- mendarah

234 61 298
                                    

Derson tersenyum kecut, dia memperhatikan anaknya secarah lamat. Ternyata anaknya tidak berubah masih tetap dingin pada Derson Dareza masih tetap jadi pembangkak kecil di kehidupannya. Derson selalu ingin hal yang sempurna terlebih pada Ratna, dia selalu ingin Ratna menjadi yang sempurna diantara menantu di keluarga ibunya Derson. Derson adalah alasan Ratna memiliki rentang hubungan yang jauh dengan Eja, Derson adalah alasan penekanan batin yang Ratna rasakan.

"Emang bener kan? Bunda mu mana pernah ngajarin kamu sopan santun." Derson meletakan koran yang satu menit lalu dia baca.

Rahang Eja mengeras, hubungannya dengan Ratna memang dingin tapi tidak ada yang boleh menganggap Ratna gagal untuk mendidik Eja. "oh ya? Terus selama ini Ayah pernah ngajarin Eja sopan santun? Bukanya Ayah terlalu sibuk sama gemerlap bisnis dan wanita?" Eja menatap Derson datar dengan penuh penekanan pada kata sopan santun.

"Ayah selalu nuntut Bunda buat sempurna, tapi Ayah sendiri jauh dari kata sempurna."

Sayangnya keegoisan Derson lebih tinggi, bahkan sekarang dia menganggap anak didepannya ini kurang ajar, padahal Eja hanya ingin menyuarakan apa yang dia rasakan. "Tau apa kamu tentang Ayah?"

"Semuanya, semua tentang keegoisan Ayah dan rasa ketidakpuasan Ayah." Derson menghela napas, dia rasa oksigen disekitarnya menipis. "Kamu makin dewasa bukanya lebih baik, malah makin kurang ajar ternyata."

"Kalo Ayah nanya aku belajar dari siapa, Ayah tanya sama diri Ayah sendiri Ayah yang ngajarin aku keegoisan. Ayah yang ngajarin buat jadi manusia kurang ajar."

Tangan Derson sudah bersiap untuk menampar anak laki-laki didepanya ini, semua rasa bersalah tidak akan pernah ada dihidup Derson dia hanya menginginkan kesempurnaan, kesempurnaan, dan selalu kesempurnaan.

"Anak sialan!" Tangan Derson tertahan, Ratna yang baru datang mencoba menepis tangan Derson agar tidak sampai menyentuh anaknya, netra Derson dan Ratna bertemu. Jika Ratna boleh jujur dia benar-benar tidak tahan dengan kesempurnaan yang di tuntut suaminya tapi Ratna bertahan untuk Eja, agar anaknya tidak merasakan kesusahan sama sekali dalam kehidupan. Tapi sayangnya karena pengorbanan ini dia harus benar-benar terpisahkan oleh jarak batin pada anaknya sendiri. "Cukup mas, belum puas kamu nyakitin aku lahir batin? Aku enggak bakal biarin mas nyentuh Eja sedikit pun, kalo mas mau nampar Eja lebih baik mas tampar aku aja."

Hati Eja mencelos seketika, dia merindukan sang Bunda tapi jarak antara dia dan Ratna sudah benar-benar sejauh itu. "Ngapain kamu belain anak yang kurang ajar kaya dia?"

"Dia anak kita mas, ini semua kesalahan kita. Mas yang selalu nuntut aku sempurna sampai sekarang kita jauh dari Eja." Derson tertawa singkat, ia rasa semua nya hanya lelucoan belaka bagi Derson hidup hanya tentang uang, kebahagiaan, kehormatan, dan wanita.

"Kamu terlalu bodoh Ratna, sia-sia saya pulang kerumah."

Tangan Eja mengepal seketika. "Jangan pernah nyebut Bunda bodoh, seharusnya Ayah intopeksi diri." Eja benar-benar merasa emosinya di ujung tanduk sekarang, keinginan meninju laki-laki didepanya ini sangat tinggi tapi Ratna menggenggam tangan anaknya menitah seolah semua akan baik-baik saja.

"Kalian berdua sama aja, enggak berguna." Derson menyambar kunci mobil di meja kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Ratna dan Eja yang masih terdiam ditempatnya masing-masing.

Otot-otot di tubuh Ratna lemas seketika kata tidak berguna terlalu menusuk pikiranya jika dia tidak berguna lantas selama ini hanya kesia-siaan? Ratna menatap Eja dengan nanar.

Eja rasa saluran tenggorokannya tercekik, bahkan sekarang salivanya membeku rasa sesak mulai menghimpit dadanya. Melihat mata sang bunda membuatnya semakin sakit kehidupan selalu berpihak dengan ketidakadilan untuk seorang anak laki-laki semacam Eja.

Jagat Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang