Dari semalam semenjak dia mendapat massage dari Eja, Nadin makin uring- uringan bisa-bisanya sang musuh malah menjadi-jadi mendekati dia, Nadin Gegana.
Oh iya semalam, karena dia teriak dia berujung diomeli Bunda soalnya Bunda yang lagi masak sayur jadi kalang kabut sampai sayurnya tumpah.
Nadin memasuki kelas, menatap sekeliling dan untungnya Eja belum datang cuman beberapa siswa pintar yang hobinya duduk didepan dan datang paling awal, ya Nadin hapal. Buru-buru dia duduk di bangkunya dan juga si Adis teman sebangkunya alias cs nya belum datang, kepala Nadin mumet selain memikirkan massage tidak jelas dari Eja yang berujung dia abaikan, hari ini ada pembagian hasil ulangan harian mata pelajaran sajak bahasa Indonesia.
"NADIN, NADIN, NADIN."
"ASTAGFIRULLAH ADIS, KEBIASAAN BANGET KENAPASIH?"
Adis menghirup semua oksigen disekitarnya, dia capek lari dari gerbang sampai kelas kaya orang dikejar hantu. "gue tadi-"
"Napas dulu yang bener, gue jadi ikutan bengek juga liat lu begitu."
Setelah puas dan napasnya kembali teratur, Nadin baru sadar wajah Adis merah kaya kepiting rebus. "Dis, are u okay?"
"No, im not okay Nadin."
"Lu demam?"
"Bukan."
"Muka lu merah banget Adis. "Adis kemudian memegang pipinya yang bersemu. "lu tau?"
Nadin menggeleng. "Lu belum bilang apa-apa gimana gue mau tau?"
"GUE DISENYUMIN DIKAAA NADIN, GUE DISENYUMIN DI DEPAN GERBANG." sadar dia ada di dalam kelas Adis buru-buru menutup mulutnya dan melihat sekeliling siapa tau 3 serangkai temennya Dika sudah masuk kelas, dan ternyata untungnya belum sih.
"Adis."
"Iya Nadin?" Baru kali ini Nadin melihat mata berbinar seorang Adis. "sinting lu, gue kira lu kenapa tau nya gara-gara salting."
"Ih Nadin, Dika gemes banget ya Allah jadiin Dika pacar Adis kalau enggak yang duplikatan Dika atau engga Dika nya langsung aja ya Allah." Demi apapun, Nadin ingin menampol Adis sekarang juga. "Lu perkara disenyumin Dika aja udah kaya kesurupan barongsai plus dapet warisan 7 turunan, bayangin kalo lu dijadiin pacar sama Dika bisa-bisa lu meleyot tiap hari." Agak ngeri sih ya kalau dibayangkan oleh Nadin.
"Yeu, makanya sekali-sekali tuh naksir orang biar tau rasanya fall in love gimana."
"Sorry to say, tapi oppa oppa gue lebih menarik thank you very much, Adis sayang." Ya Adis tau, teman disampingnya ini cuman bisa halu, gitu aja terus sampai Dora jadi pendiem.
Janu, Ergas, dan Eja memasuki kelas, kebiasaan Ergas adalah menjahili Adis, soalnya kata Ergas adu mulut sama Adis itu seru.
"Masih pagi neng, udah gibah aja." Nadin dan Adis dikejutkan dengan kehadiran Ergas yang tiba-tiba sudah duduk dimeja Adis. "Apasih, lu tuh engga diajak ya."
"Kalem kali Dis, dendam banget kayaknya sama gue." Jawab Ergas sambil berjalan meninggalkan meja Adis dan Nadin untuk kembali ke meja nya sendiri.
"Emang." Jawab Adis sinis, entah kenapa dan dari kapan Ergas Adis kemusuhan sama seperti Nadin dan Eja, ngomong-ngomong soal Eja, Nadin tau sedari tadi anak itu memperhatikan Nadin. Seolah mengejek Nadin bahwa sekarang Nadin dibawah kuasanya, bunda sih pakai acara nitipin Nadin ke Eja segala. "Sehari, sehari aja kalian damai bisa enggak sih?" Jujur Janu sudah gregetan melihat Ergas maupun Adis.
"Tanya tuh sama temen lu, sehari aja enggak bikin gue kesel bisa?" Adis menatap Janu penuh emosi menggebu-gebu, rasa ingin baku hantam sekarang juga. "Enggak bisa sih, soalnya sehari enggak ganggu lu ibarat sayur tanpa garam, asik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jagat Nabastala
Fiksi PenggemarTerkadang kehidupan selalu menjelma menjadi asap kecil yang berterbangan, entah terbang ke arah gelap atau terbang ke arah terang, dan semesta turut serta bermain sebagai pengatur alur kehidupan. Ini bukan kisah tentang malam merindu siang, atau faj...