berjalan, lalu mengetuk pintu. Terdengar perintah untuk masuk, Haechan pun membuka pintu.
"Ada apa jae? Aku kan sudah bilang, aku ingin fokus dulu sampai jam tiga sore!" Ia duduk dihadapan Jaehyun.
Jaehyun tersenyum. "Maaf tapi ini sudah jam setengah tiga, aku harus membicarakan Ini agar tidak ada kesalah pahaman nantinya."
"Bicaralah, jae." Haechan mendengarkan.
"Ayah Naeun, menelepon. Sudah dari dua hari lalu, tapi aku tidak memberitahu mu. Dia meminta ku untuk membantu skripsi Naeun karena tidak ada progress sama sekali di skripsinya."
Pandangan Haechan langsung datar, ia tidak menyangka Naeun masih mengusik kehidupan rumah tangganya. "Kenapa? Apa kamu masih perduli padanya?"
"Bukan begitu sayang, aku mengatakan ini karena beliau terus saja menelepon ku."
"Apa salahnya menolak jae? Kamu cukup bilang hubungan kalian sudah berakhir, kan? Atau karena janjimu itu kamu masih ragu?"
Jaehyun terdiam. "Tapi sayang, tolong mengertilah. Aku bingung."
Haechan tersenyum. "Baiklah, silahkan saja. Aku tidak perduli, lagi pula janji harus ditepati. Kamu sudah berjanji pada ayahnya, dan aku bisa apa?"
Jaehyun ragu, pasti Haechan tidak ingin ia dekat terus dengan Naeun. Tapi ia harus apa, ia sudah berjanji pada ayah Naeun. Andai saja dirinya tidak pernah terlibat dengan wanita itu.
"Terimakasih sayang, aku pasti akan terus memberitahumu terus aku akan membimbing Naeun dimana." Haechan mengangguk, lalu ia beranjak ingin pergi, namun lengan Jaehyun menghadang.
"Jangan marah, aku sudah berdamai dengan semuanya. Kamu harus percaya itu."
Haechan mengangguk, ia ragu sebenarnya. Jujur saja, Jaehyun pasti akan merasa nyaman nanti jika terus-terusan berada didekat Naeun.
"Iya, aku percaya."
Sepertinya ini langkah yang salah karena ia percaya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen And Secret Wife (Jaehyuck) END
Acak[Jaehyuck story] Jung Jaehyun terpaksa menerima pernikahan yang dirancang orangtuanya saat dirinya memiliki kekasih yang juga mahasiswinya, Park Naeun. Ia menikahi mahasiswanya juga yang cukup ia ketahui namanya karena seorang mahasiswa teladan, Seo...