Teman Khayalan

459 80 1
                                    


Cast : Park Jisung

-o0o-

Saat itu usia ku masih enam tahun, masa dimana aku belum terlalu mengenal seluk beluk dunia. Di umur ku yang masih seumur jagung, aku sangat suka bermain apalagi ditemani oleh orang yang mau ikut bermain dengan ku.

Saat itu, aku bermain pasir di taman dekat rumah ku hingga senja terbenam. Orang tua ku tidak langsung mencari ku saat itu. Yah, mungkin kedua nya sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka. Tapi, itu tidak mengurangi kasih sayang mereka padaku.

Mentari mulai beranjak dari singgasana nya, sehingga membentuk aurora jingga yang cantik untuk menemani ku bermain. Di saat sedang asik nya aku membangun istana pasir, seorang anak datang pada ku.

"Hai!"

Aku menoleh dan tersenyum lebar pada nya. Saat itu, aku hanya berpikir, mungkin ia mau bermain dengan ku. Dan benar saja, ia bilang mau bermain dengan ku.

"Hai juga! Kau mau bermain dengan ku?" tanya ku padanya.

"Tentu saja! Ayo kita bermain sampai kita lupa dunia!"

Aku mengangguk kencang, tak menghiraukan ucapannya yang terkesan aneh untuk anak seusianya.

Kami pun bermain, benar-benar sampai lupa waktu. Hingga akhirnya, orang tua ku menjemput ku. Dari rautnya mereka sangat khawatir terhadap ku.

Apa yang membuat mereka sangat khawatir?

Aku mendengar percakapan mereka yang sirat ketakutan. Mereka bahkan hampir bertengkar, jika tak ada aku ditengah-tengah mereka.

Tapi, apa yang mereka bicarakan dan lakukan, aku tidak peduli. Di otak ku, hanya ada main-main-main.

Suatu hari, anak kecil yang sama datang pada ku, saat aku bermain di kamar. Ia bilang bahwa ia kangen bermain dengan ku. Dengan begitu, ia nekad memasuki kamar ku lewat jendela. Aku bahkan tidak peduli bagaimana bisa ia melakukan itu. Sekali lagi, di dalam pikiran ku hanya ada kata main-main-main.

Kami lagi-lagi bermain hingga kami tak menyadari lingkungan kami yang berubah. Dengan kata lain, tiba-tiba saja aku sadar bahwa kami tidak lagi bermain di kamar ku, tapi di taman dekat rumahku hari itu. Waktu itu malam pun tak lagi ku hiraukan.

Lagi-lagi, orang tua datang menjemput, namun kali ini mereka berombongan dengan banyak orang sambil membawa kayu obor yang menyala.

Mereka terus meneriakkan nama ku, aku ingin menyahuti mereka, namun anak kecil yang bermain dengan ku meletakkan telunjuk nya di depan bibir ku. Menyuruh aku untuk diam.

"Kita sedang bermain petak umpat dengan para orang dewasa itu. Ayo, kita sembunyi di tempat lain." Aku menuruti ucapan nya. Dengan semangat yang membara, aku berlari sambil menggenggam erat tangan milik anak tadi. Kami pun bersembunyi di tempat yang aku tidak tau itu di mana, dan apa.

Insting ku mengatakan untuk tidak ke sana, namun langkahku mengatakan aku harus bersembunyi di sana.

Para orang dewasa dan orangtua ku melewati kami begitu saja. Aku dan teman ku itu terkikik, kala mereka tak menemukam kami.

"Kamu mau bermain di rumah ku?" tanya nya pada ku. Sejujurnya aku tak berani pergi jauh dari rumah. Tapi, dia adalah teman bermain ku. Jadi, aku mengangguk tanpa berpikir.

Kami pun berjalan dengan riang, kala aku melewati rumah, aku melihat ibu ku yang sedang terduduk di teras rumah sambil melamun. Entahlah, aku tidak yakin dia sedang melamun, tapi aku tetap melambaikan tanganku padanya. Anehnya, ibu ku tidak melihat ke arah ku. Anak tadi terus menarik tangan ku untuk segera mengikutinya.

Ternyata, rumah anak itu berada di hutan kota. Aneh sekali, ada orang yang tinggal di hutan. Tapi, ia berkata " Aku dan ibu ku tidak suka keramaian. Jadi kami tinggal di hutan ini." Aku mengangguk memakluminya.

Memang, terkadang di kota itu sangat bising. Aku pun rasanya tidak betah. Tapi, jika harus tinggal di hutan gelap ini, aku juga tidak mau. Karena menurut buku cerita yang aku baca, ada banyak monster di hutan gelap dan angker seperti ini.

"Kau mau masuk?" tanya anak itu padaku.

Aku mengangguk, tak ingin berlama-lama di luar. Ia pun membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk. Saat hawa dari dalam rumah lebih mengerikan, aku pun dengan refleks menjauh dari rumah itu. Aku berlari kencang karena ketakutan. Anak itu berteriak kencang memanggil nama ku.

Aku berhenti, namun setelah itu aku lanjut berlari. Tidak ingin menoleh atau menyahut panggilan anak itu.

Aku pulang ke rumah. Dan mendapati rumah ku yang terkunci rapat.

Aneh.

Tadi, aku melihat Ibu di luar, lalu kenapa rumah sepertinya sudah tidak berpenghuni?

"Nak? Kau mencari siapa?" Tiba-tiba, ada seorang wanita tua bertanya pada ku.

"Aku mencari Ibu." Wanita itu nampak paham. Ia mengambil kunci dan memberikannya pada ku.

"Jangan masuk, tapi simpanlah kunci ini. Aku adalah Bibi yang tinggal di sana. Kau sudah tiga bulan tidak pulang. Orang tua mu mengira kau diculik. Jadi, mereka pindah ke rumah Kakek dan Nenek mu."

Aku tertegun.

Tiga bulan?

Aku menghilang selama itu?

Tapi ... Bagaimana bisa?

Mata ku menjelajah ke sana ke mari.

Hingga ... Sesuatu tertangkap oleh retina mata ku.

Ada teman ku di balik jendela kamarku.




























Ada teman ku di balik jendela kamarku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

End.

End

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nct-Jek HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang