- Asmaraloka kata pujangga

236 53 596
                                    

Langit kembali kelabu, hujan mendera kota Bandung lagi seakan enggan melepas Bandung dari temaramnya hari, tapi memang akhir-akhir ini musim penghujan telah tiba dibumi Pasundan tercinta, entah mungkin sampai kapan, baik Eja atau Nadin pun tidak tau.

Hari ini, Nadin, Eja, dan Ergas benar-benar bolos, untuk Nadin dia bolos setengah hari tapi untuk Eja juga Ergas mereka bolos dari awal pelajaran ajaibnya tidak ada guru yang tau, Nadin padahal sudah dilarang Eja tapi yang kalian tau Nadin sosok keras kepala, sama seperti kekasihnya bahkan lebih kekeuh dari seorang Dareza Jingga Nabastala.

Seperti sekarang, mereka kehujanan menuju rumah Nadin. Kebetulan Eja tidak bawa mobil jadi mau tidak mau mereka berdua kehujanan sepanjang jalan pulang padahal Eja ingin membawa Nadin berteduh dulu, tapi kata Nadin menikmati hujan diatas motor bersama orang terkasih itu hal yang menakjubkan. Alhasil mau tidak mau ya Eja menuruti padahal dia takut gadisnya itu sakit atau bisa saja masuk angin.

Akhirnya mereka sampai dirumah Nadin baik Eja atau Nadin sama-sama basah kuyup, diluar perkiraan ternyata Ayah dan Bundanya masih di Majalengka.

"Dingin enggak? Udah tau enggak bisa kena hujan masih aja ngotot buat diterusin bandel banget jadi cewek." Omel Eja pada Nadin yang sedang cengar cengir kesenangan.

"Enggak dingin sayangku, cintaku, cowokuuu."

"Apaan sih Din, alay." Nadin tergelak sambil memukul tangan Eja beberapa kali tapi yang empunya tangan tidak protes sedikit pun.

"Ajaran lu ya, gue alay gara-gara lu."

Eja terkekeh kecil, dia menatap teduh Nadin yang masih terbahak-bahak entah hal lucu apa yang bersarang di otak nya Nadin. Seorang Dareza tidak perduli dengan dirinya yang basah kuyup seperti sekarang bahkan dia tidak perduli tas atau jam tangan yang biasa dia pakai kesekolah basah kuyup juga, tapi dia khawatir kalau seandainya Nadin masuk angin akibat hujan-hujanan.

"Habis ini mandi, terus minum teh anget ya."

"Loh, mau langsung pulang?"

"Iya deh, langsung aja." Nadin menggeleng, seakan menitah laki-laki itu untuk tetap berada disini. "jangan pulang dulu, mau nonton film sama lu terus nanti kita bikin coklat hangat pasti seru deh "

"Tapi baju gue basah begini Nadin."

"Kan ada baju Ayah, gue yakin lu pasti muat pakai baju Ayah sama celana pendek Ayah Hoodie lu juga masih sama gue."

Eja terdiam, sebelum akhirnya dia menyetujui ajakan gadis itu, jatuh cinta adalah untaian perasaan kasih sayang bagi setiap insan. Maka dari itu untuk yang sedang jatuh hati bisa saja terus meluangkan waktu bersama sebelum kedepannya takdir mengubah jalan hidup manusia. Baik Janu, Ergas, dan Dika tidak akan protes pada Eja karena mereka juga tau selain mereka bertiga kini Nadin juga mengisi tempat di hati Eja.

Mereka berdua memasuki rumah, nuansa lilin aroma terapi langsung berebut menelusuri Indra penciuman Eja. Tatanan rumah yang sama seperti waktu itu dia kesini, tidak ada yang berubah sama sekali.

"Ini baju Ayah, lu pakai kamar mandi tamu aja ya gue mau ganti baju dulu." Nadin berjalan dengan baju dan celana ditangannya menghampiri Eja yang tengah sibuk memperhatikan foto-foto kecil Nadin dengan gigi ompongnya.

"Iya Nadin sayanggg."

-

Hampir sejam, Nadin akhirnya keluar dari kamar. Dia menemui sosok Eja di kursi ruang keluarga sedang memainkan ponsel dengan rambut basah.

"Ihhhh rambut masih basah gitu."

Eja langsung melihat ke arah sumber suara, dia mendapati Nadin yang sudah mengganti baju basahnya dengan piyama sapi gemoy sungguh sangat menggemaskan ingin Eja karungin terus bawa pulang.

Jagat Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang