- sorai pilu ; Nabastala

253 70 398
                                    

Eja terus-terusan mencoba mengatur napasnya agar kembali normal, sebenernya dia sudah sering seperti ini jadi dia sudah terbiasa tapi kali ini sakitnya lebih dari pada biasanya. Kebetulan Nadin pergi ke kantin katanya mau ngasih Eja teh panas, selalu teh panas kalau ada yang sakit, sudah jadi tradisi UKS.

"Udah gue duga, lu bakal berakhir disini." Eja menoleh ke arah sumber suara, mendapati Janu yang entah dari kapan berdiri di depan pintu UKS.

tersenyum tipis, hanya itu yang dapat Eja lakukan karena kenyataanya memang benar dia berakhir di UKS sialan ini. "Bolos lu? Ke kelas sana."

Bukanya pergi, Janu malah masuk ke dalam UKS dan mendudukan dirinya disamping Eja.

"Udah gue bilang berapa kali sih Ja? Stop ngerokok." Eja tau, pembicaraan mereka akan ke arah hal yang serius kali ini bisa dipastikan dari ekspresi Janu. "Bukan gara-gara rokok kali, santai."

"Kenapa lu selalu ngeyakini seolah-olah bukan karena rokok? lu enggak inget kata dokter?" Eja terdiam, bagi Eja temannya ini selalu sabar bahkan terlalu sabar menghadapi tingkah nya.

"Janu, gue gapapa. Lu liat gue masih berdiri disini dihadapan lu."

"Iya sekarang, gatau kedepannya gimana kan?"

Janu menghela napas, dia hanya terlalu sayang dengan teman-temannya bagi Janu sendiri Eja, Ergas, dan Dika adalah hal yang berharga untuk kehidupan Janu yang flat. "Gausah dibahas dulu, yang penting gue masih ada disini buat kedepannya itu urusan nanti."

"Jangan pernah lupa buat kontrol Ja, kayaknya udah 2 bulan lu lewatin jadwal kontrol lu kan?"

Janu memang sedetail itu pada Eja, Janu tau semua tentang Eja bahkan hal terkecil Eja, mereka sudah berteman sedari kecil maka sangat amat mustahil Janu tidak tahu apapun tentang Eja.

"Santai aja Nu."

"Kadang gue mau nonjok lu tau enggak sih Ja, lu terlalu nyepelein diri sendiri tapi selalu sok ngelindungin orang lain, udahan makai topengnya bisa? Enggak capek?"

Eja menggeleng memberi tanda bahwa dia tidak akan pernah lelah memakai topeng keacuhan. "Selama topeng gue masih kokoh, kenapa enggak? Gue tau lu khawatir sama gue, tapi lu sendiri hapal gue gimana."

Sekali lagi, Janu pasrah temannya ini terlalu keras kepala. "Loh Janu?"

Nadin yang baru datang dengan teh panas ditangannya di kagetkan dengan kehadiran Janu.

"Rajin amat Din, bawain teh panas." Nadin melirik teh panas ditangannya. "Lu mau?"

"Enggak lah, yang sakit Eja bukan gue btw gue ke kelas dulu, kalian nanti aja masuknya selesai pelajaran Bu Gris. Gue duluan ke kelas." Nadin dan Eja mengangguk secara bersamaan. Janu rasa Eja sudah ada yang menjaga jadi dia langsung pamit ke kelas. "Nih, diminum."

Eja mengambil teh panas di tangan Nadin, tapi teh itu tidak kunjung di minum. Eja malah terpaku dengan wajah manis Nadin. "Kalo lu liatin gue terus, itu teh enggak bakal pindah secara mandiri ke mulut lu." Ketus Nadin.

Eja terkekeh kecil. "Jangan cantik-cantik Din, nanti banyak yang suka."

-

Nadin membereskan tasnya begitu pula dengan laki-laki disampingnya, sesuai janji mereka, Nadin kali ini pulang bersama Eja tanpa paksaan seperti pas pertama kali waktu itu.

"Nadin, pulang sama siapa?"

"Sama gue." Belum Nadin membuka mulut untuk menyahut Adis tapi Eja sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Adis. "Serius? Kalian pulang bareng? Udah baikan?"

Jagat Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang