Eja bersiul memarkirkan Vespanya dengan hati gembira digarasi, sepanjang perjalanan pulang dia tidak henti tersenyum Nadin adalah alasan dibalik senyum cerianya disepanjang hari, Eja sangat menyayangi Nadin itu kenyataan yang mutlak tidak bisa diganggu gugat. Hari ini rumahnya tidak lagi sepi, sang Bunda memutuskan tinggal bersamanya kebahagiaan sudah mulai memupuk di pelupuk Eja.
"Bunda, kak Eja pulang." Eja mengedarkan pandangannya ke sudut rumah, menemukan sang Bunda yang sedang menyiapkan makan malam, seperti biasa omlet toping keju tidak ketinggalan, "Eh Eja.. ganti baju dulu baru makan jangan dicomotin duluan omletnya Eja!" Eja tertawa jahil, rasanya sudah lama sekali dia merasakan kehangatan seperti ini tidak apa walaupun hanya sang Bunda setidaknya sekarang bisa berjalan pada porosnya kembali.
"Bunda tau enggak sih? omlet Bunda tuh enggak pernah gagal selalu enak."
Ratna tersenyum malu, pujian anaknya mampu membuatnya bahagia begitu saja. "Kamu tuh ya enggak pernah berubah dari kecil, selalu aja begitu." Berdamai dengan keadaan dan sang Bunda memang keputusan yang tepat, mari menyambut bahagia yang kelak akan datang dengan rangkaian bunga dan kalimat-kalimat manis. "Makasih ya kak, udah maafin Bunda udah ngasih Bunda kesempatan lagi."
Eja tersenyum simpul, sambil mencomoti omlet sedari tadi. "Harusnya dari awal aku begitu Bun, harusnya dari awal aku enggak marah sama Bunda dan harusnya juga sedari awal aku bisa berdamai sama diri sendiri, aku harusnya bisa memahami diri sendiri tapi malah keterusan bohongin alam bawah sadar."
Ratna beranjak menghampiri Eja, kemudian merapikan rambut anaknya lalu memeluk tubuh bongsor Eja. Ratna merindukan anak itu sangat-sangat merindukan Eja.
"Habis dari mana tadi? Kok tiba-tiba udah pakai baju biasa aja? Ini baju siapa?" Ratna memperhatikan penampilan anaknya dengan baju kaos dan celana pendek selutut, juga Hoodie ditangannya, sebelum masuk rumah Eja memang sudah melepas Hoodie nya terlebih dahulu.
"Dari rumah Nadin pacarku Bun calon mantu Bunda, ini baju Ayah nya Nadin, soalnya baju Eja basah." Ratna mengeryitkan keningnya, sebelum beberapa detik kemudian dia menyadari anak bujangnya sedang jatuh cinta.
"Nadin? Si cantik yang waktu itu kesini kak?"
Anggukan antusias dari sang anak diterima Ratna, dia tidak masalah anaknya itu sibuk jatuh cinta dulu Ratna juga pernah muda pernah merasakan saat-saat gejolak asmara bermunculan seumuran begini.
"Ajak dong Nadin nya kesini lagi, biar Bunda bisa cerita-cerita bareng Nadin " Eja terkekeh pelan membayangkan betapa lucunya Nadin saat memasak bersama Bundanya.
"Siap Bunda, nanti Eja ajak Nadin ketemu Bunda lagi ya, biar bisa cerita-cerita sama Bunda sama nanti biar bisa masak bareng Bunda." Ratna tersenyum simpul melihat wajah bahagia anaknya, baru kali ini Ratna melihat anak laki-lakinya itu tersenyum lepas dengan tampang tengil.
"Udah kak Eja jangan dicemilin Mulu ih omletnya, sana ganti baju dulu ayo cepet bunda jewer nih." Takut kena jewer Ratna betulan, Eja langsung melengos pergi ke kamar.
Ternyata begini ya artinya kebahagiaan, tidak perlu hal yang istimewa hanya momen kecil saja bisa membuat siapa saja tersenyum. Malam ini Eja bisa tertidur dengan tenang walaupun tadi melihat film hantu, Eja yakin besok matahari akan menyapa penuh dan rasa cinta terus memupuk tinggi untuk dirinya, Nadin, dan beberapa insan yang sedang jatuh cinta juga.
-
Pagi ini Nadin dijemput Eja, jangan lupakan ritual pelukan ya, pagi-pagi sudah memadu cinta, dasar anak muda. Sekarang Nadin, Eja, Dika, Adis, Ergas dan Janu ada dikantin sejauh ini tidak ada kejadian menarik hanya ada pelajaran membosankan dan waktu istirahat yang menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagat Nabastala
FanfictionTerkadang kehidupan selalu menjelma menjadi asap kecil yang berterbangan, entah terbang ke arah gelap atau terbang ke arah terang, dan semesta turut serta bermain sebagai pengatur alur kehidupan. Ini bukan kisah tentang malam merindu siang, atau faj...