- Terimakasih untuk yang tercinta

276 51 625
                                    

Suasana ruang BK menegang, disana sudah ada guru BK yang tadi melerai Eja dan Gema juga ada kepala sekolah, untuk kali ini kepala sekolah turun tangan.

"Kalian ini, bukanya belajar malah adu jotos, mau jadi jagoan kalian? Nanti saya sediain ring tinju sekalian." Baik Eja maupun Gema hanya terdiam dengan napas masih saling memburu, penampilan mereka berdua kacau. Sementara Nadin ikut andil diruang BK Nadin duduk disamping Eja sedangkan Gema duduk diseberang mereka. "Kalian mikir? Kalian sudah kelas 12 sebentar lagi kalian akan ikut ujian kelulusan mau kalian jadi preman tua disekolah ini karena enggak lulus-lulus hah?"

Kepala sekolah itu menatap Eja maupun Gema secara bergantian.

"Maaf pak, tapi saya enggak bakal begitu kalo dia enggak kurang ajar sama cewek." Eja menatap Gema dengan pandangan dingin. Sementara Gema dia hanya memasang wajah santai, Gema sudah lebih biasa masuk BK daripada Eja.

"Kamu juga Gema, enggak bosen bikin keributan terus? Mau jadi apa kamu Gema?"

"Jadi apa aja, itu urusan saya pak."

Kepala sekolah sontak memukul meja mendengar jawaban Gema, membuat siapa saja yang ada diruang itu berjengkit kaget.

"SAGEMA JANARTA MAHAGAVIN!"

Gema menghela napas bosan, dia benar-benar bosan. "Kamu juga Dareza, citra kamu itu udah dikenal sebagai anak yang begajulan jangan menambah citra buruk kamu kedua kalinya, saya capek liat kelakuan kalian."

Tatapan Nadin pada Eja tersirat bahwa dia sedang mencoba menenangkan Eja agar dia tidak terpancing emosi untuk kedua kalinya.

Eja menghela napas panjang sebelum akhirnya angkat bicara lagi. "Seandainya Bapak diposisi saya, apa Bapak bakal diam aja liat perempuan dianggap rendahan? Dia ngerendahin perempuan pak sama aja dia ngerendahin Bundanya sendiri, pantang buat saya begitu pak."

Pandangan nyalang Eja masih tertuju pada Gema tapi intro bicaranya benar-benar santai seakan semua berjalan baik-baik saja.

"Dia, sama sekali enggak ngehargain perempuan pak. Cuman cowok bajingan yang enggak bisa ngehargain perempuan termasuk Gema."

Seisi ruangan menjadi sepi, setelah Eja berucap seperti itu. Tebak siapa yang menguping pembicaraan di pintu?

Janu, Adis, Ergas, Dika menguping pembicaraan dari luar.

"Udahlah saya capek, Yeni tolong urus mereka." Kepala sekolah itu berlalu pergi meninggalkan ruang BK tentu saja kepala sekolah tidak melihat Janu, Adis, Ergas, Dika mereka langsung sembunyi beberapa detik yang lalu. Yeni, guru BK tersebut langsung menambil alih tempat kepala sekolah, dia juga sudah pasrah langganan BK tiap hari kalau tidak Gema ya Eja.

"Eja, kamu boleh keluar, Nadin tolong obatin luka Eja di UKS ya dan kamu Gema, kamu tetap disini."

Nadin dan Eja kemudian pamit dari ruangan BK tersebut, menuju UKS bahkan mereka berdua tidak melihat para bajindul plus Adis.

"Eits mau kemana lu." Ergas yang bersiap menyusul Nadin dan Eja malah ditarik kerahnya oleh Janu. "Mau nyusul Eja lah masa mau nikahin kelincinya Dika."

"Heh, nanti kelinci gue keselek." Protes Dika, kasian nanti kalo kelincinya Dika keselek gara -gara diomongin Ergas bapaknya beli mahal-mahal mana tinggal sisa Didin, Tini, winy, sama bity. Janu berdecak, tidak melepaskan genggaman pada kerah baju Ergas. "Lu ganggu mereka berdua tau, mereka butuh waktu mending lu ke kelas aja enggak usah jadi nyamuk nguing nguing."

"Tau nih si Ergas udah mending lu bantuin gue aja bersihin lab kimia, disuruh Bu Merta."

Ergas menatap Adis tidak terima, bisa-bisanya dia disuruh ikut membersihkan kekacauan itu.

Jagat Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang