- Berlabuhnya langit pada bumi

191 48 310
                                    

"SERIUS RENCANANYA BEGITU?" Ergas membulatkan matanya sempurna, mendengar penuturan rencana gila dari Eja hanya Ergas yang heboh Janu dan Dika malah mengangguk setuju, sekarang posisi mereka ada ditribun lapangan basket membicarakan rencana anak laki-laki, hanya ada mereka berempat sedangkan Adis dan Nadin sedang praktek kimia. Ergas, Janu maupun Eja sudah terlebih dulu kena giliran makanya mereka bisa ongkang-ongkang kaki di tribun seperti sekarang sedangkan kelas Dika tidak ada gurunya, daripada Dika gabut dia lebih baik ikut nongkrong dengan para bajindul.

"KURANG KERAS SUARA LU PEKOK." Dika ikut menimpali entah kenapa kalau disamping Ergas tingkat kadar emosi Dika meninggi.

"KOK LU NGEGAS?"

"LU YANG NGEGAS DULUAN!" Janu dan Eja hanya menghela napas, sungguh mereka sudah terbiasa melihat perang dingin antara Ergas maupun Dika mereka itu ibarat menjalin hubungan love relationship kalau jauh saling kangen tapi kalau dekat siap-siap kuping pengang. "Udah ngegasnya? Gue siram pakai Mizone supaya dingin, mau lu pada?" Ucap Janu santai sambil menenteng botol Mizone hasil pemberian Kikan sebab seharusnya dia latihan basket tapi gara-gara para bajindul latihanya tertunda.

"Gue heran, kenapa Dika ngegas mulu kalo sama gue?"

"Muka lu tuh, pemancing keributan."

Ergas menatap Dika sinis. "Sorry to say bro, gue yang imut, lucu, pintar, Soleh, dan rajin menabung ini lu bilang pemancing keributan, terus Eja apa?" Eja hanya terkekeh, melihat namanya dibawa dalam perdebatan sengit antara Ergas dan Dika dia tidak protes karena memang itu kenyataannya."udah diem, gue jodohin sama neneknya Eja mau lu?" Ancam Dika terang-terangan.

Ergas bungkam seketika, kan tidak lucu kalau dia benar-benar dijodohkan dengan neneknya Eja belum juga ketemu IU di Korea masa sudah harus jadi suami orang.

"Makasih ya udah pada bantuin gue."

"Calm bro, tugas kita dalam dunia pertemanan kan emang gitu, saling bantu-membantu. Ya walaupun temen lu ini pada engga waras terlebih Ergas, kita bisa diandelin kok."

Ergas mengelus dada mendengar penuturan Dika apa salah Dan dosaku sayang? Ergas bergumam dalam hati meratapi kemalangan diri.

"Lama-lama gue untemen lu semua."

"Emang bisa?" Janu tersenyum miring menatap Ergas yang sedang mencak-mencak sendiri. "Tau lu, begaya mau untemen nanti kalo sakit atau demam Dika kerumah dong, temenin. Janu jangan tinggalin gue ada tuyul disitu, Eja mau batagor dong." Ejek Dika persis seperti logat Ergas ketika sedang sakit atau tidak enak badan.

Ergas sendiri paling muda diantara Dika, Janu, dan Eja memang mereka kelahiran ditahun yang sama tapi Ergas lahir di bulan yang lebih lama daripada mereka. Ergas sendiri kadang bisa menjadi sosok yang mengayomi teman-temannya bisa jadi sosok yang mampu membangun suasana, dan bisa jadi sosok yang manja sewaktu-waktu, memang takdir selalu bermain indah dalam dunia pertemanan. Tapi bagi Ergas, para bajindul yang terbaik. Ingin sekali Ergas mengungkapkan sayang pada mereka satu persatu, tapi Ergas gengsi terlebih pada Dika.

Ergas bisa jadi sosok yang pendiam, kalau moodnya sedang awur-awuran, kalo sudah begitu teman-temanya punya cara tersendiri untuk Ergas. Eja yang selalu mengajak Ergas untuk nongkrong di warung Bang Raden demi semangkok Indomie, candaan dan es cendol favorite Ergas, lain lagi dengan Janu dia akan mengajak Ergas bersepeda sore lalu menikmati es kado dipinggir jalan, sementara Dika dia akan mengajak Ergas mabar PUBG seharian, padahal Dika tidak bisa main PUBG tapi demi Ergas dia rela belajar main PUBG. Itu alasan kenapa Ergas sangat sayang pada para bajindul dan menganggap mereka yang terbaik. Dika, Janu, Eja, alasan Ergas bisa bahagia di bawah langit semesta.

Ergas cengengesan, dia hanya alasan ingin untemen padahal di ujung hati paling kecil Ergas, ada banyak rasa sayang.

"Bercanda atuh ih, pada serius amat."

Jagat Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang